Seringaiku mengembang saat melihat wajah Diska mulai putih pucat. Dia melihatku tak percaya dan cepat-cepat berlalu sambil menghentikan kakinya.

Hey, Diska.

You will feel EVERYTHING, you've been did to ME.

*

"Tibby hari ini mau ke mana? Hilly boleh ikut gak?" tanya Hilly di ambang pintu ketika kami, (aku, Raga, Lance, Rico dan Kurt) sedang memakai sepatu hitam senada di teras mansionnya.

Ini hari H yang kutunggu-tunggu. Sahabat-sahabatku sudah menunggu di aula sekolah sementara kami berlima masih ada di mansion untuk latihan sekali lagi.

Aku menatap wajah kecil itu sambil membuka kedua tangan lebar-lebar, "gak boleh ikut. Tapi Hilly peluk Tibby dulu ya?"

Kaki mungil Hillary berjalan ke arahku dan tangan kecilnya memeluk leherku. "Hati-hati di jalan ya, Tibby." Lalu Hillary menggandeng tangan babysitternya, anak kecil ini sebenarnya akan berangkat ke sekolah tapi sempat-sempatnya meminta ikut ke Nusa Bangsa. Hillary masuk ke dalam mobil tapi matanya terus menatapku.

Anak itu, aku semakin sayang padanya.

"Tibs?" panggil Rico yang ternyata sudah berada di mobil. Dia menurunkan kaca jendela dan menyernyitkan dahi. "Ayo masuk. Dikit lagi acaranya abis."

Aku menelan ludah, "duluan aja. Gue mau nyiapin diri dulu."

"Tapi-"

"Gak apa-apa sumpah." kataku meyakinkan.

Sesaat mereka berempat ragu-ragu tapi akhirnya mengangkat bahu bersamaan dan mobil Lance bergerak membelah jalan.

Aku tinggal di sini bukan ingin mempersiapkan diri.

Aku ingin mencari Landon.

Oke, itu bukan berarti aku suka padanya. Aku hanya 'khawatir' dia menjadi gila karena akhir-akhir ini kami jarang bertemu dan pagi ini aku sama sekali tidak melihat batang hidungnya.

Pasti dia tidak tahu tentang acara ini.

Yah, siapa peduli coba?

Palingan dia lagi pacaran sama cewek itu, ha-ha.

Setelah mencari di kamar Landon dan tempat dia biasa berada di mansion, aku tidak menemukan sosok jangkungnya.

Tiba-tiba suasana menjadi mellow. Karena sekilas aku mengingat kenangan di antara kami yang tidak bisa dibilang tidak banyak.

Saat aku masih menjadi pramusaji di caffe, bertemu pertama kali dengannya. Si tipe cowok irit ngomong dan sedetik kemudian aku berpikir bertemu seseorang setengah dewa saat ia mendongak.

Ketika dia dengan kesal berdiri dari meja makan dan berkata ingin memasak makan malam sendiri.  

Waktu ia menawarkan diri untuk mengantarkanku pulang. Meski aku dipermainkan karena posisinya yang seperti hendak menciumku, tapi aku tidak bisa munafik dan bilang aku gak terhibur karena tingkahnya.

Saat Landon mencium dahiku tiba-tiba.

Ketika Landon secara tidak langsung berkata kami bukan sebatas kenal.

Waktu Landon mencuri ciuman pertamaku.

Ketika dia berkata untuk tidak mengingat ciuman itu.

Terakhir, aku melihatnya bersama dengan yang lain.

Dengan benci kukatakan aku merindukan sosok jangkung bermata hazel itu.

Aku sudah keluar dari mansion lima bersaudara dengan wajah tertekuk, bahkan aku tak peduli saat mobil berwarna hitam berhenti di dekatku. Dua orang berpakaian hitam-hitam dan berkacamata senada keluar dari mobil itu.

Aku mulai waspada saat mereka mendekat dan seperti ingin menerkamku. Langkahku terhenti, saat rasa was-was semakin terasa aku mulai berlari. Apalagi suasana sedang sepi karena pagi hari di mansion lima bersaudara memang selalu lengang. Oke, lingkungan ini selalu lengang.

Shit.

Mereka berdua mencengkram kedua pergelangan tanganku dan menarikku menuju mobil. "Heh Botak! Turunin gue!! Sial," aku berdecak saat mereka membuka bagasinya.

Aku berusaha kabur dengan menggigit lengan salah satunya, lalu saat satu orang lengah aku mulai berlari kabur.

Tapi temannya yang lain menjambak rambutku dan dengan gesit melemparku ke dalam bagasi mobil. Punggungku sakit karena sepertinya tadi terbentur barang-barang yang ada di bagasi ini. Pintu bagasi tertutup tepat saat aku berteriak.

God. Hidup gue ribet banget kayaknya.

*

[A/N]

an nya apaan ya? bingung ... oiya thankyou buat vote dan komennya, mood boster paling berpengaruh dan guenya juga jadi fast update. Makasih semuaaa c:

ST [4] - Tibby's JournalWhere stories live. Discover now