"Tutup mulutmu kalau nggak aku yang akan menutup mulutmu dengan bibirku" Teguran Kevin membuatku mengatupkan bibirku rapat-rapat, menyebalkan aku sangat malu dan sekarang dia malah tertawa. Ish... Aku memukul lengannya.

Dia menangkup tanganku lalu mengecupnya dan sekarang aku merasa ini ada yang salah, aku sudah bersuami astaga... Aku melepas tanganku dari Kevin.

"Kenapa?" Tanyanya bingung dan bodohnya aku bingung mau menjawab apa.

"Mila"

"Vin kita akan tetap disini atau kerumahmu?" Ucapku dan aku lihat Kevin menghela nafas, mungkin dia tau aku sedang mengalihkan pembicaraan, tapi masa bodoh.

"Baiklah" Kevin tersenyum padaku. Dia langsung melajukan mobilnya membelah jalanan dimana saat ini jalanan tidak terlalu ramai, jadi Kevin tidak perlu membelah jalanan bukan? Kalau tu jalan dibelah bagaimana orang bisa lewat? Aish aku bingung jadi tidak usah memikirkan itu karena itu hanya akan membuatku semakin stress.

30 menit kami hanya diam, sampai akhirnya mobil Kevin memasuki pelataran parkir rumahnya dan lagi jantungku seperti mengajakku berperang, kenapa jantungku berdegup kencang dan tidak mau mendengarkan perintah otakku? Huh payah sekali.

"Mau aku yang turunkan atau turun sendiri?"

Aku memekik kaget begitu Kevin berdiri disampingku, untung saja aku berteriaknya dalam hati, dan apa kalian tau seperti apa tampangku sekarang? Sangat konyol dan ini sangat memalukan. Eh tapi tunggu sejak kapan Kevin membukakan pintu mobil untukku?

"Mila... Hei" Kevin menjentikkan jarinya didepan wajahku.

Aku mengerjap kaget lalu tersenyum dengan bodohnya.

"Eh ya Vin, kenapa?" Ish nyebelin kan? Kenapa malah terlihat semakin bodoh? Astaga...

"Ayo cepat turun, bajumu basah. Aku nggak mau kamu kedinginan!" Kevin meledekku dengan wajah tanpa dosanya dan sungguh demi payung Doraemon kesayangan Kevin, aku ingin sekali menjitak kepalanya.

"Asal kamu tau Vin, aku sudah kedinginan sejak tadi" Sungutku jengkel pada Kevin dan itu terdengar menggelikan ditelingaku sendiri, kalau ditanya kenapa? Aku juga tidak tau kenapa!

"Salahmu sendiri kenapa hujan-hujanan! Dasar bodoh"

Huh dia mengataiku bodoh! Aish... Dasar Kevin menyebalkan!

Aku langsung turun begitu saja dari mobil dan berlalu melewati Kevin, bahkan aku begitu saja masuk kedalam rumahnya, mungkin karena sudah terbiasa jadi aku pun tidak canggung lagi.

Tapi kalau dipikir-pikir lucu juga. Mendadak aku tertawa dalam hati, lama-lama otakku ini sengklek bergeser dengan kelakuanku yang tidak jelas ini.

Ya Tuhan ampuni aku.

"Gantilah bajumu, aku akan membuatkanmu susu coklat"

Ucapan Kevin yang diawal terdengar memerintah itu membuatku mengerutkan hidung lalu tersenyum dan aku langsung masuk kedalam kamar Kevin, aku memilih kemeja Kevin dan pilihanku jatuh pada kemeja warna putih, entahlah tapi aku merasa itu akan terlihat sexy ditubuhku... Huhuu astaga pikiran liarku sudah tak terkendali rupanya, tapi aku tidak berniat menggoda Kevin jadi tidak masalah.

10 menit kemudian aku keluar dari kamar Kevin dengan mengenakan kemeja Kevin yang panjangnya diatas lututku dan itu memperlihatkan paha mulusku, Kevin melongo menatapku, apa ada yang salah? Tapi rasanya tidak, buktinya aku memakai baju kan? Aish... Otak Kevin pasti sedang dipenuhi pasir.

"Vin, mana susuku?" tanyaku sambil mengedipkan sebelah mataku.

"Itu susumu" Kevin menjawab dengan wajah tanpa dosanya sambil menunjuk kearah dadaku dan sontak saja aku langsung melotot.

Pilihan HatiWhere stories live. Discover now