2. hafizah talking doll

28.7K 1.2K 8
                                    


tidak biasanya Idzar mampir ke toko mainan anak seperti ini. ini pertama kalinya. kalau bukan karena si kecil Shabiya Pradana biasa dipanggil biya, keponakan kesayangannya yang baru berusia 4 tahun yang minta dibelikan mainan katanya. idzar curiga itu request terselubung yang dilakukan Dana atau Sina. paling bisa bisanya mereka saja.
dan setelah berkeliling mencari toko mainan yang menjual lengkap segala jenis mainan. idzar menemukan sebuah toko yang lokasinya tidak jauh dari kantor. toko tersebut menjual berbagai macam mainan anak. sesampainya disana, Idzar disambut dua pegawai toko tersenyum ramah kepadanya. pria itu hanya mengangguk.

idzar menelusuri isi toko sambil mencari mainan yang cocok untuk biya. ia menginginkan mainan yang ada unsur edukasi di dalamnya. jadi bukan hanya sekedar mainan. akan ada kebanggan tersendiri jika ia mempunyai keponakan yang pintar seperti om nya.
tak butuh butuh waktu lama, akhirnya idzar menetapkan pilihan pada sepasang mainan yang bernama hafiz hafizah talking doll. sepasang boneka robot yang bisa mengaji.

 sepasang boneka robot yang bisa mengaji

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

tak hanya mengaji. tapi juga dilengkapi kajian lain seperti Alphabet Story, Animals story, Cerita Nabi, Fun Fact, Kisah Teladan Nabi Muhammad, Vocab Arabic-Indonesia, Games, Asmaul Husna, Doa-Doa Harian, Murattal 30 Juz, dan Lagu-Lagu Al-Qolam.
dari semua yang tersaji sudah cukup untuk mewakili kesempurnaan mainan tersebut. Idzar hendak mengambil mainan itu dari rak untuk dibawa ke kasir. tapi ia baru tersadar ada tangan lain yang hendak mengambil mainan tersebut. Idzar menuntun pandangannya ke arah tangan lain itu menuju si pemiliknya.

"Idzar?"

"aufa?"

mata mereka tertuju pada benda incarannya. "maaf ya aku udah incer mainan ini udah lama. jadi, kamu harus ngalah. okey?"
Aufa menarik mainan itu dari rak tapi tangan idzar menahan benda tersebut diiringi tatapan tajam. Aufa merindukan tatapan itu walau hanya dalam hitungan detik.

"tapi orang pertama yang nyentuh mainan ini aku, fa. jadi, maaf sekali. kalau untuk hal lain, its oke lah aku mau ngalah sama kamu. tapi untuk mainan ini, kayaknya kamu yang harus ngalah deh"

kedua tangan mereka saling menahan mainan berharga itu. seperti dua anak kecil yang merebut mainan kesayangannya.
"udah deh fa, ngalah aja. aku buru buru nih. keponakan aku udah nungguin. kalau aku ga bawa mainan ini. yang ada nanti om nya di unyeng unyeng" Idzar agak mengerang frustasi sambil mencoba menarik mainan itu tapi tenaga Aufa lumayan kuat untuk menahan. bagaimanapun juga, mainan ini harus berakhir ditangannya.

"jadi kita sama dong. mainan itu sama sama buat biya. aku juga beli ini buat biya. kalau gitu, kamu aja yang ngalah. atau beli mainan yang lain. masa biya punya dua pasang mainan yang sama. nanti kan jadi mubazir"
Idzar menggeleng pelan namun tegas. "tapi aku udah suka sama mainan ini. kenapa ga kamu aja yang beli mainan lain?"

"kan udah aku bilang, aku incer mainan ini udah lama. udahlah dzar, ngalah aja demi biya"

"justru aku ga mau ngalah karena ini semua demi biya"

Senja MerinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang