Satu ; Mata Perak

136K 6.7K 318
                                    

Diposting 22 Maret 2016
Revisi 16 Februari 2017

Akun kena scam April 2022 (Semua story diunpublish hacker)

Dipost ulang (Hanya sebagian chapter, buku sudah diterbitkan) Juni 2022
***

"Mitsuki-hime ..." panggilan itu membuat si gadis berambut kelam bergelombang menoleh, tersenyum pada gadis lainnya yang menunduk hormat padanya. Tangannya satu sama lain masuk ke dalam yukata.

Mitsuki berbalik dan bertanya, "Ada apa, Chiyo?"

"Paduka Raja memanggil anda." Chiyo yang merupakan pelayan Mitsuki sejak kecil balas mengulum senyum. Dia mengimbuhkan, "anda lagi-lagi mendapat lamaran kali ini dari Pangeran Kerajaan Hujan."

"Lagi?" si gadis berusia tujuh belas tahun meringis. Ini hanya sebuah formalitas. Ayahnya tidak berniat menerima pinangan siapa pun. Dia ditakdirkan untuk menjadi rembulan di kerajaan ini. Seseorang yang bisa dilihat keindahannya namun tidak bisa dimiliki siapa pun.

Mitsuki mengangguk, dia berjalan keluar dari kamarnya diikuti oleh beberapa pelayan pribadinya. Menyusuri teras paviliun yang menjadi tempatnya hendak pergi ke istana utama.

Semua pengawal yang melihatnya berlutut tidak berani menatap wajahnya.

Gadis yang berasal dari kerajaan awan, puteri bungsu dari Raja Masato adalah gadis paling cantik di seluruh Negeri.

Mata kelam yang tajam dan bulat, kulit seputih salju yang sangat lembut. Bentuk tubuh indah, bibir merah tanpa polesan gincu. Tidak ada Satu pria pun selain keluarganya yang tidak terpesona padanya. Dia adalah gadis yang selalu dikurung oleh sang ayah demi kemakmuran Negara mereka.

Para raja dan pangeran berdatangan, ingin membentuk aliansi dan menjalin hubungan. Mengirim banyak hadiah-hadiah mahal dan mewah. Para pedagang hilir-mudik, membuat Negeri terpencil tersebut kian dikenal dan didatangi para wisatawan.

Selalu, setiap pinangan yang diajukan untuk Masato Mitsuki ditolak dengan cara halus. Dikatakan bahwa puteri mereka belum siap menikah dan masih betah tinggal bersama kedua orangtuanya.

Mitsuki kesepian.

Tapi dia tidak mempermasalahkan. Ini tugasnya, sebagai puteri dari Kerajaan Awan, dia harus memprioritaskan kesejahteraan rakyatnya dibanding kebahagiaannya sendiri.

Dia tidak pernah sekali pun bisa membantah perintah sang ayah.

"Hime-sama." Baritone itu menghentikan langkahnya, Mitsuki menoleh, menatap seorang jenderal yang berlutut hormat saat dia melewatinya. Pria dengan rahang tegas itu mendongak, balas tersenyum saat Mitsuki mengulas sunggingan kecil. Dia hanya berbeda lima tahun dari Mitsuki.

Anak dari perdana menteri yang selalu menjadi teman baiknya sejak kecil.

Mitsuki cukup mengenalnya dan mereka bahkan sampai detik ini berteman dekat.

"Jenderal Akio." Suara lembut itu menyapanya ramah. Tadashi Akio berdiri, menjulang tinggi di sisi kanan sang puteri. "Kau baru kembali?"

"Ya. Mengatasi penyusupan obat-obatan illegal di pelabuhan. Anda akan pergi ke aula?"

"Ya. Aku dipanggil Ayahanda, mendapat pinangan yang lain."

Keduanya sama-sama terdiam. Akio tidak terlalu memikirkannya. Dia tahu tidak akan ada Satu pun pinangan untuk Mitsuki yang akan diterima rajanya. Mitsuki tidak akan pernah selangkah pun meninggalkan Negeri mereka.

Mitsuki menatap pipi kiri Akio yang masih memiliki bekas luka. Sayatan panjang yang tidak memudar sekali pun sudah sangat lama. Bekas luka yang tidak sedikit pun mengurangi ketampanannya. Pria ramah itu mengangguk dan sedikit membungkuk.

Kimi Ga Suki DaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang