Luna sampai di vila sekitar pukul satu pagi waktu indonesia barat, sudah hari jum'at

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

Luna sampai di vila sekitar pukul satu pagi waktu indonesia barat, sudah hari jum'at. Dia memang terbang dari soekarno hatta dengan last flight mengingat dia masih kerja kamis sore itu seperti biasa. Adil sudah terlelap saat Luna sampai. Toh, di tengah kantuknya, Adil tetap memijat lembut punggung Luna lalu memeluknya sampai keduanya terlelap. Paginya, jam belum menunjukkan pukul enam saat Adil membangunkan Luna untuk berjalan-jalan. Mereka menghabiskan waktu ke Pantai Sanur, Tanah Lot dan tempat-tempat wisata mainstream lainnya. Tidak ada waktu yang benar-benar dihabiskan secara maksimal. Tidak ada adegan berjemur di sanur atau apapun. Yang ada cuma mampir bentar, foto-foto trus loncat ke tempat lain. Dan setelah membeli aneka oleh-oleh makanan dan belanja barang-barang random yang lucu di mata Luna, mereka menutup hari dengan menatap sunset di Sanur sebelum akhirnya pulang ke vila.

 Dan setelah membeli aneka oleh-oleh makanan dan belanja barang-barang random yang lucu di mata Luna, mereka menutup hari dengan menatap sunset di Sanur sebelum akhirnya pulang ke vila

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

Tapi, Luna sudah mendapat firasat buruk sejak awal. Hari itu, Adil lebih ekspresif dan impulsif. Adil mencium Luna kapan saja dia mau, tanpa keraguan atau apapun. Adil memeluk Luna. Banyak foto-foto yang diabadikan selama mereka berada di Bali. Dan bukan satu-dua kali kata cinta terucap jelas dari bibir Adil.

Seperti malam itu, jam sudah menunjukkan setengah tiga pagi waktu Bali. Sudah hari sabtu. Mereka baru selesai bercinta dengan hebat saat Adil merengkuhnya, erat dan dengan yakin membisikan Luna kalimat, "apapun yang terjadi, Lun, aku cinta mati sama kamu."

Luna nyengir mendengar ungkapan cinta itu sekaligus ketika ia menyadari Adil memakai kata ganti 'aku-kamu' dan bukannya 'lo-gue' seperti biasa. Tapi malam itu, Luna tetap terlelap dengan senang hati. Di dalam pelukan Adil yang masih terus ia puja.

"Lun." Panggilan Adil membuat Luna yang sedang menonton televisi menoleh. Di depannya, ada Adil yang hanya memakai boxer dan sedang mengusap rambutnya yang basah dengan handuk. "Tar ke waterboom, yuk."

Luna ketawa. "Waterboom di Jakarta juga ada kali, Dil. Tapi, ya udah. Luna temenin. Kemanapun Adil mau."

"Gue mandi dulu, ya, Dil," pamit Luna lalu lenyap di balik pintu kamar mandi. Ia menghidupkan air hangat dan berendam di dalam bath tub cukup lama. Dan malapetaka dimulai saat Luna berencana mengeringkan rambutnya memakai hairdryer. Sebuah kotak beludru hitam muncul di atas meja, di balik hairdryer yang baru saja Luna sambungkan ke listrik.

"Adiiiiil!" Luna berteriak-teriak girang. Dia keluar dari kamar mandi memakai handuk kimononya yang berwarna abu-abu. Rambutnya bahkan tidak sempat ia keringkan, masih terlilit oleh handuk lainnya yang berwarna putih polos.

Adil menatapnya, bingung.

"What is this?"

Adil menatap kotak beludru itu. Lalu terdiam. Dia kehabisan kata-kata.

"Are you going to propose me?"

Adil masih diam. Matanya bahkan terpejam. Jakunnya naik turun, pertanda ia meneguk ludahnya banyak-banyak. Di tengah keheningan itu, Adil mengaku. "Tadinya."

Denpasar terang. Hanya semilir angin yang menyusup lembut menggelitik kulit Luna. Tapi, entahlah. Hatinya sekarang porak poranda.

***********

Luna dan Anisa akhirnya memutuskan untuk mengobrol atau apapunlah itu di sushi-mi, sebuah restoran sushi yang ada di seberang kantor. Anisa memesan ocha sementara Luna memesan ocha dan seporsi sushi telor salmon.

Sama seperti Anisa yang tidak pernah kenal Luna sebelumnya, ini adalah pertemuan pertama Luna dengan Anisa. 

"Saya mau mengucapkan terimakasih pada kamu," ujar Anisa. Luna mengaitkan alisnya, bingung. "Terimakasih sudah menjauhi anak saya. Terimakasih sudah berbesar hati untuk berpisah dengan anak saya. Saya harap kamu konsisten. Saya tau, anak saya cinta mati sama kamu. Saya akui itu. Tapi, kita berdua tau kalau apapun usaha yang kalian lakukan, kalian memang tidak ditakdirkan untuk satu sama lain."

Semangat luna memakan sushi maupun meneguk ochanya menguap seketika itu juga. Disusul bom tambahan, "saya juga turut sedih tentang kamu. Saya harap, kamu bisa menemukan suami yang bisa menerima kondisi kamu apa adanya." Refleks, Luna memegang bagian bawah perutnya. 

Luka menganga yang ditinggalkan Adil, kini digarami dengan ikhlas oleh Anisa, Ibu lelaki itu.

[1/3] It's yesterday.Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora