Dia atau Dia

117 5 0
                                    

Entah aku bingung dengan apa yang kurasakan saat ini.

Aku sudah menjadi miliknya. Namun aku tak pernah merasakan sesuatu yang  membuat jantungku berdetak abnormal seperti sebelumnya.

Yah, seperti sebelumnya. Di saat bersama dia yang lain bukan dia yang sekarang.

Di saat dia yang lain pergi meninggalkan secercah rasa manis dalam hidupku, kemudian dia menghilang begitu saja,mengubah rasa manis itu menjadi rasa pahit yang berbekas dalam ingatanku.

Sementara dia yang sekarang...

Ahh aku tak  tau dengan perasaanku padanya saat ini.

Dia terlalu baik untukku. Namun hatiku terlalu kaku untuk menerimanya.

Dia selalu berusaha untuk selalu ada disisiku, dia bilang dia selalu memikirkanku setiap waktu.

Namun, bodohnya aku malah memikirkan dia yang lain, yang justru kini sudah menghilang dan mencampakkanku.

Ingin rasanya aku merendam hatiku ini kedalam larutan cuka, Agar tak sekaku saat bersama dia yang sekarang.

Aku sadar aku salah mengambil keputusan. Tak seharusnya aku menerimannya menjadi pasanganku.

Tapi apalah daya, nasi sudah menjadi bubur. Aku tak mungkin kembali ke masa-masa itu lagi. Aku tak punya mesin waktu untuk mengulang semua kejadian di masa lalu.

Yah, mau tak mau aku harus menjalani semua ini dan menerima kenyataan bahwa aku telah dimiliki oleh dia yang sekarang. Aku harus mencoba menyimpan hatiku ini ke hatinya, meski kurasa butuh proses lama agar hatiku bisa bertahta di hatinya.

Mencoba membuat prinsip pada diri sendiri, untuk tetap berjalan lurus ke depan tanpa menengok ke belakang. 

Mungkin itulah salah satu cara agar aku bisa menaruh hatiku padanya.

**

Jarum jam terus berotasi melingkar pada porosnnya seiring berjalannya waktu. Terus seperti itu berulang-ulang. Hari demi hari terus berganti.

Aku masih berdiam disini, bersama dia yang sekarang.

Namun tetap saja hatiku masih terperangkap di hatinya.

Hingga berita yang ku anggap itu  sebuah ledakan pun datang, entah aku harus anggap itu sebagai titik terang dari semua kegelisahan ini atau aku harus anggap itu sebagai titik gelap dari semua konflik batin yang ku alami saat ini.

Kini dia yang lain datang kembali ke kehidupanku. Di kala aku bersama yang lain.

Seperti biasa dia menanyakan kabarku.

Hal yang menurut orang lain itu simple dan tak bermakna. Tapi, entah kenapa mampu membuatku menyunggingkan senyum.

Hingga akhirnya sudah mencapai titik klimaks.

Ketika dia mengetahui aku telah milik orang lain.  Dia memberitahu alasan mengapa dia menghilang begitu saja.

Ternyata dugaanku salah...

Dia menungguku. Aku juga  menunggunya. Kita saling menunggu, hingga pada akhirnya aku bersama yang lain. Namun hatiku masih terperangkap dihatinya.

Apa yang harus ku lakukan saat ini?

Terus berjalan lurus ke depan dan tak melepaskan genggaman tangannya, ataukah aku harus menengok ke belakang dan melepaskan genggaman itu hanya untuk seseorang yang kini menantiku di belakang.

Espresso CoffeWhere stories live. Discover now