01

7.4K 587 14
                                    



Haruskah aku menyerah?

.

.

.

Jaejoong membenci laki-laki itu. Tidak ada hal yang paling ia benci di dunia ini kecuali lelaki tampan bermata musang itu. Oh, kecuali serangga, hantu, dan petir, tentu saja. Tapi sungguh. Siapa yang tidak akan marah ketika mengetahui bahwa seluruh aset keluarga milikmu telah diporak-porandakan oleh orang asing hanya untuk memiliki dirimu?

Itu yang Jaejoong alami sekarang. Ia tidak mengenal pria bernama Jung Yunho itu sebelumnya.

Yang ia tahu hanya perusahaan raksasa bernama The Jung's itu dimiliki oleh seorang pria arogan, dingin, dan paling menyebalkan sepanjang masa. Ia bahkan tidak tahu kapan tepatnya seorang Jung Yunho yang hebat itu menaruh perhatian kepadanya. Hanya saja dunianya telah berubah sejak pintu cokelat itu diketuk dari luar dan ia mendapati Ummanya menjerit ketika melihat seorang Jung Yunho berdiri di sana.

Tanpa senyum, datang melamarnya.

  "Tegakkan pundakmu, orang-orang melihat"

Mata besar Jaejoong mengerjap. Iris cokelatnya melirik pria yang kini menjadi suaminya secara sah itu sedang menatap tajam kepadanya.

Ck. Jaejoong mendengus.

  "Ini pestamu, bukan pestaku" Ujarnya sinis.

  "Dan kau istriku" Balas Yunho singkat.

Jaejoong semakin mendengus, dan sedetik kemudian ia tercekat mendapati Yunho mencengkram pinggangnya dengan erat, membuatnya menahan nafas.

  "Jaga kelakuanmu, Jung Jaejoong. Jangan mempermalukan aku" Desis Yunho tajam.

  "Aku tidak peduli" Ketus Jaejoong kesal.

  "Kalau begitu silahkan tidur sendiri malam ini"

Mwo?

Namja cantik itu menegang. Ia mengerutkan dahinya mendengar ucapan suaminya. Tidur sendiri? Tapi, mereka sama-sama tahu kalau malam ini cuaca tidak akan bersahabat. Jaejoong merinding membayangkan suara-suara petir yang menggelegar di tengah malam dengan kesendiriannya.

Pria cantik itu menelan salivanya.

  "Aku mengantuk, aku akan pulang bersama Minho" Ucap Jaejoong seraya menyentak lengan Yunho yang melingkar di pinggangnya.

Pria tampan itu tidak menyahut, ia bahkan tidak berusaha menahan Jaejoong. Yunho malah membalikkan tubuhnya dan menanggapi beberapa wartawan yang datang menghampirinya.

Tidak mengacuhkan Jaejoong yang mengepalkan kedua tangannya menahan rasa sakit yang mencekat di tenggorokannya.

Kau bilang aku milikmu. Tapi menjaga perasaanku saja kau tak bisa.

  "Ma'am?" Choi Minho—supir utama keluarga Jung— itu menaikkan alisnya mendapati Jaejoong yang hendak membuka pintu mobil.

Namja cantik itu mengangkat tangannya, memberitahu Minho kalau ia hanya ingin pulang sekarang. Dan Minho mengangguk patuh. Supir tampan itu melirik sekilas pria cantik yang kini menangis dalam diam di kursi belakang melalui kaca spion tengah.

Minho menghela nafas diam-diam. Pemandangan seperti ini sudah tidak asing lagi baginya.

.

.

.

Jaejoong mencengkram erat bantalnya setiap kali suara petir terdengar memekakkan telinga. Tubuh ringkihnya bergetar hebat. Ia mengatupkan giginya dengan rapat berusaha menahan tangisnya. Mengasihani dirinya sendiri yang terlihat begitu menyedihkan. Ia hanya ingin hidup bahagia, apa permintaannya terlalu muluk?

PIECESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang