BAB 2 Edited

6.2K 478 15
                                    

70674251115

BAB 2

Khal

Tidurku terusik wangi masakan yang nikmat. Perut yang sudah lapar sejak tadi tergugah hingga berbunyi. Perlahan aku bangun menuju sumber wangi.

Berapa lama aku tertidur? Sepertinya istriku itu sudah menyelesaikan masaknya.

Dia sibuk dengan kegiatannya sehingga tidak menyadari kehadiranku. Mungkin juga tidak bisa konsentrasi pada dua hal sekaligus makanya begitu. Seperti tadi, waktu aku melihatnya mengoles body lotion di kamar.

Jujur, sebagai lelaki aku sangat menikmati pemandangan tadi. Walaupun tubuhnya tidak sempurna, tapi begitu memesona. Sepuluh menit pun berlalu tanpa terasa.

Hanya saja kata "mesum" yang dia ucapkan sangat mengganggu. Kami sudah menikah! Bukankah itu wajar? Dia saja pernah merabaku yang sedang tertidur di malam pertama kami-walau dia menyangkal habis-habisan. Dasar wanita aneh!

Aku menyandarkan bahu ke kusen pintu dapur. Menyilangkan kedua tangan di depan dada, juga menyilangkan kaki. Menunggu dia menyadari kehadiranku di sini.

Dari belakang dia semakin terlihat menarik. Badan berisinya begitu mendukung. Terbentuk proposional. Walau bukan termasuk tipe idealku-menilik caranya merawat rumah yang mengenaskan-dia memesona. Aku menyukainya dan tidak akan menyangkal.

Hanya "menyukai", bukan "mencintai". Lelaki normal mana yang tidak menyukai wanita cantik? Meskipun hidungnya terhitung rata, namun tidak mengganggu sama sekali.

Bagian paling menarik adalah bagian bibir dan mata. Netra coklatnya dibingkai bulu mata lentik dan alis tebal terbentuk alami. Sedangkan bibirnya membentuk huruf "M" yang padat berisi.

Tentu saja tidak hanya itu. Tata kramanya baik. Anggun dan sopan. Dapat kulihat juga ketangguhan di sana. Bisa jadi dia terlalu mandiri sebagai wanita.

Namun satu hal yang tidak pernah terpikirkan sampai aku melihat rumah dinas yang dia tempati ini ... Jorok dan urakan.

Kepalaku langsung cenat-cenut sejak pintu depan di buka dan disambut lantai yang penuh debu. Aku masuk tanpa melepas alas kaki. Lalu, harus memejamkan mata penat sambil menghela napas berat mendapati dapur yang berantakan saat hendak ke kamar mandi. Bau busuk tercium dari tumpukan piring kotor yang dibiarkan terlantar selama dua minggu.

Syukurlah aku bisa sedikit bernapas lega waktu memasuki kamar mandi. Walau kecil dan tidak terlalu bagus, namun bersih dan wangi. Alat mandi juga tertata rapi. Terlihat kalau sangat dijaga.

Tapi selanjutnya ...

"Stop!"

Sepertinya dia berusaha menghentikanku yang hendak memasuki kamar tidur. keluar dari kamar mandi aku langsung melangkah ke sana. Usaha yang sia-sia melihat pintu kamar baru saja kudorong terbuka.

Aku berusaha keras mengatur pernapasan agar bisa menjaga keluar masuk udara ke paru-paru secara normal. Api kemarahan langsung membakar kepala.

"Ini kamarmu?" tanyaku susah payah menahan geram, sengaja menekan kata "kamar".

Dia menggedikkan bahu. "Yeah ... So far."

Sedikit ekspresi bersalah dan pasrah terlihat. Hanya sedikit dan beberapa detik. Selebihnya benar-benar santai.

Aku kehabisan kata. Terus menunjuk ke dalam kamar dengan mulut terbuka-katup. Omelanku tertahan di ujung lidah.

Kamar itu super berantakan. Mulai dari lantai yang berdebu tebal. Lanjut ke pojok ruangan yang terdapat tumpukan baju menggunung. Lalu sampah di sekeliling ranjang. Kemudian atas kasur yang dipenuhi buku-buku. Atas meja hias seperti pasca bencana puting beliung. Belum lagi baju yang menggantung di dinding.

BERTEMU PROSES EDITEDWhere stories live. Discover now