• || Part 2 || •

Start from the beginning
                                        

Ohok! Hok!

Apa??

"Ih, biasa aja lagi. Kok shock gitu?!" tukas Camila yang melihatku tersedak karena kaget, dan untungnya pizza yang gue kunyah nggak keluar.

"Lo kan penggemar sejatinya. Masa nggak tau anak didiknya Vale??"

Anak didik? Itu anak didiknya?

"VR46 Riders Academy namanya." Camila pun ngejelasin gue panjang lebar, sambil serius nikmatin pizza nya. Sedangkan gue serius memperhatikan mereka.

Itu anak didiknya?

"Ada riders cewek juga?" tanya gue.

"Cewek?" Camila pun menoleh ke belakang, "oh dia. Silvia, temen kelasnya Maro."

Silvia?

Maro?

"Siapa lagi tuh??"

"Lo samasekali nggak tau??" Camila memelototin gue, "lo itu penggemar kw rupanya ... Masa nggak tau apa-apa?! Kayaknya yang lo tau dari Vale cuma balapan nya aja yang kenceng -_-"

Kepala gue geleng-geleng, "Lagian kan gue nggak tinggal disini,"

"Biarpun nggak disini ya bisa tau dari sosmed lah. Teknologi dah canggih sekarang mbak ..gimana sih,"

Aku hanya mengendikkan bahu-whatever.

"Lihat cewek itu! Nempel terus di cowok itu!"

Camila tertawa, "hahaa, itu-itu. Itu Maro sama Silvia, udah gue bilang. Mereka teman sekelas."

"Pacaran?"

Camila mengangkat bahu cuek, "Yaah, Silvia emang sering nempel sama Maro. Mungkin dia naksir. Lo lihat aja sendiri dia gantengnya cetar membahana .."

Mata gue menyipit memperhatikan lelaki bernama Maro yang sedari tadi ditempeli perempuan yang bernama Silvia itu.

"Mukanya nggak kelihatan. Burem,"

"Lo kira tersangka pembunuhan, mukanya pake burem segala ..?! :3" kikik Camila, "Btw, lo sendiri tau nggak si Maro itu siapa? Wahh ..kelihatannya nggak tau juga deh"

Kepala gue geleng-geleng lagi.

"Dia itu adik tirinya Vale."

Ohok! Hok!

What??

"Adik tiri?" gue tersentak, "Vale punya adik?? Tiri??" seru gur menggebrak meja. Untungnya orang-orang sibuk sama kegiatan mereka. Kalopun diperhatiin ya bodo amat.

"Parah. Nggak tau apa-apa nih orang selain ngebutnya Vale .."

Beneran?

"Sumpah itu adiknya??" seru gue sedikit berbisik sambil melotot, memperhatikan lelaki bernama Maro itu.

Aah wajahnya kelihatan burem dari sini! Nggak jelas!

Btw ... "Sapa tadi namanya? Ma, Maro??!" gue diem bentar nelen pizza gue, "Maro namanya?! Masa sih ..'Maro' ..?!"

"Luca Marini namanya, elaah -_-"

"Trus dapet Maro nya darimana? Kan namanya Luca Marini." kata gue, "Luca Maroni kali .."

"Ish, bsfhsj banget sih lu Bel!!" seru Camila sambil nggebrak meja kesal. "Itu tuh nama panggilannya dodol! Julukannya gitu, apalah gatau gue. Tanya aja sana sama orangnya langsung -_-"

Gue mandangin Camila yang berapi-api, sampe jadi di perhatiin deh sama orang-orang.

"Di liatin tau." kata gue, "itu, mereka juga ngeliatin. Elo sih, maen gebrak meja malem-malem gini. Kan ngerusak suasana makan jadinya .."

"Gara-gara elo bego!"

Okay, whatever. Gue telen aja langsung gigitan terakhir pizza buah gue dan nyalain iphone. Gue cari aja di google tentang si Maro ato Luca Marini sama apalah tadi yang di kasih tau Camila saking penasarannya.

Gue ketik Valentino Rossi. Dan munculah profil The Doctor. Ada born date, tinggi, orang tua dan saudara.

Clara Rossi? Luca Marini?

"Ini adeknya?"

"Ya, adek kandung sama tiri. Liat aja dari nama belakangnya," jawab Camila ketus.

What??

"Kok gue baru tau sih?!" cetus gue bingung sendiri ngelihat apa yang ditulis sama google.

'Luca Marini, adik Rossi calon bintang balap dunia'

"Dia pembalap juga? Dari mana? Yamaha?? Kok gue nggak pernah lihat sih?!"

"Ih lo cerewet banget deh .." dengus Camila, "Habisin tuh pizza nya! Trus kita jalan lagi ... Cepetan!"

"Ish!" gue mendengus sambil ngelirik Camila sinis, "Bawa aja deh! Bisa langsung di bungkus kan??"

Camila mengangguk sambil berdiri, lalu menutup pizza dengan tutupan kotaknya, "Ayo, kita pulang!"

Gue pun berjalan mengikutinya, sambil berfokus pada layar iphone yang sedang browsing tentang seorang Luca Marini beserta anak didiknya The Doctor.

"Hey, cewek!"

Ya?

Spontan kepala gue noleh ke arah suara. Dan ternyata salah satu dari anak didik Vale, entah siapa. Tapi mata gur langsung ngelirik ke lelaki yang ditempeli perempuan bernama Silvia itu.

"Hm?" alis gue naik.

"Lah, kok dia yang noleh??" timpal lelaki berambut agak kribo.

"Pede banget sih nih cewek, :v"

What??

Apa masalahnya kalo gue noleh? Dia kan manggil cewek. Siapa? Panggilannya bersamaan dengan gue yang lewat di dekat mereka, spontan gue noleh lah karena gur cewek.

Nggak salah kan?

"Bukan elo yang kita panggil," kikik lelaki bertopi terbalik, ia menunjuk Camila-- "Tapi dia"

Dahiku mengkerut.

"Heiih ... Sudahlah Bel, jangan dengerin mereka! Ayo kita pulang!" Camila menarik tanganku untuk menjauhi mereka.

"Cihuyy ... Camila malem-malem gini pake hotpants. Nggak kedinginan neng?" sahut lelaki berambut gondrong menggoda Camila.

"Hah, whatever! Jangan hirauin mereka Bel! Ayo jalan terus!"

Gue hanya menuruti ajakan Camila yang kelihatannya kesal dengan mereka-sambil sesekali menengok ke arah anak didik The Doctor itu.

Yang paling mencolok adalah lelaki bernama Luca Marini itu. Sedari tadi dia nggak ngelihat gue anjay! Ngelirik aja kagak. Fokus banget ama makanannya. Atau mungkin juga karena nggak suka perempuan itu terus nempel di tangannya. Dari tadi nggak lepas-lepas lho! Gue juga jadi kesel ngelihatnya -_-

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

Salamu'alaekum ... guyss ...
Mu nanya nih. Adakah yg tertarik dengan cerita ini?? Kalo ada ..ntar tak lanjutin lagi part nya ... gimana?? Adakah?

AmnesiaWhere stories live. Discover now