Chapter 02 - I Love U Jun

847 37 7
                                    

Cinta? Satu kata itu mempunyai banyak arti. Lima huruf yang menjadi satu kata yang mungkin bisa menarik. Cinta itu bisa kita rasakan. Dia akan datang dan pergi dengan semaunya. Dan cinta itu pastinya hanya akan terjadi pada dua orang yang memang saling mengerti. Apalagi jika mereka menjadi sepasang suami istri. Namun bagaimana mungkin cinta itu tumbuh di hati sang istri tapi, tidak dengan suaminya?. Apalagi pernikahannya adalah dasar perjodohan. Mungkin, hanya akan seperti menjadi sebuah mimpi belaka saja, jika dia menginginkan kisah hidup yang bahagia.

***

Rena Pov...

Malam seperti ini, aku harus kembali menunggu kedatangannya. Apa aku ini memang tidak bisa di anggap seorang istri yang baik untuknya?. Kenapa dia selalu saja menyiksaku?. Tidak tahukah dia? Hatiku ini sangat sakit?. Hatiku bukan baja, hati ini akan sangat sakit jika dia selalu menyakitiku terus menerus.

Bruk...

Aku tersentak dan segera menolehkan pandanganku ketika ada yang membuka pintu rumah dengan kasar. Aku lupa, pintu tidak di kunci dan bisa saja semua orang masuk ke dalam rumah. Ah... bodohnya kau Rena.

Aku bangkit. Sekarang aku bisa melihatnya yang pulang dalam keadaan mabuk. Lagi-lagi dia mabuk. Jun-kun apa kau selalu seperti ini, setiap malam?. Tidak lelahkah kau pulang dalam keadaan mabuk seperti ini?.

Ku papah dia menuju kamar. Seperti biasa aku membaringkan tubuhnya di kamar. Ku lepas sepatunya dan menaruhnya di tempat biasa. Kemudian, aku kembali lagi padanya. Duduk di dekatnya menyeka keringat yang mengalir di keningnya.

"Jun-kun selamat tidur, ya? Semoga mimpimu indah" aku tersenyum dan mengecup keningnya sekilas.

Jika disaat seperti ini, aku pasti berani melakukannya. Dia tidak akan marah kepadaku dan aku merasa tenang, melihatnya yang sudah dalam benar-benar kondidi tertidur. Oyasumi Jun-kun. Aku keluar dan kembali ke sofa dan tertidur lelap disana.

***

Duarr....

Aku tersentak ketika mendengar suara yang mengejutkan. Aku melihat keluar jendela. Tuhan, hujan kah?. Tidak, aku sangat takut dengan suara petir. Bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan?. Disaat seperti ini, aku harus menjadi benar-benar sangat lemah karena suara petir itu.

Tuhan, tolong hentikan hujan itu. Aku tidak tahan mendengar suara petir yang menggelegar seperti itu. Jujur, aku takut dan aku tidak ingin mendengar suara sedahsyat itu. Aku tidak tahan mendengarnya.

***

Semalaman aku tidak tidur, aku masih sangat takut dengan suara petir itu. Kenapa juga aku harus takut? Padahal itu hanya petir, namun suaranya yang menggelegar itu memang mampu membuatku ketakutan setengah mati.

Tubuhku masih bergetar hebat, ku lihat dari pantulan jendela wajahku memucat. Aku harus bisa menenangkan diriku, hujan sudah berhenti dari beberapa saat yang lalu. Saatnya aku harus melakukan tugasku sebagai seorang istri sebagai mana umumnya.

Ku langkahkan kakiku untuk menuju dapur. Menyulap bahan dapur menjadi makanan yang enak. Aku harus bisa mengontrol tubuhku yang memang payah ini setelah mendengar suara petir tadi. Kenapa harus hujan segala tadi malam?. Itu membuatku semakin menggigil ketakutan dan kedinginan. Benar-benar gila.

"Rena" aku mendengar suara teriakan dari dalam.

"Hai, doustano Jun-kun?" tanyaku berteriak pula.

"Dasiku dimana?" tanyanya.

"Dibalik pintu" ku jawab pertanyaannya padaku.

Kenapa suaraku benar-benar bergetar seperti ini?. Pasti kejadian semalam sudah menghilangkan separuh tenagaku. Payah bukan tubuhku ini?. Aku sendiri memang mengakui jika suara petir itu benar-benar sangat menyeramkan. Hingga jika aku menutup telingaku saja, aku masih tetap bisa mendengar suara yang menggelegar itu.

Don't Hurt MeWhere stories live. Discover now