Belajar tak dibatasi umur

5.5K 367 1
                                    

Setelah membersihkan tangan dan mengganti bajunya dengan pakaian operasi, Raihan segera masuk ke dalam ruang operasi. Seorang perawat laki- laki mulai memasangkan sarung tangan dan jas operasi. Setelah siap, Raihan mendekati anak laki- laki itu,
“Pisau bedah!”ujarnya, seorang suster memberikan pisau bedah. Raihan mulai melakukan pembedahan di bagian dada, dia harus segera mengembalikan intususepsi usus kecil ke posisi semula. Tapi tiba- tiba anak itu mengalami serangan jantung, “Detak jantungnya terus menurun”ujar dokter Anestesi

Mereka segera memberikan anak itu Atropine, dan segera menyiapkan alat kejut jantung. Raihan menggunakan CPR selama dokter Anestesi menyiapkan alat kejut jantung.

“50 Joule! mulai”ujar Raihan, detak jantung anak itu sedikit mengalami peningkatan.
“100 joule! mulai”

“Alhamdulillah detak jantungnya kembali normal”ujar dokter Anestesi, operasi yang mereka lakukan sudah berhasil.
“dokter Adnan tolong jahit  operasinya”ujar Raihan, dokter Adnan segera mengangguk dan menjahit  bekas operasi tadi. Di depan ruang operasi, orang tua anak laki- laki tadi sedang menunggu dengan cemas. Raihan sudah melepaskan sarung tangan operasi, topi operai, dan maskernya. Sekarang dia hanya memakai pakaian operasinya,

“dokter bagaimana keadaan anak kami?”
“Alhamdulillah, operasinya berjalan dengan lancer. Ibu dan bapak nanti bisa menemuinya di ruang rawat. Saya permisi, Assalamualaikum..”ujar Raihan ramah, kedua orang tua si anak bernafas lega.

“Alhamdulillah.. terima kasih dok, Wa’alaikumussalam…”
***

“itu kakak bisa baca iqra, berarti kakak tinggal belajar baca Al- Quran. Tapi sebelum membacanya kakak juga harus belajar ilmu tajwid ka!”seru Ayse semangat
“Ilmu tajwid? Apa itu ay?”
“ilmu tajwid itu menurut bahasa membaguskan atau memperindah bacaan, kalau menurut istilah adalah kaidah atau tata cara membaca Al- Quran. Hukum mempelajarinya itu fardu kifayah. Contohnya itu hukum baca nun mati, mim mati, mad, dsb. Kalau nun mati itu, di bagi 5 kak. Ikhfa, iqlab, idzhar, idgam bilagunnah dan idgam bigunnah. Jadi kakak harus belajar banyak  ”terang Ayse panjang lebar, Humaira dari tadi memperhatikan dengan serius.

“nah sekarang kita mulai belajar hukum nun mati dulu ya kak!”ujar Ayse,dia mulai menerangkannya pada Humaira.

"Kakak kalah sama kamu ya, Ay? Kamu aja umur, segini udah ngerti banyak hal. Sedangkan kakak.. Telat banget buat belajar ini semua" ujar Humaira lirih
"Gapapa kok ka. Lebih baik telat dari pada ga belajar sama sekali. Lagi pula, belajar itu tak di batasi umur. Mereka yang berilmu pun, masih harus banyak belajar. Aku juga masih banyak belajar, kak. Insya Allah, Allah akan memudahkan kakak. Karena Allah memudahkan jalan hambanya, yang ingin melakukan kebaikan kak. Innallaha ma'ana"

"Masya Allah, makasih Ay. Sudah mau, mengajarkan kakak banyak hal" ujar Humaira tulus
***

3 jam kemudian
“Assalamu’alaikum..”salam Raihan, dia masuk ke dalam kamar rawat Ayse. Tapi yang di dapatinya itu kosong, ‘kemana mereka?’pikir Raihan
“suster, dimana Ayse?”tanya Raihan pada suster yang lewat
“sedang di masjid bawah, dok. Tadi Ayse dan kakaknya pamit melaksanakan sholat dzuhur”jawab suster itu, Raihan melirik jam di tangannya. Benar saja sebentar lagi akan masuk waktu dzuhur.

“Baik, terima kasih sus.”
Raihan segera melangkahkan kakinya menuju masjid di samping rumah sakit ini.
“Bang jadi imam ya!”ucap Budi pada Raihan yang baru seleasai wudhu, di masjid ini cukup ramai
“Saya? Ga, yang lain aja?”
“udah saya tawarin bang, rata- rata pada ga mau bang”terangnya, ketika di luar rumah sakit rekan- rekan dokter atau perawat biasa memanggilnya bang, atau dengan namanya saja.
“ya sudah, ayo! Kamu komat ,bud”
“siap bang”

Raihan menghadap kepada para jamaahnya, “Rapihkan shafnya”ujarnya lalu berbalik lagi.

“kak!”panggil Ayse pada Humaira yang ada di sampingnya
“apa?”jawab Humaira
“tau ga, yang jadi imam tadi siapa?”tanya Ayse sembari tersenyum lebar
“nggak, emangnya siapa?”

“itu, doter Raihan loh”
“oh ya? Terus kenapa?”
“masuk kriteria suami idaman kakak ga?”
“mmm… masuk ga ya? Oh iya, ayo kita balik ke kamar. Nanti kamu di cariin! ”
“kakak, jangan ngalihin pembicaraan deh. Tenang aja, dokter aku kan dokter raihan ka.”

“eh? “ujar Humaira, dia ketahuan sedang mengalihkan pembicaraanya.
“yaudah ayo kak kita balik ke kamar”ajak Ayse
***

Raihan mengetuk pintu kamar rawat Ayse, benar saja pemilik kamar itu sudah berada di kamarnya.
“Assalamu’alaikum”
“Wa’alaikumussalam warrahmatullah”jawab Ayse dan Humaira

“dokter udah selesai operasinya? Gimana pasiennya dok? Aku kapan boleh pulang dok? Aku bosen sebulan di sini ”ujar Ayse, dengan ekspresi wajah yang di buat- buat itu. Humaira tertawa kecil
“kondisi kamu sudah  membaik Ayse, 2 hari lagi boleh pulang. Tapi, ingat jangan lupa dengan jadwal kemoterapi kamu. Alhamdulillah.. operasinya berjalan dengan lancar. Jadi kalau kalian sudah selesai ngobrolnya..  ”ujar Raihan, tapi tiba- tiba Ayse memotong kata- katanya.
“iya, kita sudah selesai kok om dokter”ujar Ayse
***

Raihan dan Humaira dalam perjalanan pulang, sepanjang perjalanan mereka hanya diam.  Sebenarnya ada yang mau Humaira tanyakan, contohnya seperti:
‘bagaimana operasinya tadi mas?’ atau seperti ‘terima kasih untuk hari ini’
Ya, kalian mengertikan? Karena Raihan mau membantu mencari kontrakan, bahkan membayar kontrakannya, dan karena Raihan mengajaknya ke rumah sakit, dia jadi bisa mengenal Ayse.

“pak, stop di depan pagar putih yang di depan ya!”ujar Raihan, Humaira baru sadar ternyata mereka sudah sampai di rumah keluarga Zahra.
“iya pak”jawab
“Bunda!!!”pekik Zalfaa senang saat melihat Humaira membuka pintu pagar, dia langsung berlari menghampiri bundanya itu.

Humaira terhuyun ke belakang hingga menabrak dada Raihan,
“Astagfirullahaladzim…”seru Humaira kaget, dengan segera Raihan memegang bahu Humaira dan membantunya berdiri dengan benar.

Humaira pov

Astagfirullahaladzim.. Ya Allah, Zalfaa benar- benar membuatku kaget, sampai- sampai aku menabrak mas Raihan
“maaf mas dan terima kasih. Zalfaa, pelan- pelan sayang”ujarku, aku mengajak Zalfaa masuk dan menetralkan detak jantungku.

Ya Allah, maafkan aku..
Maafkan perasaanku,
maafkan aku jika aku terlalu mendambanya.
Ya Allah, Ya Rabbku
Ajarkan aku agar selalu engkau yang pertama di hatiku,

“bunda.. imana umahnya? Aku punya emen anyak?”tanya Zalfaa
Aku terkekeh mendengar pertanyaan Zalfaa, “insya Allah, sayang. Di sana banyak anak seusia kamu”
“yeay..”serunya girang
“ kamu sudah ngaji?”
“cudah, bunda”
“pintar sekali anak bunda! Ayo kita bantuin eyang masak makan malam”
“ayo!!”seru Zalfaa senang, aku memang suka membantu umi Aminah memasak. Aku memang seorang gadis tomboy, tapi kalau urusan memasak aku jagonya. Bi Sani dan kak Hani sering mengajariku memasak.

Setelah selesai memasak makan malam, aku membantu Umi Aminah menata makanan di meja makan.
“Terima kasih, ya Hum. Udah bantuin umi masak, kebetulan si bibi lagi pulang kampung.”ujar Umi
“Sama- sama mi, aku seneng bantu umi.”ujarku, aku sama sekali tidak merasa di repotkan

“Assalamualaikum… wah, wanginya sampe ke depan mi, mba. Aku mau makan ya!”ujar Zahra, begitu sampai rumah dia langsung nyelonong ke dapur. Zahra- Zahra, dia mengambil tangan uminya lalu di cium. Dan dia langsung cipika- cipiki padaku, setelahnya Zahra berlari ke arah kamar mandi. Entah apa yang mau di lakukannya
“waalaikumussalam”jawabku dan umi, kami sama- sama menggeleng- gelangkan kepala. Beberapa menit kemudian  Zahra sudah kembali, dan duduk di kursi.

“hehehe..”ucapnya dengan cengiran khas Zahra
“kamu kenapa ra?”tanya umi
“aku udah laper, abang sama abi mana? Yuk kita makan!”ajak Zahra
“Zahra- Zahra.. ”ujar Umi

“zalfaa..”
“iya bunda?”
“panggilin om, sama eyang akung ya ”ujarku, umi Aminah dan pak Bilal memang meminta Zalfaa agar memanggil mereka dengan eyang.

Setelah selesai makan malam, dan membereskan meja makan. Humaira belajar membaca Al- quran bersama  Zahra.
***

Assalamu'alaikum....
Saya bawa lanjutan cerita Raihan dan Humaira, semoga dapat menghibur. Tunggu kelanjutanya ya.. ^^
 


                               

Di atas Sajadah- MuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang