"Kamu salah Baal karena aku lebih mengenal kamu dari siapapun."

Iqbaal bangkit dari duduknya. "Emang lo siapa? Lo bukan siapa-siapa gue."

JLEB

Bagai ditusuk ribuan jarum hati (namakamu) terasa sakit mendengarnya. Apakah Iqbaal dihadapannya bukan lagi Iqbaal yang dulu ia kenal?

Iqbaal yang selalu memanjakannya. Iqbaal yang membuatnya tertawa lepas. Iqbaal yang menghapus air mata (namakamu) ketika ia sedang bersedih.

"Aku tahu kamu pasti kecewa sama aku karena aku yang baru nepatin janji aku ke kamu. Aku minta maaf Baal, aku baru bisa datang sekarang."

(Namakamu) mendekat pada Iqbaal yang memungunginya. "Aku gak tahu apa yang buat kamu berubah seperti ini, tapi sekali lagi aku mohon maafkan aku." Ucap (namakamu) lirih.

Mendengar (namakamu) memohon seperti itu membuat Iqbaal tidak tega. Disisi lain ia masih merasakan sakit hatinya pada (namakamu). Sakit melihat orang yang ia sayangi sudah menjadi milik orang lain apalagi saudaranya sendiri.

Iqbaal memilih diam kemudian melangkah meninggalkan (namakamu) yang menitikkan air matanya. Sedari tadi cairan bening itu sudah ingin keluar. Sesak di dadanya melihat Iqbaal kecewa padanya.

Dari keteridaman Iqbaal, (namakamu) bisa menyimpulkan kalau Iqbaal berubah karena dirinya ikut andil di dalam perubahan laki-laki itu.

Bagaimanapun (namakamu) akan terus meminta maaf pada Iqbaal. Melakukan cara apapun agar Iqbaalnya bisa kembali seperti dulu.

**

Sudah tiga puluh menit berlalu, Salsha masih setia menunggu Aldi mengumpulkan tugas mereka yang diberikan oleh Pak Ahmad. Bapak setengah baya itu memang dosen yang dikenal teliti memeriksa pekerjaan mahasiswanya.

Pak Ahmad harus mengecek dulu keseluruhan tugas apakah tugas itu sudah dikerjakan dengan benar dan sesuai yang diinginknya atau tidak. Dan itu membutuhkan waktu yang tidak sebentar.

Salsha langsung berdiri ketika Aldi keluar dari ruangan Pak Ahmad. Aldi menunjukkan raut tak terbaca membuat Salsha mengernyitkan keningnya.

"Ald? Tugas kita diterima gak?" tanya Salsha was-was.

Aldi menundukkan kepalanya lesu menghiraukan pertanyaan Salsha. Gadis itu langsung menebak  kalau tugasnya pasti tidak diterima. Padahal mereka sudah mencara referensi buku dengan baik. Sudah mencari materi di berbagi tempat.

Salsha menepuk bahu Aldi. "Jangan menyerah Ald, kita bisa kerjakan lagi, mungkin usaha kita kurang maksimal atau materi kita kurang banyak."

Aldi mengangkat wajahnya memberikan selembar kertas pada Salsha. Gadis itu langsung mengambilnya kedua matanya membulat melihat isi kertas itu.

"Aldi! Ini beneran kan? Kita dapat nilai A!!" Seru Salsha membuat Aldi terkekeh pelan.

"Iya, kita dapat A."

"Ohh, jadi tadi lo ngerjain gue?" Salsha memukul bahu Aldi. Laki-laki sipit itu tertawa karena berhasil mengerjai Salsha.

"Siapa suruh percaya" Aldi menjulurkan lidahnya lucu.

"Ihh! Nyebelin" sungut Salsha.

Aldi terkekeh lalu menarik lengan Salsha. "Gue traktir lo apa aja deh sebagai partner gue yang sudah kerjain tugas kita sampai dapet nilai sempurna."

"Beneran??" Mata Salsha berbinar membuat Aldi lagi-lagi terkekeh kemudian mengangguk.

"Kalau gitu, gue mau Ice Cream!!" Seru Salsha seperti anak kecil.

DifferentDonde viven las historias. Descúbrelo ahora