a diffrent sight

274 23 0
                                    

Lagi - lagi pak Yoss mangkir dari tugasnya, beberapa anak akan senang dengan ini tapi tidak dengan Indah.

"Pak Yoss ga ada dan lo masih belajar? Ga takut ancur tuh otak?"
Teriak Dika, walaupun ia sadar Indah duduk tepat di sampingnya hanya berbatas tiga ubin.

Indah menyerah, dia sadar tidak bisa terus belajar dengan suasana kelas yang makin ricuh.

'Oh ayolah aku hanya ingin ketenangan' desisnya pelan.

Indah memutar bola matanya dan menenggelamkan kepalanya di atas meja berharap bisa membuat ketenangan untuk dirinya sendiri.

Sementara itu Dika kembali sibuk bersama temannya, entah apa yang ia bicarakan dengan tawa gelegar yang memenuhi ruangan.

Indah tidak mendapatkan ketenangan, tidak di kelasnya. Ia beranjak dari setengah tidurnya dan berlalu tanpa satupun orang yang menyadari langkahnya.

Indah pergi ke perpustakaan. Memilah satu demi satu buku yang akan ia baca. Setidaknya ia akan mendapat ketenangan di sini, karena tidak akan ada yang berani melakukan kegaduhan dan berurusan dengan penjaga perpustakaan yang terkenal galak seantero sekolah.

Di ribuan buku yang ada di rak Indah menarik buku ensiklopedia, yang menurut sebagian orang buku itu sama sekali tidak enak untuk dijadikan bacaan.

Indah mengambil buku itu dengan iseng dan menarik kursi juga memberi ancang - ancang untuk membaca; mencari ketenangannya.

Setelah beberapa lama berkutat dengan buku, ternyata Indah terlalu larut masuk ke dalam dunianya. Sampai akhirnya Indah ingin melarutkan dirinya dalam keheningan ini. Dia kembali menenggelamkan kepalanya ke atas meja yang sama sekali tidak nyaman untuk ditiduri.

"Udah capek bacanya?"
Suara yang tidak Indah kenali itu berhasil membuatnya menoleh sejenak, keluar dari dunianya.

"A..ah? Ga. Lo sapa?"

"Tenang aja gue bukan hantu penjaga perpus kok" ada jeda dalam bicaranya. Indah seketika sadar dengan mimik muka yang ia pasang saat ini. Ia sadar tidak seharusnya ia begitu.
Dan sepertinya laki - laki ini sadar akan perubahan dalam wajah Indah.

"Gue juga siswa sini, cuman emang ga pernah keliatan aja" sambungnya.

"Hm.. gue tau lo"

Laki - laki itu berdecik kaget. Indah memasang senyum tulus di wajahnya, membuat paduan lekukan di bibirnya dengan lesung pipinya semakin membuat manis senyumnya.

"Serius?"

"Iyap, gue sering liat lo baca di perpus"

"Hm"

Wajahnya kembali datar, kembali dingin.

"Kenalin nama gue Indah"
Indah tahu ini bukan dirinya yang sebenarnya karena dia pasti akan sangat sungkan memperkenalkan dirinya deluan. Tapi untuk kali ini.. Entahlah.

"Raka. Nama gue raka" ucapnya dengan senyum simpul.

Melihat lekukan senyumnya Indah ikut tersenyum dan kembali menatap bukunya lekat - lekat.

Sementara itu, ada kehidupan di luar ruangan ini. Ada mata yang sibuk mencari. Ada suara yang terus menerus menyebut nama Indah.

"Lo liat Indah ga?"

Dika. Indah lupa akan Dika, seharusnya ia tahu Dika tidak akan makan ke kantin jika tidak di temani Indah.

Indah masih menikmati keheningan dan sesekali percakapannya dengan Raka. Cowok kedua yang membuatnya nyaman setelah Dika.

"Hm!" Penjaga perpustakaan yang galak mulai berdeham tanda ia bisa mendengar suara Indah dan Raka.

Indah dan Raka sadar akan teguran itu, suasana canggung dengan mudahnya terbentuk saat itu juga. Sampai Raka melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya.

"Hm, ndah deluan ya?" Tanyanya dengan sedikit berbisik.

"Ha, iya" jawab Indah singkat sambil menahan tawa karena harus berbicara sambil mengendap - endap begini.

Raka tersenyum manis, terlihat dari wajahnya ia juga menahan tawanya.

"Maaf karena kita harus ketemu dalam keheningan" ucapnya masih dengan berbisik pelan di sambut dengan tawa tanpa suaranya, memperlihatkan lengkukan senyumnya dan kemudian giginya yang teratur rapi.

Indah ikut tersenyum, menampilkan senyum termanisnya. Mata Indah mengikuti langkah Raka yang keluar dari perpustakaan dan mendapati retina yang sedang menatapnya intens saat ini. Dika. Sedang menatapnya datar, membuat jantung Indah berdegup kencang. Indah merasa seperti baru saja dipergoki selingkuh.

'Ah peduli apa, dia pacar aja bukan' batin Indah cuek.

Mata Indah kembali bertaut dengan mata Dika, dan memilih menghentikan adegan saling tatap ini. Beranjak dari duduknya dan menghampiri Dika yang masih saja menatapnya kejam.

"Apa?" Sahut Indah mencoba mengendalikan kegugupannya.

"Siapa tadi?" Tanya Dika tajam

"Tadi? Yang mana?"

"Ndah, plis"
Indah tahu nada bicara Dika ini.

"Oh hm itu Raka" jawab Indah sekenanya.

Dika meninggalkan Indah yang masih berusaha terlihat cuek.

Indah mengikuti langkah Dika dengan sedikit berlari kecil.

"Dika, tungguin kenapa sih? Tumben - tumbenan lo ga ngajak gue makan ih. Malah main tinggal gitu aja" celoteh Indah tidak henti - hentinya.

"Cerewet banget sih lo" Dika tetap tidak menoleh pada Indah.

"Lah, lo kan tahu sendiri gue cuman bisa cerewet sama lo doang"

"Tuh, makan sana sama si kutu buku lo"
Tersirat fikiran jail dari otak Indah,

"yaudah nih yah, gue pergi deh" Indah menghentikan langkahnya, menunggu Dika berbalik.

"Ndah! Rese lo yah!" Indah berhasil.

Ia tahu Dika tidak akan membiarkan Indah makan di kantin bersama laki - laki lain walau Dika tahu itu bukan siapa - siapanya Indah. Dan Indah tahu dia tidak akan meninggalkan Dika untuk makan siang dengan laki - laki lain walaupun Indah tahu Dika bukan siapa - siapanya.

-------------------------------------------------------------

Tolong tinggalkan jejak readerss.
Much love.

ps. maafkan keamatiranku dalam menulis hihi❤

friendzoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang