Lasykar Pembela Aides

570 15 5
                                    

Aku mahluk yang paling sering kalian jumpai dan paling sering kalian bunuh. Kalian, bangsa manusia, sepertinya sangat benci terhadap aku dan bangsaku. Setiap bertemu dengan bangsaku, kalian pasti sangat bernafsu membunuh dengan berbagai macam cara: menepuk dengan tangan, dengan alat tepuk yang memang dibuat khusus untuk membunuh kami, atau menyemprot kami dengan cairan entah apa. Aku kadang berpikir dan bertanya-tanya: apakah aku dan bangsaku diciptakan hanya untuk dibunuh?

Tubuhku memang amat ringkih. Bahkan bila dibandingkan dengan upil kalian, tubuhku tak seberapa. Namun dibalik ringkih tubuhku, kalian juga akan bertekuk lutut bila bangsaku sudah mulai bersujud beralaskan kulit kalian. Hm... tangan kalian pasti akan dengan sangat gesit membunuhku.

Lewat mulutku yang runcing, aku mampu membuat tubuh kalian bentol-bentol, berkulit penuh bercak merah, muntah darah, bahkan berak darah. Haha, aku kadang tertawa geli ketika mendengar cerita teman-temanku tentang kalian yang kelabakan keluar masuk bangunan yang biasan kalian sebut rumah sakit. Dan lebih parah lagi, malah ada yang sampai mati. Hati-hati. Sekali lagi kuperingatkan untuk hati-hati terhadap aku dan bangsaku.

Perlu kalian ketahui, bangsa kalian bisa ada yang meninggal bukan karena kami balas dendam atau apa, melainkan salah kalian sendiri. Kenapa selokan sampai tergenang, tak pernah menutup kamar mandi atau tempat penampungan air, atau masih bandel tak mau mengubur barang-barang bekas yang dapat menampung air? Padahal kalian tahu, aku dan bangsaku berkembang biak di tempat-tempat yang ada air menggenang dan bening. Maka kami tak bisa disalahkan dong kalau kami bisa berkembang biak dengan pesat. Kalian juga tak perlu iri kalau jumlah kami terus bertambah setiap jam.

Apalagi kalian juga tahu kalau kami menghisap darah kalian juga untuk kelangsungan hidup kami. Ingat, Tuhan tidak pernah menyiksa suatu kaum, hingga kaum itu yang menyebabkannya. Camkan hal itu!

Dan dibalik ringkih tubuhku, kalian pun tak jarang yang begitu pintarnya mengeruk keuntungan material dari kematian bangsaku. Istilah lainnya, menari di atas kematian bangsa lain. Hitung saja, berapa banyak bangsa kalian yang membuat dan mengedarkan alat atau obat anti bangsaku? Kalian menyebutnya pabrik dengan tujuan mengentaskan pengangguran. Huh, dasar kalian memang licik! Pandai memutarbalikkan kepentingan! Belum lagi sekian banyak dari kalian yang mengambil profesi dari kematian bangsaku atau ada yang mengaku-aku berupaya menganalisis tubuh-tubuh bangsaku demi keseimbangan alam. Cih! Betapa piciknya kalian. Singkatnya, kalian harus sadar bahwa bangsaku membawa bencana dan manfaat yang besar untuk bangsa kalian.

Seperti yang telah kusebutkan di atas, alasan kami mengonsumsi darah kalian adalah untuk kelangsungan hidup kami. Seperti kalian yang sering pula menghisap darah sesama sampai tinggal tulang belulang. Juga untuk kelangsungan hidup, bukan? Hoho... meski kami butuh darah, kami tak pernah menghisap darah sesama lho.

Kalian mungkin bertanya-tanya, mengapa bangsaku memilih darah kalian untuk kelestarian hidup kami. Kenapa bukan darah mahluk lain saja: kambing, sapi, kerbau atau yang lainnya, yang pastinya tidak merugikan kalian? Hmm... asal kalian tahu, darah mahluk lain tak senikmat darah kalian, apalagi darah bayi yang bagi kami adalah makanan paling nikmat di dunia.

Mungkin kalian berpikir, kalau kalian membunuh kami sebagai aksi balas dendam atas perlakuan bangsa kami membunuh kalian juga? Jangan lupa, kami hidup juga butuh darah kalian. Dan kalian juga jangan seenaknya dong menyalahkan kami, karena ada juga mahluk lain yang memang ditakdirkan hidup dalam tubuh kami. Merekalah sesungguhnya yang membunuh kalian. Eh, kok malah cari kambing hitam? Maaf ya, bukan maksudku ikut-ikutan kalian yang memang suka mencari-cari kambing hitam! Karena memang begitulah adanya.

Sesungguhnya kami tak mau dan tak sudi jika selalu kalian bunuh dan kalian kambing hitamkan! Jujur saja, aku, mewakili seluruh bangsaku amat sangat benci sekali terhadap bangsa manusia yang sudah seenak udelnya membantai bangsa kami. Tidak besar tidak kecil, tua muda sama saja: pembantai!

Lasykar Pembela AidesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang