Chapter 14

1.9K 156 0
                                    

Author Pov

"Prill..."ucap Mila pelan saat telah masuk ke dalam kamar Prilly dan mendapati Prilly yang tengah berbaring dengan mata yang terpejam dan memeluk sebuah kertas yang Mila yakini adalah pesan yang di tulis oleh Kevin atas nama Ali. Mila tau bahwa Prilly tak tidur karena Mila berkali-kali mendengar hembusan nafas kasar dari Prilly. Selang infus juga telah terpasang di tangan Prilly. Wajah pucat Prilly semakin membuat ngilu hati Mila..

"Belum tidur.. udah malem" lanjut Mila lagi sambil memegang tangan Prilly saat Prilly membuka matanya dan memberikan seulas senyuman pada Mila. Senyuman yang bagi Mila benar-benar membuat hatinya tersayat. Mila tau di balik senyuman itu banyak artian yang tak mampu Mila tafsirkan.

"Belum.." jawab Prilly lirih bahkan hampir seperti bisikan. Sungguh, mendengar auara Prilly yang seperti ini membuat dada Mila sesak.

"Kenapa ? Udah minum obat ?" Lanjut Mila lagi saat mendapati obat di nakas Prilly masih utuh tak tersentuh dan hanya dijawab oleh Prilly dngan gelengan kepala. Lihatlah.. betapa berbedanya Prilly saat tak ada Ali di sampingnya. Bahkan dengan meyakinkan bahwa keadaan Ali baik-baik sajapun tak membuat Prilly ceria seperti saat bersama Ali.

"Minum obatnya ya Prill.." ucap Mila dan bergegas mengambil obat di atas nakas

"Lo harus ingat pesan Ali di surat itu, jangan buat Ali sedih karena lo nggak mau minum obat gara-gara nggak ada Ali di sini" lanjut Mila sambil menyerahkan obat Prilly dan segelas air pada Prilly. Dan membantunya untuk duduk bersandar di kepala bangkar.

"Makasih Mil.." ucap Prilly setelah minum obatnya dan menyerahkan gelas yang telah kosong. Mila hanya mengangguk tersenyum, dan membaringkan Prilly lagi. Sungguh kali ini Mila benar-benar dilanda canggung yang berlebihan, padahal biasanya dia tak pernah kehabisan topik untuk mengaja Prilly berbicara dan bercanda. Prilly yang merasakan hal yang serupa mencoba membuka suaranya.

"Kok baru kesini, habis jalan sama Kevin ya" ucap Prilly dan lagi-lagi disertai dengan senyuman yang bagi Mila adalah sebuah senyuman yang dipaksakan. Prilly tau bahwa Mila seharian dengan Kevin karena tadi pagi setelah menyerahkan surat dari Ali, Kevin bilang akan menemui Mila. Mereka tidak bekerja karena memang hari Sabtu dan Munggu kantor tempat Mila dan Kevin bekerja libur.

"Iya.. maaf ya, jadi lupa waktu buat nemenin lo" ucap Mila dengan nada menyesal.

"Tau-taunya tu selang udah kepasang aja di tangan lo" lanjut Mila lagi dengan mata yang terarah pada tangan Prilly yang di infus. Mila tau keadaan Prilly tadi sempat tidak stabil karena lupa makan dan minum obat di pagi hari. Itulah yang Mila dengar dari ucapan dokter Adrian dan Kevin saat mereka berpapasan di depan kamar Ali saatKevin dan Mila hendak melihat kondisi Ali.

"Emang akunya aja yang bandel Mil, tadi keasikan main gitar jadi lupa waktu lupa segalanya hehe" jawab Prilly sambil nyengir kuda.

'Tolong Prill.. jangan buat gue merasa tambah bersalah dengan senyuman itu' batin Mila miris

"Yaudah, kalo gitu lo istirahat ya. Gue pulang dulu" ucap Mila sambil membetulkan selimut Prilly.

"Mumpung besok hari Minggu, gue kesininya pagi deh biar bisa nemenin elo" ucap Mila lagi setelah selesai menutupi badan Prilly sebatas dada.

"Yakin ? Nggak mau sama Kevin lagi ?" Goda Prilly dwngan menengedipkan sebelah matanya.

"Yakan maksudnya sambil menyelam minum air Prill hehe" ucap Mila sambil nyengir kuda. Prilly yang tau maksud Mila hanya mampu geleng-geleng kepala dengan kelakuan Mila. Dalam hati Prilly bersyukur karena saat ini Mila telah menemukan seseorang yang mampu menemaninya setiap hari. Dengan begitu saat jantung Prilly lelah berdetak dia tak merasa khawatir dengan Mila yang nantinya akan sendirian, karena sekarang sudah ada Kevin di dekatnya.

"Aku seneng kalo kamu seneng Mil. Dengan adanya Kevin sekarang aku lega karena saat nanti aku pergi kamu udah ada yang nemenin" lirih Prilly dengan senym miris. Mila yang mendengar kata-kata Prilly hanya mampu geleng-geleng kepala menahan air matanya. Sungguh kata-kata Prilly begitu membuat hati Mila mencelos. Mila benar-benar nggak sanggup membayangkan itu.

"Sstt.. jangan ngomong gitu. Lo nggak bakal pergi kemana-mana. Lo akan tetap disini sama gue, Ali, Kevin dan semuanya" Mila memberi jeda mengambil nafas dan menghembuskannya kasar untuk melanjutkan kata-katanya

"Lo harus semangat. Gue, Ali, Kevin kita semua sayang sama lo. Jadi jangan pernah ngomong kaya gitu lagi. Oke" Prilly hanya mengangguj lemah. Jujur jika boleh memilih Prilly juga akan memilih pilihan yang sama dengan apa yang di ucapkan oleh Mila.

"Kalau gitu gue pulang ya, udah ditunggu Kevin" lanjut Mila mencium lembut dahi Prilly dan bergegas keluar. Bertepatan dengan Mila yang membalikkan badannya air mata yang ditahan olehnya menetes dengan derasnya. Dibiarkannya air mata itu jatuh sampai dia menutup pintu kamar Prilly dari luar. Tanpa aba-aba lagi Mila langsung menubruk seseorang yang berada di dihadapannya. Lagi-lagi Mila terisak dalam pelukan laki-laki itu. Ya, dia adalah Kevin. Kevin yang mendengar ucapan Prilly tadi sangat tau betul bagaimana perasaan Mila saat ini. Dia hanya mampu membelai lembut ramvut Mila dan membawanya keluar dari Rumah sakit.

Sedangkan Prilly kini juga terisak bersamaan dengan pintu kamarnya yang ditutup oleh Mila. Mendengar ucapan Mila bahwa mereka menyayangi Prilly dan tak akan membiarkan Prilly pergi membuat hati Prilly sesak karena harus mengingat nama Ali. Ya, Ali emamng telah menyayangi Prilly begitu juga dengan Prilly yang menyayangi Ali. Saat ini Prilly hanya mampu menangis dalam kesunyian. Setelah lama menangis nafas teratur mulai terdengar pertanda bahwa dia telah tertidur.


Ku Tunggu Kau Di Pintu SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang