HILANG

65 8 1
                                    

    Namaku Pia. Aku seorang remaja kelas XI SMA. Aku suka bernyanyi, menonton drama korea dan berkumpul bersama temanku, sama seperti kalian. Tapi, ada hal yang selalu aku sembunyikan selama ini, aku memiliki sebuah kekuatan. Aku bisa mengHILANG.
   Hari itu, 10 Agustus 1995. Mataku tak henti menatap mata bening itu, mata yang hampir mengeluarkan mutiara bening yang berupa cairan. Ya, mata Menteri Riset dan Teknologi kita, Baharuddin Jusuf Habibie. Pesawat berkerlir biru dan putih itu, perlahan-lahan meninggalkan landasan. Tentu saja aku ada di dalamnya, dari 50 penumpang yang beruntung 12 diantaranya adalah keluargaku. Aku adalah keluarga dekat dari Presiden Indonesia ke-3 itu. Ayahku adalah Agusrahman Jusuf, kakak kandung dari B.J. Habibie.
    Pesawat N-250 dijadwalkan tiba di Amerika Serikat pukul 17.15 waktu setempat. Berlibur di negeri Paman Sam merupakan hadiah karena aku mendapat nilai tertinggi dalam ujian akhir SMP. Disebelahku duduk seseorang yang sering ku panggil paman, segurat senyum muncul di wajahnya. Kami telah 75 menit berada di udara, tiba-tiba pesawat berguncang, jantungku berdetak lebih kencang dari biasanya. Jemari pamanku Habibie ku genggam dengan erat. Sungguh aku tidak tahu apa yang terjadi, yang ku lihat hanya kepanikan. Aku menatap keluar jendela, burung besi itu terjun dari ketinggian 30.000 kaki. Segitiga bermuda, itulah yang menyebabkan semua kekacauan ini. Sendawa kematian misterius itu mencoba menelan pesawat N-250 yang kami tumpangi. Guncangan menguat, memporak-porandakan isi pesawat, hanya ada cemas, tegang, takut. Kepalaku terbentur benda tumpul, dengan kesadaran yang minim aku masih melihat kepanikan di wajah Habibie.
   Sekarang, aku berada ditempat yang tidak ku ketahui. Sebuah planet yang mirip dengan bumi. Sebuah galaksi yang mungkin belum diketahui. Galaksi ini berjarak 13 miliar tahun cahaya dari galaksi Bimasakti. Ini benar-benar mirip dengan bumi, hanya saja tidak ada kehidupan apalagi penghuni. Hanya 50 nyawa, yakni kami para penumpang pesawat N-250. Aku menyukai tempat ini, aku bisa menghilang kemanapun yang kuinginkan. Bahkan aku bisa tidak terlihat. Dari sinilah kekuatan itu kuperoleh. Namun, kesenangan ini tak berlangsung lama. Saat 36 penumpang naik ke pesawat, guncangan itu datang lagi bahkan jauh lebih kuat dari sebelumnya. Lubang hitam yang membawa kami ke dimensi lain. Membuat seluruh isi pesawat hampir tak berbentuk, begitu hancur. Semua orang hanya berusaha menolong diri mereka sendiri. Dan saat itulah mataku tertuju pada seonggok mayat, dia adikku Niam Zamzami yang juga ikut dalam perjalan ini. Tubuhnya pucat, beku, ku sentuh jemarinya darah mengalir dari sana. Entar mengapa sebuah jendela pesawat pecah dan begitu tajam mengiris pergelangan tangan adikku. Kematian itu akhirnya menjemput. Dan mencabut nyawa penumpang lain.
    Saat mataku terbuka, pesawat tiba disebuah padang rumput, hanya 13 orang yang selamat dan hampir semuanya keluargaku. Entah mengapa tubuh kami begitu kurus, begitu ringkih seperti mayat hidup. Aku dan keluargaku mencoba bangkit dan kembali ke rumah. Namun rumah kami hilang terganti rumah lain yang mebuatku depresi, semua orang menatap kami aneh, sangat aneh bahkan. Aku terpaksa pindah ke sebuah desa. Inilah Bumi kami.
   Lubang hitam itu ternyata menyembunyikan kami selama 20 tahun lamanya, namun kami masih dengan keadaan 20 tahun yang lalu. Perlahan-lahan aku dan keluargaku mencoba membangun hidup. Hidup yang masa lalunya tidak diketahui dan tak akan pernah diketahui orang lain.
   Hanya butuh beberapa bulan hidup kami kembali normal, kembali bahagia namun tanpa ide untuk melihat pesawat apalagi membuatnya.
    Dan saat ini aku duduk bersama pamanku, menggenggam tangannya, tersenyum dan mebawanya menghilang lepas dari belenggu kehidupan. Hanya aku satu-satunya yang masih memiliki kekuatan ini. Menghilang. Kekuatan dari galaksi EGS-zs8-1.

HILANGWhere stories live. Discover now