5

8.2K 1.1K 17
                                    

Luna memasukkan barang-barangnya ke dalam tas. Bawaannya hari ini lebih sedikit meski dia masih membawa oleh-oleh untuk Stella. Tapi, setidaknya sudah tidak sebanyak tadi dan dia memilih meninggalkan stilettonya dan menggantinya dengan sendal jepit. Toh, besok harus dipakai disini lagi. Kenapa dia harus membawa pulang.

Luna menatap ponselnya, hampa. Tidak ada telepon masuk dari Adil. Padahal, kalau memang Adil sebegitu mencintainya, seperti kata Ari, Adil pasti meneleponnya. Sekali saja. Buktinya? Tidak ada telpon. Atau miskol. Atau SMS atau apapun. Hanya Stella yang sejak tadi bawel me-whatsappnya mengingatkan untuk datang ke rumahnya membawa oleh-oleh. 

Telpon kantornya berdering. Siapa sore-sore begini? Padahal empat menit lagi jam kantor berakhir?

"Halo?"

"Lun, ini Sarah. Ada yang mau ketemu lo di lobi." Sarah, resepsionis kantor. Meski jarang bersentuhan langsung dalam urusan pekerjaan, karena karakter Luna yang supel, Sarah jadi sedikit-banyak berteman dengannya.

"Oke. Gue ke sana abis absen ya. Suru tunggu bentar."

"Sip."

Setelah absen, Luna segera menuju lobi. Senyumnya merekah saat melihat Sarah yang menunjuk seorang ibu paruh baya. Usianya mungkin sekitar 50 tahun atau lebih tapi wajahnya tampak masih cukup kencang--hasil perawatan salon malah, pasti. 

"Sore, Ibu. Ada yang bisa saya bantu?" sapa Luna ramah.

Wanita itu menatapnya. Tidak ada senyuman atau keramahan. Hanya ada campuran kekesalan, kehampaan dan entah apa. Wanita itu menatapnya sinis, tanpa diminta, ia memperkenalkan diri, "saya Anisa. Anisa Adibrata."

****

Weekend getaway itu semuanya sebenarnya usulan Adil. Senin sampai kamis, Adil ada kerjaan di Bali jadi berhubung jum'atnya libur, Adil mengajak Luna menghabiskan long weekend di sebuah vila di ubud yang sudah dia pesan untuk dua malam. Vila itu berukuran besar. Ada satu buah kamar dengan ranjang superbesar. Kamar itu berview sawah, sengaja dipilih Adil supaya bisa mencari kedamaian, lepas dari hiruk-pikuk Jakarta yang dipenuhi manusia dan ego. 

Sewaktu mereka datang, kamar itu dihiasi banyak bunga yang menyebarkan wangi. Tapi, satu-satunya respon yang Luna berikan adalah, "buset. Bunga semua. Dikira gue mati kali, ya." Mereka menghabiskan akhir pekan dengan menonton film-film yang diputar HBO atau netflix diselingi berenang di kolam renang pribadi yang juga ditebar kelopak mawar di atasnya. Kolam renangnya tidak terlalu besar, cenderung kecil, malahan. Tapi lebih dari cukup untuk mereka berdua. 

"Egila, ini kamar mandi gede banget. Segede kamar di apartemen gue," celetuk Luna, cenderung norak saat melihat kamar mandi vila itu. Segede-gedenya kamar mandi di apartemen Adil, kamar mandi ini jauh lebih lebih besar lagi. Kamar mandinya berisi sebuah kloset, sebuah shower dan satu buah bath tub yang saking besarnya bisa menampung satu keluarga (keluarga normal dengan dua anak, ya. bukan keluarga besar). Ada meja berkaca berikut colokan untuk hair dryer. Shampoo, handuk dan teman-temannya sudah disediakan pihak pengelola. Benar-benar kamar mandi yang didesain untuk orang honeymoon.

 Benar-benar kamar mandi yang didesain untuk orang honeymoon

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[1/3] It's yesterday.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang