1

4.1K 181 6
                                    

Kinal POV

"Dingin!! Brrr" musim dingin disini. Ya di Negri Sakura! Negri yang menjadi tempat pelarianku karena permasalaham yang kualami di negri ku sendiri. Padahal ini sudah kedua kalinya aku mengalami musim salju disini. Ya, sudah 2 tahun aku berada disini. Dan, kabar ku baik. Sangat baik disini.

Setiap siang aku akan melakukan Video Call dengan adikku Hamids. Tak jarang ia merengek karna merindukanku, namun sekarang ia bisa menjadi lebih dewasa. Hehehe, ngomong-ngomong aku jadi merindukan Hamids.

Ku kirim panggilan Video Call ke akun Hamids, tak butuh waktu lama muncul lah wajah adikku yang kini terlihat lebih tegas.

"Kak Kinal!!" panggilnya kegirangan.

"Apaa?" jawabku tak kalah girang. Saat ini aku merasa seperti Keluarga Girang(?).

"Kak, kok lu kayak buntelan gitu? Tebel amat jaketnya?" tanyanya sembari meledekku.

"Kamu belum sadar sesuatu Mids?" tanya ku balik.

"Sadar apaan?" kami malah menjadi saling bertanya.

Kuarahkan handphoneku kesekitarku sehingga ia bisa melihat sekelikingku.

"DISANA MUSIM SALJU!!? ASTAGAA!! MAUU!!!" ujarnya membuatku terkekeh nyengir. Saat ini aku melakukan Video Call sambil berjalan menuju universitasku dari stasiun kereta.


***


Ohayou-Ohayou senpai-Ohayou Kinaru

Seperti itulah kira-kira sapaan dari setiap orang yang melewatiku. Kudengar hampir semua orang mengenalku di fakultas ini karena satu hal. 'Suara tawa ku keras banget'. Sumpah bikin malu! Aku menyandang predikat yang tak menyenangkan.

"Hai Nal." ujar seseorang sambil tersenyum dihadapanku. Dia adalah mahasiswa dari Indonesia yang menuntut ilmu di negri ini. Sama sepertiku. Err, tunggu. Kutarik kata-kataku sebelumnya. Ia menuntut ilmu disini karena ia menginginkannya. Lain denganku yang sebagai pelarian.

Apakah aku sudah mengenalkannya pada kalian? Apakah belum? Baiklah akan kukenalkan pada kalian. Dia adalah Dika, teman dekatku disini.

"Hai juga Dik." jawabku sambil membalas senyumnya.

"Emm, udah sarapan belum? Kalo belum sarapan bareng yuk! Gua traktir deh!" tanyanya. Apakah kalian bisa melihat perhatian kecilnya? Ya, aku bisa mengetahui perasaannya. Ia menyukaiku. Bagaimana aku bisa tau? Karna seperti itulah aku memperlakukan bidadari tanpa sayap di negri kelahiranku disana. Tapi itu dulu, sebelum aku menghancurkan segalanya. Sebelum keyakinannya hilang. Dan sebelum ia memutiskan untuk pergi bersama orang lain.

Ku yakin 1000% bidadari tanpa sayap yang jauh disana pasti sudah bahagia bersama pria pilihannya saat ini. Pasti saat ini mereka sedang berusaha merawat kandungan Veranda dan sangat berbahagia. Memikirkannya saja hatiku sudah terasa sangat sakit. Apalagi aku melihatnya secara langsung? Ini terlalu menyakitkan.

"Nal lo gapapa?" tanya Dika padaku dan kujawab dengan anggukkan yang menandakan aku baik-baik saja.

Pilihanku memang sangat tepat untuk pergi kesini. Memang cinta itu adalah disaat kita bahagia melihat orang yang kita cintai bahagia. Namun munafik jika aku tak merasakan sakit saat seseorang yang kucintai bahagia dengan orang lain dan bukannya denganku.

"Gua ke kelas duluan Dik. Takut telat." kutinggalkan Dika begitu saja.

"Oke Nal." jawabnya.


***


Mendengarkan ocehan dosen yang akan berguna disuatu saat nanti(?). Hufft! Membosankan! Aku ingin cepat pulang! Lagipula aku sangat mengantuk saat ini.

Surrender Or Fight?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang