pedang pembunuh naga (evisode 4)

Mulai dari awal
                                    

Sesudah itu, dia berlaku manis-manis sampai akhirnya membakar gedung sendiri. Biarpun termusnahnya rumah-rumah itu harus disayangkan, akan tetapi harta benda tersebut tidak berarti banyak jika disbanding dengan To Liong To, senjata mustika yang dapat membuat pemiliknya menjadi seorang termulia dalam rimba persilatan.

Waktu masih berada di pulau, aku sering melihat Gie Hu duduk bengong sambil memeluk golok itu,. kata Boe Kie dalam hati. Tapi selama sepuluh tahun, ia masih juga belum bisa menembus rahasia golok itu. Coe Tiang Leng adalah seorang yang pintar luar biasa dan kecerdasan otaknya lebih lihai daripada Gie Hu. Jika To Liong To sampai jatuh ke tangannya, apa yang tak dapat ditembus Gie Hu, mungkin sekali dapat dipecahkan olehnya..

Sesaat itu, suara tindakan kaki sudah terdengar tegas, sebagai tanda bahwa rombongan pengejar sudah masuk ke dalam hutan.

Bocah itu pasti bersembunyi di hutan ini,. bisik Boe Liat. Tak mungkin dia kabur ke tempat lain….

Ssst!. Tiang Leng memutuskan perkataannya. Sesaat kemudian ia berkata pula dengan suara keras. Hai! Entah apa kesalahan Tin Jie…. Aku sungguh sangat kuatir. Ia masih begitu kecil dan kalau sampai terjadis sesuatu atas dirinya, biarpun badanku hancur luluh, aku masih belum bisa menebus dosa.. Suara itu dikeluarkan dengan nada parau, seperti juga benar-benar

ia bersusah hati. Akan tetapi, bagi Boe Kie perkataan-perkataan itu membangunkan bulu roma.

Dilain saat, Boe Kie mendengar suara beberapa orang memukul alang-alang dengan tongkat. Ia rebah sambil menahan nafas dan tidak berani berkutik. Untung juga, hutan sangat luas dan mereka tidak dapat ke tempat persembunyian si bocah.

Sesudah berusaha beberapa lama tanpa berhasil, tiba-tiba Coe Tiang Leng membentak keras-keras, Tin Ji, apakah yang sudah dperbuat olehmu sehingga saudara kecil kabur ditengah malam buta?.

Kioe Tin kaget, tapi ayahnya segera memberi isyarat dengan kedipan mata. Dari tempat sembunyinya, Boe Kie melihat kedipan itu.

Aku hanya berguyon dan sudah menotok jalan darahnya,. jawab si nona.

Tidak dinyana, adik Boe Kie menganggap salah.. Sehabis berkata begitu, ia berteriak, Adik Boe Kie! Dimana kau? Lekas keluar! Tin Cie ingin menghaturkan maaf kepadamu..

Tapi tentu saja teriakan itu tidak mendapatkan jawaban. Tiba-tiba terdengar suara tangisannya, Thia, jangan! Jangan pukul aku…. ratapnya.

Aku tidak sengaja…tidak sengaja….

Coe Tiang Leng mencaci-caci sedang puterinya menangis keras sambil meratap, seperti juga sedang dihajar keras. Melihat sandiwara itu Boe Kie menghela nafas panjang. Jika aku belum mendapat bukti dari kepalsuannya, sudah pasti aku akan melompat ke luar,. pikirnya.

Karena yakin bahwa Boe Kie bersembunyi dalam hutan itu, mereka bersandiwara terus, yang satu memaki dengan kata-kata hebat, yang lain mengeluarkan teriakan-teriakan menyayat hati.

Dengan kedua tangan, Boe Kie menutup kupingnya, tapi suara sesambat si nona masih tetap terdengar. Sebisa mungkin ia coba mengeraskan hati, tapi akhirnya ia tak dapat bertahan lagi. Sesudah mengambil keputusan nekat, tiba-tiba ia melompat keluar dan berteriak. Tak usah kamu melangsungkan permainan gila itu! Apa kamu kira aku tak tahu segala tipu busukmu?.

Melihat munculnya Boe Kie, Coe Tiang Leng beramai jadi girang, Aha! Ini dia!. seru mereka.

Dilain pihak sesudah mencaci, Boe Kie segera berlari bagaikan kalap. Coe Tiang Liat lantas saja mengejar. Sebelum melompat keluar, si bocah sudah mengambil keputusan untuk meninggalkan dunia yang kejam ini. Seperti seekor kijang, ia kabur ke arah tebing dengan melompat ke jurang yang dalam. Tapi Coe Tiang Leng memiliki ilmu ringan badan yang banyak lebih tinggi daripadanya. Maka itu, baru saja ia tiba di atas tebing, si orang she Coe sudah menyandaknya lalu menjambret belakang bajunya.

pedang pembunuh nagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang