Sebuah Kata Maaf

19.6K 934 7
                                    


Setelah mendapat informasi, aku melaju ke villa tersebut. Sesampai disana aku menggendong Isna. Pegawai di villa tersebut membantu membukakan kunci pintu dan aku menidurkan isna di bednya. "Maaf pak, mba Isna kenapa? Bapak siapa ya mba Isna ya?" Ia membuatkanku segelas susu hangat. "Makasih. Saya calon suaminya Isna. Dia mabuk berat." Aku menyeruput minumanku. "Bapak ada masalah ya sama mba Isna? Saya lihat waktu check in tadi matanya bengkak, tatapannya kosong. Seperti menunggu sesuatu. Awalnya saya pikir dia bawa pasangan, ternyata benar-benar sendiri.
"Ya kami ada sedikit salah paham. By the way thanks for this milk." Ia tersenyum. " Iya sama-sama. Saya pergi dulu.Kalau ada apa-apa panggil saya." Aku mengangguk dan kembali kakamar. Isna bangun dan berjalan sempoyongan menuju kamar mandi. Aku dengan sigap memegang lengannya. Ia mengeluarkan seluruh isi perutnya. Setelah selesai aku mengguyurnya dengan air hangat agar ia tidak sakit besok pagi.
Kini aku sudah menidurkannya kembali. Dalam tidurnya ia menangis dan mengumpatku. Tak tega aku melihatnya. Betapa perih yang ia rasakan karenaku. Ia sangat mencintaiku sampai patah hati seperti ini.

Isna's POV

Aku terbangun dalam keadaan sakit. Kepalaku serasa dihantam batu seberat satu ton. Tubuhku juga lemas sekali. Rasanya bangunpun tak mampu. Saat ku membuka mata aku berada dipelukan seorang lelaki. Aroma tubuhnya sangat familier. Apakah ini Danny? Aku mengingat kejadian semalam. Berawal dari Danny, bar, dance floor, kissing, dan ahh aku tidak ingat. Aku hanya merasa ada yang menggendongku dan memandikanku semalam. Aku juga menangis semalaman, kemudian tidur dalam pelukan Rico. Ah tunggu sebentar, Rico? Kenapa dia?
Aku menatap pemilik dada kekar yang memelukku sekarang. Hmm.. ternyata ini bukan mimpi. Bagaimana bisa ia menemukanku? Ah, aku ingat sekarang. Ia memergoki aku bermesraan dengan Danny, kemudian membawaku pergi.

Aku senang ia kembali, tapi marah ga ya liat aku ciuman semalam? Shh, kepalaku pusing sekali, padahal aku mau kekamar mandi. Aku memaksakan diri bangun dan berjalan ketoilet dengan sempoyongan. Tiba-tiba tubuhku terangkat. Rico menggendongku kekamar mandi. "kalo butuh apa-apa itu bilang..." Suaranya lembuut sekali. Aku merindukan suara ini!
"Makasi." Aku tersenyum dan menurunkanku. "sama-sama sweetie." Ia menatapku lembut. "Apa? kenapa masih disini? Aku mau pipis. Jangan lihat!" Aku mendorongnya keluar.
"Tenang aja, aku udah liat semuanya kok. Ga usah khawatir gitu. Khan baju itu aku yang makein semalem"
What? Ah, benar ia mengguyurku denGan air hangat semalam, membersihkan muntahku, memandikanku, dan mengganti bajuku. Aku memerah mengingat itu semua.

Aku salut ternyata pertahanan imannya sangat kuat. Bayangkan saja jika kamu melihat wanita mabuk dalam keadaan naked, apa akan bisa merawatnya setulus Rico merawatku semalam? Ia benar-benar lelaki idamanku.
Bagaimana nasibku pagi ini jika tak bertemu dia? Mungkin aku sudah merobek keperawananku sendiri divillanya Danny. Ya aku masih menjaga hal itu. Memang aku pernah melakukan petting, tapi untuk yang satu itu hanya akan kuberikan kepada suamiku saja. Aku memang bandel, tapi aku bukan jalang.

...

Ini hari ketiga aku menginap di villa ini. Setelah seharian sakit dan membuat kekasihku itu repot, hari ini aku merasa sangat sehat. Wait, kekasih? Apa aku masih jadi kekasihnya? Kemarin kami tidak sempat membahas soal hubungan kami aku terkena demam. Sudah kebiasaanku dari dulu jika aku sakit aku pasti akan minta macam-macam, terutama makanan. Dan pastinya perlakuan special. Jika semua itu terpenuhi aku pasti akan cepat sembuh.

Kalau dipikir-pikir kasihan juga. Aku kemarin bolak balik menyuruhnya membeli pizza di Pererenan. Entah mengapa aku kalap hingga menghabiskan tiga pan pizza medium size. Mungkin karena sebelumnya seluruh isi perutku habis kukeluarkan. Aku juga menghabiskan dua kotak penuh susu ultra coklat dalam waktu sehari. Gila memang. Rico sendiripun kaget dengan kekalapanku, karena biasanya setiap makan dengannya pasti selalu ia yang menghabiskan sisa makanan dipiringku. Lucunya ia sampai tak mendapatkan pizza satu slicepun kemarin. Padahal ialah yang sangat repot membelikannya kemarin.

Aku mengamati dirinya yang sedang sibuk bermain games di ipadnya. Aku tersenyum melihat tingkahnya. Sudah tua masih suka main games. Dasar!
Aku menghampirinya dan menarik ipadnya. Ia nampak kaget. Aku menyandarkan kepala di dadanya dan memeluk pinggangnya.

Rico's POV

Isna menarik ipadku. "yahh bentar lagi menang tuh!" Ia tak memperdulikan kata-kataku. Malah tangannya kini melingkar dipinggangku.

"Apa sih peluk-peluk?" Aku mencoba jual mahal. Ia tersenyum. Senyum manisnya membuatku ingin memeluknya.

"Makasi ya honey.. Aku gatau deh apa yg bakal terjadi kalo ga ada kamu.." Aku masih sok jual mahal.

"Makanya kalo galau gausah pake sok-sokan flirting sama bule! Pake mabok segala. Enak banget tuh bule grepe-grepe kamu. Aku yang pacar kamu aja belom pernah." Aku buang muka mencoba untuk bepura-pura ngambek.

"Kamu mau sesuatu dari aku?" Hah? ini maksudnya gimana? rela atau gimana?

"Ayo sini ikut aku kekamar." Wah.. apa maunya ni anak?

Ia kini menarik tubuhku dan menyuruhku duduk ditempat tidur. Kemudian ia masuk ke bathroom dan membuka wadrobe desk. Pikiranku melayang membayangkan ia mengganti bajunya dengan lingerie yang kuberikan. "Pasti sexy sekali." Pikirku.

"Honey, sini deh." Ia memanggilku menuju bathroom. Whoaa apa yang akan dia tunjukkan padaku? Aku tak sabar membuka pintu.

I Love You Oom !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang