Chapter 4 : Pertanyaan yang sama

99 43 11
                                    

Setidaknya, satu dari sekian keinginan adalah Menatap ku –Mallory's-

Berlin tengah berada diruang kerja sambil merancang desain baru. Bibi menghantarkan orange jus yang Berlin minta ke ruang kerja.

"Neng, tuh aa udah pulang," ujar bibi.

Berlin melirik jam dinding yang berada di ruang kerja.

"Pulang telat lagi." batin Berlin.

Bibi pamit keluar dari ruang kerja. Berlin menunda pekerjaan dan masuk ke kamar menemui suami nya.

"Baru pulang? udah makan malem?" Tanya Berlin membereskan tas kerja nya.

"Iya. Belum." jawabnya tanpa sedikit menoleh ke arah Berlin; Berlin menatap nya seraya melepaskan setiap kancing kemeja Zaheer. Dulu selama dua tahun pernikahan Zaheer sama sekali tak mau disentuh seperti dipasangkan dasi, atau Berlin mengancingkan kemeja Zaheer, ia selalu menghindar. Namun tahun ini dalam beberapa bulan seperti ada harapan meski harapan itu sangat kecil. Kini Zaheer tak pernah menghindar lagi, ya walaupun sifatnya masih sangat dingin.

"Minggu ini kita pulang ke bandung ya, aku kangen ibu sama ayah."

Berlin masih berusaha untuk membujuk Zaheer.

Zaheer terfokus pada ponselnya dan berjalan ke arah lemari mengambil baju,

"Za?" panggil Berlin lembut,

"Mm?" Jawaban yang selalu singkat membuat Berlin seringkali kesal sendiri apalagi kalau dia sambil memainkan ponsel nya. Seperti sekarang ini membuat Berlin seakan-seakan tengah berbicara sendirian.

Ingin ku tumbuk tuh hp pakek batu!

Sementara tak ada tanggapan, Berlin ke dapur membantu bibi menyiapkan makan malam daripada jadi darah tinggi dekat-dekat Zaheer.

Hidangan telah siap.

Berlin mengambilkan nasi untuk Zaheer kedalam piringnya berikut lauk pauk.

"Za, simpen dulu hp nya,"

Antara dia tidak dengar atau memang sengaja tidak mau dengar. Hampir beda tipis.

"El Zaheer!" teriak Berlin.

Sumpah bikin kesal! Bikin mood-ku hancur banget ..

Zaheer meletakkan ponsel nya dan kemudian melahap makan malamnya, Zaheer itu sangat irit--irit dalam hal berbicara.

"Jadi...gimana minggu ini balik Bandung gak? Masih mikirin waktu luang? Jangankan Bandung deh orangtua kamu yang masih sekitaran Jakarta aja kita udah jarang banget kesana malah mama dan papa mu aja yang selalu kemari." terang Berlin, dengan nada kesal.

"Kita lagi makan, nanti aja bahas nya. Jadi atau enggak itu nanti aku yang urus, aku selesai."

Drrrk

Zaheer mendorong kursi nya kebelakang, mengambil ponsel dan berjalan ke arah tangga.

Sikapnya itu dingin, tidak terlalu begitu memperlihatkan sisi romantisnya malahan memang tak pernah. Apalagi yang bisa Berlin lakukan, hanya membisu tertunduk lemas. Mencoba bersabar mengatur emosi nya, menghela nafas panjang mencoba untuk tidak kecewa lagi dan lagi.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 29, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Wedding RelationWhere stories live. Discover now