1. Patah Hati

70.2K 2.7K 56
                                    

Hai...hai...masih ingat mas Graha dan May kan? Masih kangen nggak dengan ceritanya, hihihi... Aku repost 37 yaaa...sekedar melepas rindu buat yang kangen. Soalnya aku lagi dalam tahap ngerjain 37 season 2, horeeee.... Buat refresh aja, sebelum season 2 nya muncul :*

Hari ini aku harus bisa melupakan dia, harus bisa! Harus bisa!

Aku membaca mantra rutinku sebelum memulai aktivitasku pagi ini. Aku menarik nafas panjang, hari ini aku harus mengurangi kadar kesedihan dan keterpurukanku. Ohh God, ternyata sesakit ini rasanya patah hati.

Kukira hubungan dengan Dion baik-baik saja. Biarpun dia tidak romantis, tidak perhatian, dan beribu tidak lainnya, entah kenapa aku sepertinya sudah terlanjur menyerahkan seluruh perasaanku buat dia. Dan ketika aku dikecewakan, rasanya sakit sekali.

Arrrrrgggghhh, sudahlah aku tidak mau mengingat dia lagi. Ini masih pagi, aku tidak mau merusak mood-ku hari ini dengan mengingat dia.

--

"Bisa nggak hari ini berhenti dulu dengarin lagu galau yang bisa buat nangis darah," Vey menghampiriku dan mematikan speaker kecilku.

"Cuma dengarin, apa salahnya sih," Belaku.

"Salah, kalau kamu muterin lagu yang sama tiap hari," Sahut Vey. Aku cuma berguman.

"Bukan begini caranya kalau mau move on. Cari pacar baru sana," Lanjut Vey sambil berlalu.

"Kalau semudah yang kamu bilang sih, dari kemarin-kemarin aku sudah gonta ganti pacar sampai selusin," Jawabku tidak mau kalah.

"Loh, mas-mas yang traktir kita sarapan kemarin nggak termasuk?" Aku mengutuk dalam hati, kenapa Vey masih ingat sih dengan dia.

"Siapa?" Tanyaku pura-pura bego. Padahal di kepalaku sudah terpikirkan satu nama. Merasa tidak puas dengan jawabanku, Vey yang sudah duduk di kursinya kemudian bangkit lagi dan menghampiriku.

"Bukan cuma sarapan kemarin, dia juga pernah ngantarin kita ke nikahannya Windi waktu kita bingung nggak ada taxi. Trus masih ada lagi, aku juga sering lihat dia lagi di rumahmu," Vey menjelaskan dengan detail.

"Dia kan teman mas Beri, wajarlah sering ke rumahku," Belaku. Mas Beri itu kakak iparku.

"Tadi pura-pura lupa," Vey melengos.

"Sama dia aja, lumayan loh," Lanjut Vey dengan nada genit.

"Nggak mau, buat kamu aja. Aku nggak minat sama om-om,"

"Om-om gimana, masih muda gitu kok,"

"Dengar ya Vey, mas Graha itu umurnya sudah tiga puluh tujuh tahun. Coba kamu bandingkan dengan aku yang umurnya masih dua puluh lima tahun. Bayangin Vey, umur kami bahkan beda lebih dari sepuluh tahun," Jelasku.

"Nggak jauh-jauh amat kok. Biasa aja, mama sama papaku juga beda sepuluh tahun tahun. Buktinya akur-akur aja tuh sampai sekarang,"

"Sudah, jangan bahas lagi. Pokoknya aku nggak berminat sama dia. Titik. Sana, kerja lagi," Kataku.

Vey cuma nyengir. Aku tahu di otaknya pasti sudah tersusun rencana lain. Vey selalu bilang, aku gagal move on karena diriku sendiri. Katanya aku terlalu melankolis dan pasrah. Emang apa hubungannya? Memangnya ada batas waktu kapan harus move on setelah patah hati?

Handphone-ku berbunyi pelan, tanda ada pesan masuk. Baru saja dibicarakan, orangnya malah sms.

~May sdh makan? Mas lagi di food court nih, mau dibawain apa?

Mas Graha selalu membahasakan dirinya dengan kata 'mas' dan menyebut aku dengan nama, tidak pernah dengan kata 'kamu'. Rasanya agak janggal aja menurutku. Entah aku yang tidak terbiasa atau dia yang sok manja.

37 (Pindah Ke Dreame/Innovel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang