CHAPTER 6

143 18 0
                                    

Januar masih menggendong tubuh Lana yang basah di punggungnya.

"Jika saja aku adalah laki-laki yang berani berterus-terang, mungkin kau takkan mengalami nasib seperti ini."

Entah kepada siapa Januar berbicara, sebab ia tahu Lana masih tak sadarkan diri setelah ia mengangkatnya dari dalam sungai.

"Jika saja bisa mengatakan perasaanku padamu sejak dulu, mungkin segalanya akan berbeda."

"Namun aku selalu takut, Lana. Takut jika kau mengatakan tidak dan kemudian mulai menjauhiku. Itu resiko yang terlalu besar yang tak mungkin aku tanggung."

"Aku selalu takut mengatakan siapa kau di mataku. Bagiku kau adalah gadis paling ceria, paling berharga."

"Matamu saat kau menceritakan kehidupanmu di rumah bersama kakakmu. Aku tahu betapa kau menderita, walau kau tak pernah mengatakannya. Namun percayalah, aku tahu."

"Tiap kali kau merasa sakit, itu semua terpancar dari matamu, meskipun kau memaksakan diri tersenyum. Dan percayalah, rasa sakit yang kurasakan jauh berlipat-lipat."

"Dan rasa sakit itu, semua tertebus ketika aku melihatmu bahagia. Walaupun itu hanya terjadi ketika kau bersama lelaki lain."

Tanpa sadar Lana menitikkan air mata.

***

"Maafkan aku, Dame."

Damia menoleh dan melihat Vivian telah kembali ke markas mereka di UGM.

"Kutebak kau tak melakukan tugasmu dengan baik?" Damia mengangkat gelas anggur yang tadi hendak diminumnya.

"Entah mengapa, vampir mengejarnya dan menyebutnya Darah Suci."

Damia hanya memutar bola dunia yang tergeletak di atas meja.

"Apa yang kau ingat ketika aku menyebut tahun 1816, Viv?"

"Entahlah, Dame. Apa tahun itu penting?"

"Penting bagi dunia," kata Damia sambil meneguk sedikit anggurnya, "Di saat itulah letusan sebuah gunung di Indonesia mengguncang dunia."

"Krakatau?"

Damia tertawa, "Krakatau terlihat seperti tangisan bayi jika dibandingkan dengan raungan Tambora pada 1816. Abunya memenuhi langit dunia, menyebabkan Eropa dan Amerika tak mengalami musim panas. Langit yang gelap tanpa matahari menyebabkan penjuru dunia gagal panen dan lebih dari 200 ribu jiwa melayang. Namun kita semua tahu, tak semua korban mati karena kelaparan."

"Serangan vampir?"

"Uniknya, pada tahun itu, jauh sebelum Bram Stoker menulis 'Dracula', seorang penulis bernama John William Polidori menuliskan untuk pertama kali, karya sastra yang menyebut kata 'vampyre'. Mungkin itu bukan hanya imajinasinya saja. Mungkin saja ia melihatnya sendiri dan kemudian menginspirasinya."

"Apa maksudmu menceritakan hal ini?"

"Apakah karena ini mereka mengincar negara kita? Karena lebih banyak gunung berapi di sini? Ataukah karena alasan lain? Itu yang selalu membuatku curiga."

"Gadis itu? Dia alasan mereka ada di sini?"

"Aku selalu curiga ada yang tak beres. Entahlah, ada sesuatu, bukan tentang gadis itu, namun seseorang ... sesuatu yang tidak klop. Ditambah lagi perkataan Annisa saat itu ...."

"Mengapa, Dame?" suara seorang laki-laki membuat Damia dan Vivian terkejut.

"Shandi, kenapa kau ada di sini?"

CITY OF ASHES: PART TWOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang