PROLOG

59.8K 3.8K 94
                                    

"Dek, sini sayang."

Revvina baru saja sampai di rumah saat Maminya mengajak duduk di ruang keluarga.

"Ada apa sih, Mi?"

"Kan minggu depan Abang nikah."

"Terus?" Aneh sekali. Revvina sudah tahu kalau Abangnya itu akan menikah. Lalu kenapa diberitahu lagi? Yang mengherankan, semua orang kini menatap gadis itu dengan saksama, seolah sedang menantikan sesuatu.

"Adek nggak mau nikah juga kayak Abang?"

Dahi gadis itu berkerut. Revvina langsung bisa mencium ada maksud terselubung dalam ucapan Maminya. Seingatnya, sang Ibu hanya menyebut ia 'adek' saat ada hal penting. Mencurigakan!

"Ya kali ada yang mau nikah sama aku dalam waktu dekat, pangeran berkuda putih sih aku mau," jawabnya asal. "Itu juga kalo pangerannya mau sama aku," lanjutnya lagi kemudian tertawa geli.

Memangnya masih ada pangeran berkuda putih di zaman sekarang? Ia memang pecinta serial princess Disney, namun ia sadar kalau hidup tidak akan semudah dalam cerita-cerita kegemarannya itu. Ini kehidupan nyata, princess! Happily ever after hanya akan diperoleh setelah melewati berbagai ujian hidup.

"Kalo pangerannya ada terus dia mau sama kamu, Adek mau ikutan nikah bareng Abang?"

Apakah ini semacam kode dari Maminya? Tentu saja mau. Siapa juga yang mau menolak pangeran berkuda putih? "Boleh juga."

"Beneran mau?"

Revvina mengangguk yakin. "Iya."

"Mami pegang ya omongan kamu barusan, semua yang ada di sini jadi saksinya."

Revvina terdiam, lalu menatap Maminya dengan sorot mata menilai. Ia tidak mengerti kenapa perempuan yang masih cantik di usia senjanya itu ngotot sekali dalam perbincangan mereka barusan. Maminya sekarang malah sibuk dengan ponselnya. Sementara Papi, abang, dan calon kakak iparnya tersenyum simpul. Seakan dia baru saja melakukan sesuatu yang lucu.

"Jadi ya Nara, dua minggu lagi Revvina bakal barengan sama Vanno. Kamu tolong siapin ya nikahannya. Seperti yang sudah kita omongin waktu itu."

Nikahan? Aku? Bareng Abang?

"Ini... ini maksudnya apa ya?" Sambil terbata-bata Revvina menanyakan maksud ucapan Maminya. Ditatapnya satu persatu anggota keluarganya itu, meminta penjelasan. Pikirannya kini dipenuhi beragam pertanyaan. Dia shock.

"Ehm..." Papinya berdeham lalu menegakkan badan sambil menatap Revvina dengan serius. "Jadi sayang, dua hari yang lalu ada lelaki yang melamar kamu."

Oke. Baiklah. Melamar diriku. "Terus?"

"Karena kami sudah mengenal lelaki itu cukup lama dan tahu bahwa dia anak yang baik, maka Papi, Mami, dan Abangmu sepakat untuk menerima lamaran itu."

Lamaran sepihak? "Kenapa kalian nggak nanya dulu sama aku?" Jeritnya, frustrasi.

"Mami barusan nanya, Adek bilang mau tadi, kan?"

Revvina mengusap wajahnya dengan kasar. Kepalanya mendadak sakit setelah menerima informasi yang berkaitan dengan dirinya barusan. Menikah dua minggu lagi. Ya Tuhan, ini benar-benar bencana untuknya.

"Adek nggak boleh nolak loh, kan tadi udah janji. Mami juga udah bilang sama Tante Nara," seru Maminya mengingatkan.

Revvina dijebak dan sudah terjebak! Tidak ada jalan untuk kembali.

"Tapi aku kan nggak kenal, masa main nikah aja." Revvina berusaha protes. "Enak saja main nikah gitu aja sama orang nggak dikenal. Emang sih keluarga ini udah biasa jodoh-jodohan, tapi kan biasanya kenalan dulu. Nggak langsung main nikah kayak gini."

"Kamu kenal kok," Maminya meraih sebuah amplop cokelat dari meja lalu menyerahkan padanya. "Kamu liat nih, kamu pasti kenal."

Revvina membuka amplop yang diberikan padanya, ada sebuah foto dan biodata. Diamatinya foto itu lebih dulu.

Kenapa jadi mirip ta'aruf begini, pikirnya dalam hati.

Menarik, itulah yang bisa ia simpulkan. Tampan, wajahnya tegas, dengan rahang kokoh yang sanggup menopang bangunan. Memiliki mata sekelam malam, alis tebal dan bulu matanya yang panjang. Rambutnya hitam, tebal, dan lurus.

Sempurna. Masuk kriteria pangeran impiannya. Nilai delapan untuk wajahnya.

Revvina beralih ke biodata lelaki itu.

Adinata Aileen Caesar.

Nama lelaki itu sukses membuat Revvina terbelalak. Selain karena mirip nama penyanyi yang tengah naik daun, nama itu mengingatkannya pada lelaki berseragam putih abu-abu yang dulu pernah membuat hari-harinya jadi abu-abu juga. Lelaki yang selalu berbicara dengan nada sarkas padanya.

Dibacanya kembali biodata lelaki itu. Pekerjaannya penyanyi. Penghasilannya cukup untuk makan dan shopping. Riwayat pendidikan bagus, tapi... tunggu dulu, lelaki itu satu SMA dengannya? Kebetulan yang sungguh aneh.

Diamatinya dengan cermat foto lelaki itu. Revvina kemudian menggeleng, lelaki itu berbeda dengan lelaki dalam ingatan masa remajanya. Mungkin hanya kebetulan saja.

Tunggu sebentar... penyanyi? Artis?

***


KYAAAAA. Akhirnya cerita ini sedikit aku rombak hehe. Kasih prolognya dulu. Dua part yang kemaren aku unpublish hehe.

Mau liat tanggapan di part ini dulu, baru memutuskan mau digimanain :)

The Princess BrideWhere stories live. Discover now