"Bukan begitu.."

"Okey, lalu apa?"

"Romantis. Aku hanya ingin kau mengatakan itu padaku. Aku ingin membuat pertemuan kita menjadi terlihat 'hidup' seperti remaja yang sedang jatuh cinta berat. Tapi kau mengabaikannya.."

Aku sedikit mendengar lelaki tampan di sampingku ini mendesahkan nafasnya dengan berat.

"Iya. Maafkan aku sayang, maafkan aku. aku mungkin egois dan terlalu tua untuk dapat menanggapi hal-hal seperti itu. Aku berjanji lain kali akan lebih peka untuk hal yang 'seperti itu'.

"Kau maafkan aku kan?" Ia genggam sebelah tanganku dengan satu tangannya yang tidak menyetir, dan mengecupnya pelan di sela dinginnya AC yang terus berhembus dalam mobil lelakiku ini. Siapa yang tidak akan memaafkan jika lelaki seperti ini sudah memohon?

***

"Tidak apa-apa jika aku masuk?"

Akhirnya kami sampai di apartemenku setelah satu kecupan terakhir mendarat dalam tanganku. Aku merogoh kunci dalam tasku dan Sean berdiri resah di sampingku. Mungkin akan dimuat berita tebaru dan terpanas lagi untuk esok, tapi aku masa bodoh, dan Sean pun begitu.

Setelah ku dapatkan kuncinya, aku segera membuka pintu, dan.. mendapati pintu apartemen yang tak terkunci. Deg! Aku terdiam sesaat, memutar otakku untuk menebak segala kemungkinan yang terjadi. Kalau maling, tidak akan mungkin. Apartemen ini terkenal akan keamanannya. Atau lain kali harus ku beri password? Sebentar, aku ingat kemudian. Hanya dua orang yang memiliki kunci seperti apartemenku ini. Aku, dan...

Tanpa pikir panjang, aku segera mendorong pintuku dan masuk dengan jantung yang berdegup keras.

"Oh honey, aku sangat khawatir padamu. Apa yang kau lakukan seharian..."

Yes! Mungkin memang ini saatnya aku mengatakan pada Mom bahwa aku dan lelaki yang berdiri kikuk di belakangku itu saling mencintai. Atau terlalu cepat? Mungkinkah aku salah membawa Sean ke apartemenku malam ini?

"Sehingga kau baru pulang.." akhirnya Mom sanggup melanjutkan kalimatnya sampai tuntas, dengan ekspresi yang berkata 'siapa dia Rachel? Kenapa kau dengan laki-laki?'

"Ah ya, Ma'am. Aku Sean, aku teman.. oh bukan, maksudku aku adalah pacar Rachel, anakmu yang cantik. Sepertinya Rachel mewarisi wajah darimu, Ma'am. Senang bertemu denganmu." Kata Sean dengan ramah dan menjabat tangan Mom. Senyum lelaki itu tulus, seakan-akan malam ini ia sedang melakukan percakapan tentang lamaran dengan Mommy ku.

Namun satu yang membuat hatiku tak tenang. Ekspresi Mom! Oh God, please Mom, get out your weird expression! Atau Sean akan mati tenggelam menyaksikan ekspresi datar dan shocked dari wajahmu.

"Kalau begitu, aku permisi, Ma'am. Sebenarnya aku ingin mampir sebentar dan minum bersama Rachel. Tapi kurasa kau sedang merindukannya. Jadi aku akan pulang sekarang."

"Ah, oh, emm.. kenapa terburu-buru, nak? Kau bisa mampir dan minum sebentar. Haha ya, aku memang merindukan putri semata wayangku ini, yang tak ku sangka sudah bepacar sekarang. Apalagi dengan lelaki sempurna sepertimu."

"Ah jangan melebihkan. Aku harusnya bangga memiliki gadis seperti dia. Terimakasih Ma'am untuk tawarannya, tapi sepertinya aku harus pulang."

"Oke kalau begitu. Semoga lain waktu kita dapat bertemu lagi."

"Dengan senang hati, Ma'am. Sayang mungkin kita dapat minum lain waktu. Tapi tetap saja, terimakasih untuk hari ini. Love you."

"Love you too." Dan Sean melenggang begitu saja.

*Sean POV*

Akhirnya aku mendapatkan gadis itu. Entah mengapa aku harus bersikap seperti remaja seperti saat ini? Sebelumnya tak pernah terlintas di benakku tentang sebuah pacaran atau melakukan hal kekanakan lainnya, tapi untuk Rachel, aku ingin melakukan apapun untuknya, selama hal itu tidak akan memisahkan aku dengannya. Aku akan melakukan apapun agar dia tetap berada di sisiku.

My California QueenМесто, где живут истории. Откройте их для себя