Dear Husband

1.6K 124 42
                                    

Masih saja terkenang dalam ingatanku, hampir tujuh tahun yang lalu kita dipertemukan dalam sebuah momen yang tak terduga.
Kamu yang ingin mencari pendamping karna satu dan lain hal,dan aku yang bahkan belum berpikir untuk melangkah ke pelaminan.
Hari itu adalah hari ke 15 di bulan Agustus. Saat jatah kepulanganku dari tempat praktek kkn, aku dikejutkan oleh kata-kata ibu, " Dek..ada yang mau dateng nanti malam ".
Sungguh bukan kalimat itu yang membuat jantungku berdegup lebih kencang, tapi kalimat berikutnya, " Ada yang mau kenalan sama adek ",pungkas ibu.
Jujur, diusiaku yang masih 21 tahun kala itu, hal ini tidak masuk dalam rencana jangka pendekku. Aku yang masih kuliah semester 6, yang berpeluh demi menuntaskan program kkn,sembari menulis skripsi.
Aku tidak habis pikir kenapa harus di saat rusuh momen ini muncul.

Karna aku sangat tau, maksud ibu dengan mengatakan ada yang ingin berkenalan. Ada makna tersirat bahwa pasti akan ada kelanjutan dari perkenalan itu. Lalu akupun hanya bisa mengiyakan demi menghormati beliau yang melahirkanku meski dengan syarat," Bun, cuma kenalan aja ya..adek masih mau fokus kuliah dulu".
Ibu pun mengangguk sembari berkata " Ibu cuma ngasih pandangan dek, engga akan maksa," kata ibu lagi.

*************
Malam pun menjelang, dan orang yang dinanti tiba. Bapak dan ibu menyambut dengan ramah kedua tamu kami. Sepintas kuintip dari balik gorden, yang datang seorang lelaki dewasa dan perempuan seumurku.
Masih di balik gorden, aku bisa menilai secara fisik he is good looking , tinggi badan sepertinya mencapai 180 an dengan berat proposional. Hei...jangan heran, tentu saja aku membuat kisaran setelah pengamatanku tadi. Sedang secara kepribadian, pastinya kami harus bertatap muka dulu baru bisa tahu.
Belum selesai pengamatanku, ibu sudah memanggil. Aku pun melangkah ke ruang tamu sambil reflek membenarkan jilbab yang kupakai. Kepalaku menunduk, tak berani bertatap langsung.

" Nah ini dia May,putri pertama kami. Masih kuliah saat ini", kata ayah memperkenalkan namaku di depan tamu kami. Aku mengangguk seketika.
Lelaki di depan ku pun berdeham sambil berkata " Saya Edy Kamajaya,panggil saja Jaya,"katanya.
Dan perempuan di sampingnya adalah adik mas Jaya yang bernama Jatu.
Dari pembicaraan malam ini, yang kutau adalah mas Jaya memang serius ingin melamarku. Katanya dia tau tentang keluargaku dari guru mengaji di keluarganya. Kebetulan secara usia,beliau telah cukup matang untuk menikah. Selisih 5 tahun usia kami makin membuatnya mantap. Terlebih setelah bertemu denganku malam ini.
Sedang tanggapan dari Bapak dan Ibu sendiri sangat positif. Kata beliau, mas Jaya termasuk lelaki yang taat agamanya, keluarganya juga baik, dari segi pekerjaan dia adalah staf golongan menengah di sebuah BUMN.
Tentu saja lamaran tak resmi itu tidak langsung kuiyakan. Aku masih butuh waktu untuk berpikir dan berdoa. Memohon petunjukNya agar diberi ketetapan hati untuk mengambil keputusan.

Dua minggu, waktu yang kuminta dari mas Jaya. Dan selama itu kumanfaatkan sebaik- baiknya. Aku melakukan istikharah, berusaha memohon jalan terbaik dariNya.
Memang bukan dari mimpi aku mendapatkan jawaban,namun ketetapan hati lah yang aku rasakan. Aku semakin mantap untuk menerima pinangan nya.

Setelah waktu yang kuminta berakhir, akupun menerima kedatangan beliau.
Malam itu,mas Jaya mengenakan batik berwarna coklat tua bercampur hitam. Dia terlihat gagah dan berkarisma. Aku benar-benar tidak dapat menahan cepatnya degupan jantungku. Terlebih saat kami bertemu tatap, Dia yang memulas senyum makin menambah pesonanya. Kembali kutundukkan kepalaku dan melanjutkan lamunan tanpa sadar.
Aku tersentak saat pakdhe Haryo, yang mewakili keluarga kami bertanya padaku
" Nduk ayu Mayresti Maranatha,gimana jawaban untuk Mas Edy Kamajaya. Diterima atau ndak ?",tanya Pakdhe dengan aksen medoknya.
Aku menarik napas panjang sambil membaca basmallah sebelum menjawab," Iya Insya Alloh saya mantap menerima,".
Kudengar ucapan hamdallah dari kedua keluarga kami.
Malam itu resmilah aku menjadi calon istri dari seorang lelaki yang awalnya tidak kukenal namun berani untuk meminta tanggung jawab atasku,dari kedua orangtuaku.

Selang dua bulan kemudian, dihelatlah upacara pernikahan kami. Begitu khusyuk dan sakral. Air mata tak terasa terus menitik,bahkan kulihat Mas Jaya juga terlihat haru.
Kami berdua sama-sama memohon pada Tuhan untuk selalu menyertai langkah kecil kami dalam menapaki kehidupan rumah tangga.

Dear husband...
Suamiku Mas Jaya, bahkan hingga tujuh tahun pernikahan kita, tak pernah aku menyesal karena menerimamu. Karna bagiku penyesalan hanya akan membuat aku tak bersyukur atas apa yang Tuhan beri.
Hidup denganmu, tidaklah selalu penuh kemudahan,juga tidak selalu penuh tawa seperti di drama-drama.
Ada air mata dan kesulitan. Tapi aku bersyukur Tuhan selalu menuntun kita untuk mendapatkan jalan keluar dari tiap masalah.

Dear Husband..
Dulu aku selalu berangan,ingin segera lulus kuliah,bekerja,dan setelah mapan baru menikah.
Namun lagi-lagi Tuhan menggerakkan langkahku,untuk bertemu denganmu di saat yang bagiku belum tepat. Dan kini baru kurasakan inilah yang memang kubutuhkan bukan yang kuinginkan.
Terimakasih sudah berkenan hadir dan mendampingiku hingga saat ini.
Terimakasih untuk segala pemafhuman atas tingkah dan lakuku.
Dan terimakasih untuk tanggungjawabmu pada kami-aku dan jagoan serta bidadari kecil kita-..
Smoga..memang hanya Tuhan yang dapat memisahkan,sebagaimana Ia mempertemukan kita..

Dear Husband..Where stories live. Discover now