Bab 5. Dua Hati

19.2K 1.3K 23
                                    


Hai hai hai

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hai hai hai...setelah libur panjang kemarin, masih fresh banget jadi hari ini update lagi deh

selamat baca aja, dan jangan lupa tinggalin jejak ya, jangan didiemin ntar authornya nangis gimana?

Fiuh! maaf ya kalo tulisannya masih banyak typo dan tidak sesuai harapan, pokoknya yang mau kasih saran atau kritik dibolehin banget, tapi dengan bahasa yang sopan ya



Hari besar itupun tiba.

Panji dan Anjani kini berdiri di atas pelaminan dengan senyum tidak pernah lepas dari bibir mereka setelah ijab kabul yang begitu khidmat diucapkan oleh bibir pria itu. Janji yang sungguh sangat sakral, bahkan membuat mata Anjani berlinangan airmata. Meski ia tidak mencintai pria itu, namun kini mereka telah berstatus sebagai suami istri. Status baru yang mengharuskannya hanya memiliki pria itu dalam hidupnya entah sampai kapan, karena Panji sendiri tidak mau terikat dengannya. Rasanya berat membohongi keluarga mereka, tapi apa daya karena mereka tidak memiliki hak untuk menolak perjodohan ini.

Mata Anjani membulat ketika dengan lembut Panji menarik tangannya untuk kemudian berjinjit dan mencium keningnya sesaat. Ada rasa hangat menyusup dalam dadanya ketika bibir lembut Panji bersentuhan dengan kulit telanjangnya. Pria itu menatapnya sejenak ketika suara tepuk tangan menyadarkan mereka kembali. Dengan malu, Anjani menarik tubuhnya menjauh sementara Panji terlihat sama sekali tidak berniat meninggalkan tempat duduknya.

Mereka tampak serasi dengan kebaya dan beskap sederhana berwarna putih dengan hiasan butiran mutiara Swarovski di sepanjang baju mereka. Baju yang sangat sederhana namun mampu menampilkan kecantikan gadis jawa yang anggun dan lembut pada sosok Anjani, tidak terhitung decakan kagum para tamu demi melihat penampilannya siang itu.

"Kamu benar-benar pandai memilih istri, sayang!" seorang wanita yang diketahui Anjani sebagai Oma Becky memeluk suaminya dengan erat. Suami? Bahkan ia harus membiasakan ingatannya bahwa Panji si playboy sekarang adalah suaminya.

"Oma, bukan aku yang milih! Tapi bunda dan ayah, harusnya mereka saja yang bersanding dengannya hari ini!" raut muka Panji terlihat tidak senang, dia melirik sinis pada Anjani yang juga tengah menatapnya tidak kalah galak. Untung saja sedang tidak ada tamu, tapi memang jika ada tamu, Panji tidak akan berani berulah seperti itu.

Anjani ingin sekali menonjok muka tampan Panji dan mencopot sanggulnya lalu menggantungnya di hidung mancung pria itu. Seluruh duniapun tahu, keputusannya mau menikah dengan Panji bukan karena dia menginginkan pria itu. Mungkin saja benar kata istilah semakin tampan seorang pria, maka semakin bodoh pula otak pria itu. Mungkin Panji salah satunya, dan dia sudah menikah dengan salah satu pria terbodoh itu.

"Oma, terima kasih untuk gaun indahnya." Anjani memeluk wanita seumuran ayah mertuanya itu dengan erat, Becky hanya tertawa kecil melihat kelakuan gadis itu. Sejak pertama mengenal Anjani, diapun memutuskan menyukai perangai Anjani yang ramah dan sederhana. Menurut penilaiannya, gadis itu memanglah yang paling cocok bersanding dengan Panji. Melihat daftar mantan kekasih Panji selama ini yang semuanya berasal dari latar belakang wah dengan penampilan yang juga seolah dipaksakan, Anjani laksana oase sangat sejuk untuk menjadi tempat tinggal selamanya bagi Panji, tapi tentu saja jika Panji befikir dengan menggunakan seluruh volume otaknya. Dan ia masih meragukannya!

Panji dan Anjani ( SUDAH DITERBITKAN )Where stories live. Discover now