Bab - 1

24.1K 1K 33
                                    

"Apa kau masih marah?" Hermione menyilangkan kedua lengannya didada dan berdiri tepat didepan anak kecil berambut pirang ikal.

"Tidak." Jawabnya.

"Lalu kenapa sarapanmu tidak kau habiskan?"

"Aku sudah kenyang."

"Elleanor Jean Malfoy!" Hermione sedikit meninggikan suaranya. "Berhenti menggambar dan teruskan makanmu."

Elleanor mendongak dari buku gambarnya untuk melihat Hermione.

"Bukan hal yang baik menutupi kemarahanmu dengan cara menahan lapar." Hermione melembut.

"Aku tidak marah, Mom. Aku hanya sedikit kesal pada Anna." Aku Elleanor yang sudah kembali melanjutkan sarapannya.

Dua hari yang lalu Hermione di panggil ke sekolah Elleanor karena perkelahian kecil di dalam kelas. Saat Hermione menanyakan masalah yang sebenarnya, Ellie hanya menggeleng.

"Apa Dia menyakitimu sangat besar?" Tanya Hermione duduk disamping putrinya.

Elle menggeleng.

"Baiklah kalau kau tidak mau cerita." Hermione berdiri Lalu bersandar pada wastafel untuk memperhatikan putrinya.

Elle selalu keras kepala seperti sekarang.

"Apa Mom mencintai Dad?"

Hermione sedikit terkejut mendengar pertanyaan gadis cilik seperti Elleanor yang terlalu pintar untuk gadis seusianya.

"Mom menyayangi Dad-mu karena dia bagian dari kehidupanmu." Elle memalingkan mukanya kearah lain.

Hermione tahu jika jawabannya tidak sesuai yang diharapkan Elle.

"Aku lapar."

"Dad?" Hermione bisa mendengar bisikkan Elleanor yang kaget.

Berdiri di ujung tangga hanya dengan menggunakan celana hitam yang menggantung di pinggulnya. Seperti biasa rambutnya berantakan setelah bangun tidur. Dia datang lebih awal pagi ini untuk tidur lebih lama setelah perjalanannya yang melelahkan.

Elle diam-diam berjalan kearahnya sebelum menabrakan diri untuk memeluknya.

"Daddy, aku senang kamu dirumah." Hermione hanya tersenyum lebar melihat kedekatan mereka.

"Huh." Jawabnya memeluk erat lalu membawanya duduk di pangkuannya.

"Aku lapar." Ucapnya lagi pada Hermione.

Hermione mendengus lalu menyiapkan sarapan untuknya.

Hermione berdiri mengawasi mereka. Elle adalah putri ayahnya yang seratus persen mirip dengannya. Segala sesuatu milik ayahnya. Saat lahir, Hermione senang dengan kemiripan putrinya dengan dirinya. Rambut cokelat yang ikal dan bola mata cokelat. Namun Itu Tidak berlangsung lama, semakin Elle tumbuh besar semakin banyak perubahan. Perlahan rambutnya berubah menjadi pirang dan sifatnya yang keras kepala, egois dan sombong berasal dari ayahnya.

Hanya satu yang tersisa bagian Hermione pada putrinya, yaitu bola matanya yang tetap cokelat.

"Elle, bukannya sebentar lagi kau harus berangkat sekolah?" Hermione menepuk punggung putrinya yang masih nyaman berada dalam pelukan ayahnya.

"Hmmm."

"Elle-"

"Princess, Dad akan mengantarmu ke sekolah." Tawar Draco mencium bagian atas kepala Elle.

Elle mendongak untuk menatapa langsung mata biru ayahnya.

"Baik." Elle turun dari pangkuan Draco untuk berlari ke lantai atas kamarnya.

"Hei." Sapa Draco. Sebelah tangannya bertumpu pada meja makan untuk menyangga dagunya.

"Aku tahu semua wanita diluar sama terpesona olehmu. Tapi aku sudah kebal dengan pesonamu yang bertelanjang dada." Hermione berkacak pinggang didepan pria berambut pirang.

Draco terkekeh mendengarnya.

Mereka memiliki sejarah yang tidak bisa dilupakan begitu saja. Berjuang dari dunia yang saling berlawanan dan keyakinan kuat yang sudah tertanam sejak lahir.

Setelah perang berakhir mereka bukanlah teman baik. Hanya sebatas kenalan saja. Sampai di suatu pesta yang diadakan kementrian untuk memperingati kemenangan atas Voldemort. Mereka tidur bersama dan sembilan bulan kemudian Elleanor Jean Malfoy lahir.

Mereka tidak pernah membicarakan tentang pernikahan setelah Elle lahir. Mereka hanya tinggal bersama di sebuah rumah yang khusus dibelinya di sebuah dataran Muggle, sebenarnya mereka tidak berniat untuk bersembunyi dari dunia sihir untuk selamanya. Dalam beberapa tahun Elle akan tahu siapa dia sebenarnya termasuk Hogwarts.

Isu lain yang mereka hadapi adalah. Pekerjaan Hermione sebagai salah satu orang penting di Kementerian sihir dan Draco sendiri harus meneruskan bisnis keluarga besarnya. Yang sayangnya harus sibuk dan membawanya jarang pulang.

"Aku tidak pulang dua hari dan kau begitu tercengang melihatku?" Draco menyeringai dan menggosok pipi Hermione dengan ibu jarinya yang cukup kasar.

"Hmm."

"Kau semakin cantik." Ibu jarinya semakin menggosok pipi Hermione memberi kehangatan. "Aku merindukanmu."

"Pergilah mandi. Aku harus membuat sarapan untukku." Hermione mendorong tangan Draco untuk menjauh.

"Kau lucu, Granger." Draco tertawa sambil menaikki tangga. Meninggalkan Hermione yang mencoba menahan tawa.

Hubungan mereka aneh dengan caranya sendiri. Tapi mereka saling membutuhkan untuk berbagi rasa.

The FamilyWhere stories live. Discover now