(Boby) Part 1

2.2K 85 0
                                        

"Selamat Pagi, Pak" terdengar suara wanita yang menyapaku.

Akhir-akhir ini aku lagi sering-seringnya kedatangan tamu wanita. Karena ini salah Papa! Membuka lowongan pekerjaan untuk mencarikanku sekretaris. Yah memang sih sekretaris itu penting biar kerjaan aku lebih teratur, tapi saat ini aku masih bisa ngatasin masalah aku sendiri. Tapi sebagai anak yang patuh terhadap orang tua dan rajin menabung. Yah harus nurut. Terpaksa.

Perkenalkan namaku Boby Chaesar Lee. Aku lahir dengan memiliki 2 keturunan. Mamaku berasal dari keturunan Jerman dan Papaku berasal dari Jakarta bersuku Tiong Hua. Papaku seorang pengusaha yang sukses setelah 8 tahun membangun usaha di bidang bahan bakar kendaraan.

Singkat cerita, sekarang usaha papaku sudah menjadi perusahaan terbesar di Indonesia. Hidup di keluarga yang mapan dan keluarga yang harmonis memang kehidupan yang sangat sempurna untukku. Aku bersyukur terlahir di keluarga ini. Tetapi ketika aku telah beranjak dewasa dan telah menyelesaikan studiku, pertanyaan yang menurutku paling horror mulai diperdengarkan.

Ketika Reunian ~ "Pacar lo mana, Bob ?" . Ketika ke undangan ~ "Sendiri aja lo tiap kekondangan, gandeng siapa kek biar ga kesepian amat lu" ketika ke kantor ~ "Cari Sekretaris kali Bob, jangan ngurus jadwal sama kerjaan lu sendiri". Nah ini, sekian banyak calon sekretaris tapi semua pada ga becus ngatur jadwal meeting dengan client atau susunin berkas-berkas dokumen di meja kerjaku.

"Bob, kamu udah 23 tahun loh, kapan nikah ?" Mungkin selama 2 tahun belakangan kata-kata ini tidak sehorror saat usia segitu. Tapi kata-kata ini mulai horror saat usiamu bertambah.

Sebenarnya aku bukan yang kesepian karga ga punya pacar. Jangan bilang aku humu ya. Gini-gini tipe cewe akuMegan Fox😂. Aku bukannya ga mau punya pacar. Tapi aku masih di tahap pencarian. Belum ada yang pas dihati aku. ada beberapa cewek yang aku suka dan dari beberapa menjadi seseorang. Inilah kisah aku saat menemukan seseorang yang menurut aku dia adalah seorang yang akan menjadi bagian penting dalam hidup aku.

"Pagi silahkan masuk dan duduk" ujarku. Aku masih sibuk mencari dokumen di belakang kursiku dan memunggungi pintu.

"Terima Kasih, Pak. Perkenalkan nama saya Shania Junianatha. Kedatangan saya disini untuk melamar pekerjaan sebagai Sekretaris. Ini adalah surat lamaran kerja saya dan riwayat hidup saya" ujarnya tanpa henti. Nah, dapat juga dokumennya. Aku pun menjepitnya dimulutku sambil kedua tanganku menutup lemari kecil tempat penyimpanan dokumen itu.

Tanpa menoleh ke wanita tersebut aku langsung membaca Surat lamaran dan riwayat hidupnya itu, kiranya beginilah isi dari surat tersebut :

Nama : Shania Junianatha, S.E seketika ada yang berdetak aneh jantung ini membaca namanya.


Tempat / tanggal lahir : Solo, 27 Juni 1991. Hmm, ga beda jauh, beda setahunan doang.


Blablabalabbla


"Daftar Riwayat Hidup"


SD Karya Bangsa 48 tahun 19**-20-


SMP Takkarya Bangsa 48 tahun 20-- - 20-


SMA Lahkarya Gensrekin tahun 20-- - 20-Lah. Ini kan sekolah aku dulu.

Dengan cepat ku mengarahkan pandangan pada wanita yang sedari tadi duduk diam di depanku. Dan ketika ku melihat nya....



"Elo!" aku kaget


"Iya, Pak ?" jawabnya dengan senyum manisnya.



Oh crap!, jantung berasa mau keluar dari tempatnya. Detak jantung ga karuaan. Keringat mulai keluar dari dahiku dan mengalir ke hidungku membuat kacamataku longgar. Aku pun tersadar akan terkejutanku. Ya Tuhan, kenapa engkau mendatangkan dia kepadaku. Haisz!

*Flash back, waktu itu...*

"Shan, aku bakal nunggu kamu, aku bakal selalu nunggu kamu untuk mengindahkan harapan yang kamu beri ke aku. Kapanpun itu"


Harusnya aku ga perlu berharap. Malah makin menyakiti diri sendiri. Sebulan.. tiga bulan.. setahun aku mulai melupakan cinta ku itu dan memulai untuk menemukan cinta baru. Tapi. Tapi tapi. .


...
..
.

"Maaf, Pak. Untuk saat ini saya sedang melamar pekerjaan dan bersikap profesional untuk ini" ujarnya memutarkan lamunanku.

"Maafkan saya. Akan saya pertimbangkan lebih lanjut lamaran Anda, akan saya hubungin Anda untuk masalah ini.

"Terima Kasih, Pak. Mohon bantuannya" ujarnya sambil membungkukkan badannya dan aku membalasnya.

"Saya permisi,Pak."

"Shania bisa kah kau menungguku di restoran depan kantor ?"


..
....
.....
.....
What's next ?

What's Next ? (Under Revision)Where stories live. Discover now