chapter 1

5.1K 152 1
                                    

Aldi's pov

"Akhirnya sampai juga.." sambil merentangkan tangan pegal.
"Yang jemput mana lagi?" Tiba-tiba dari belakang seseorang menutup mata gue.

"Woii! Siapa nih? Jangan culik gue dong!!" Kataku sedikit teriak panik, aku meraba tangan itu seperti tangan wanita, apa dia....? Batinku.
"Kelamaan deh tebaknya"
"Salsha? Kamu salsha kan?" Aku mencoba menebak jangan sampai kami salah orang.
"Masa kakak lupa sama aku, ih nyebelin deh" dia memanyunkan bibirnya dan berbalik membelakangi ku.
"Yah ngga dong. Kakak gak mungkin lupa sama adikku yang paling cantik ini" sambil mencubit pipinya.
"..." dia tetap saja ngambek. sangat menggemaskan melihatnya seperti itu!
"Udah yuk pulang. Kangen bgt nih sama mama papa" aku langsung merangkulnya berjalan menuju mobil.

"Kamu kesini sama siapa?"
"Sendiri. Nih kak kuncinya" dia melepaskan rangkulan ku sambil memberikan kunci dan langsung berjalan cepat ke mobil.

Aku tertawa kecil melihat tingkahnya yang masih sangat kekanakan.

Di dalam mobil keheningan terjadi entah sudah berapa lama. "Sal, kok diam aja sih? Percuma dong kakak pulang, eh kamunya malah ngambek gini! Sal..." aku menoleh sebentar dan kembali fokus ke jalan.
"Aku gak ngambek kok kak cuman lagi lapar aja" menunjukkan senyum manisnya. Senyum yang selama ini ku rindukan.

Aku tahu perasaan yang kumiliki ini salah, aku tidak memungkiri hal itu. Tapi aku juga tidak bisa memungkiri bahwa aku sangat mencintainya lebih dari yang seharusnya.

Rasa inilah yang dimiliki seorang Alvaro Maldini Siregar terhadap adiknya Salshabilla Adriani.

Perasaan itu jauh lebih berkembang dari terakhir kali mereka bertemu. Walaupun ia telah membuat benteng sebagai penghalang.

Aku dan Salsha telah sampai di rumah. Rumah ini sangat sepi, yah benar karena orangtua kami baru datang saat menjelang malam.

Aku melihat Salsha berusaha untuk mengangkat sebagian barang-barang ku ke dalam rumah.

"Sal...biar kakak aja yang angkat" aku langsung mengambil koper itu dari tangannya. Tapi tidak! Saat aku mengambilnya ternyata ada kawat bertengger yang langsung menggores kulit mulusnya.

"Aww..gawat!!" mukanya panik.
"Salsha?!" Luka itu hanya tergores sedikit saja tapi entah kenapa luka yang keluar sangat banyak. Ia mulai melemas dan..

Brukk

Aku segera menggendongnya masuk dan membawa Salsha ke kamarnya serta membersihkan darah yang terus mengalir. Apa dia punya penyakit hemofilia? Tapi tidak mungkin karena dari keturunan keluarga kami tidak ada yang punya penyakit seperti itu...segala kemungkinan terus berputar di dalam kepalaku.

Ketika darah itu sudah berhenti Aku membalutnya dengan perban dan pada saat itu juga ia terbangun.

"Eng..eng kakak?" Salsha mencoba bangun.
"Udah, tiduran aja dulu"
"Makasih ya kak" wajahnya terlihat sangat pucat.
"Kok bisa gini? Emangnya kamu kenapa?" Tanyaku hati-hati.
"Hmm...kak aku lapar, makan yuk"

Mengapa dia mengalihkan pertanyaan seperti itu? Aku mengikutinya berjalan keluar. Oh tidak! Dia terjatuh lagi beruntung aku bisa menangkapnya.

Dia pingsan lagi tapi masih dalam dekapanku. Kenapa? Ada apa dengan dada ini setiap di dekatnya selalu berdetak. Aku mendekatkan wajah ku kepadanya hingga wajah kami hanya berjarak 5cm. Setan ini merasuki tubuhku deruan nafasnya yang tenang membuat nafsuku meningkat, tolong siapa saja hentikan perbuatanku ini!

Ting tong..

Suara bel itu membuatku tersadar. Aku menghela nafas bersyukur karena ada seseorang dibalik pintu itu yang menghindarkan ku dari perbuatan ini.

Setelah mengistirahatkan Salsha aku segera turun melihat siapa penyelamat itu.

Hey tunggu, seorang lelaki? Ada hubungan apa dia dengan Salsha?

"Ekhmm...kakaknya Salsha ya? Boleh ketemu Salsha?" Dia ramah, sopan, tapi tetap saja aku tidak menyukainya.
"Lo siapa?"
"kenalin nama gue...

Because of youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang