#2-Pacaran Ala Neraka

Mulai dari awal
                                    

Dengan satu gerakan cepat, Sofia mendorong dada Erzan hingga cowok itu terjungkal ke belakang. Cowok itu mendengus, lantas bangkit. Dia mengusap tengkuknya dan berjalan menuju dapur, meninggalkan Sofia yang sibuk menahan amarah dan emosinya.

Kurang ajar si Erzan. Dipikirnya, dia itu siapa, sampai-sampai bisa melecehkannya seperti tadi?

"Sofia, gue nyuruh lo ke sini itu buat—"

"Lo beda, Zan," potong Sofia tiba-tiba, membuat langkah Erzan terhenti. Untuk sesaat, Sofia bisa melihat gestur tubuh Erzan yang menegang, membuat cewek itu mengutuk diri dalam hati dan menyumpahi dirinya sendiri karena sudah kelepasan bicara. Harusnya, Sofia simpan dalam hati sendiri saja mengenai perbedaan dalam diri Erzan.

Tak lama, Erzan memutar tubuh. Cowok itu tersenyum. Senyum menjengkelkan dan menyebalkannya seperti biasa, membuat Sofia tertegun. Kemudian, senyuman itu berubah menjadi senyuman jahil, menyebabkan Sofia menelan ludah dan meringis aneh sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Lo tau nggak, Sof? Di kompleks perumahan gue ini, ada rumor yang beredar. Katanya, di rumah sebelah pernah ada kejadian bunuh diri. Orang yang bunuh diri itu masih suka bergentayangan sampai sekarang, nyari cewek-cewek manis tapi ngeselin kayak lo, buat dijadiin istrinya."

"Istri?!" seru Sofia sambil bangkit berdiri. Wajahnya berubah menjadi panik dan takut, dan semua itu bisa ditangkap dengan jelas oleh Erzan yang kini sibuk menahan tawa dan mengomentari ketololan Sofia karena sepertinya, cewek itu percaya pada cerita barusan.

"Mm-hm." Erzan mengangguk mantap. "Dia itu semasa hidupnya punya obsesi buat nikahin semua cewek bermuka manis dan bersifat menyebalkan kayak lo gitu. Katanya, cewek-cewek begitu sangat menantang."

"Lo... nggak lagi ngibulin gue, kan?" tanya Sofia takut. Dia mengawasi rumah Erzan dan merasa angin membelai tubuhnya dengan sangat niatnya. Membuat cewek itu menggigil dan merinding tanpa bisa dicegah. "Erzan! Gue serius nanya barusan!"

"Ngapain gue ngibulin lo? Kurang kerjaan banget." Erzan mengangkat bahu tak acuh dan bersedekap. "Itu hak lo mau percaya sama cerita gue barusan atau nggak. Yang jelas, hari ini itu peringatan hari kematian dia. Dan dengar-dengar, dia bakalan datangin satu per satu rumah yang ada cewek manis nan menyebalkan menurut dia, buat—"

"Erzan! Dapurnya di mana?!" teriak Sofia dan langsung berlari mendekati Erzan. Cewek itu mendongak, menatap manik Erzan dan meremas ujung kaus cowok tersebut. "Lo... belum makan, kan? Gue udah janji bakal jadi budak lo, dan sekarang, gue akan bikinin lo makan. Lo suka makan apa pun, kan? Mm, lo bisa temanin gue pas masak, kan? Nggak lama, kok. Lo bisa nunggu sambil duduk di meja makan. Oke? Oke?"

Erzan diam dan menunjuk arah dapur. Langsung saja, Sofia berlari menuju ke arah yang ditunjuk oleh Erzan, meninggalkan cowok itu yang tersenyum tipis dan mendengus geli. Ketika sosok Sofia menghilang dari pandangan, Erzan menarik napas panjang dan menunduk. Dia menatap lantai di bawahnya dengan tatapan datar dan hati yang mendadak risau. Mengutuk kebodohannya karena membawa-bawa masalah keluarganya di hadapan Sofia.

"Bego," gumamnya untuk diri sendiri. Cowok itu memejamkan mata, berusaha mengenyahkan perasaan memuakkan yang kembali hadir di dalam hati. Dia membuka mata detik berikutnya, mengganti sikap anehnya, sikap yang tidak pernah ditunjukkannya ini kepada siapa pun, dengan sikap menyebalkan dan menjengkelkan miliknya yang selalu dia tampilkan di depan orang banyak.

Yang Erzan tidak tahu, Sofia memerhatikan dari kejauhan. Cewek itu menghembuskan napas panjang dan mendengus. Mengumpat dalam hati atas sikap Erzan yang dirasa sangat palsu hanya untuk menutupi perasaannya yang sebenarnya.

The Hell's ContractTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang