Untitled

15.4K 872 9
                                    

Selamat siang!

Well, agak cepat nih munculnya, hehehe

Ini namanya lagi niat, wkwk moga-moga nggak ngilang lagi deh akunya ^-^V

HAPPY READING!

AWAS TYPO!

oOoOoOoOo

Nicole terbangun saat merasakan kasur di belakangnya bergerak dan tak lama setelahnya terdengar langkah kaki terburu-buru meninggalkan tempat tidur. Setelah percekcokan tadi malam, yang jelas dimenangkan oleh Justin, Nicole langsung mendekam di kamar. Dia bahkan masih terbangun saat Justin masuk ke kamar satu jam kemudian.

Ia melirik jam, pukul 6 pagi. Berarti dia baru tertidur selama kurang dari tiga jam. Mungkin begitu juga Justin. Dia baru saja menebak-nebak apa yang akan dilakukan Justin di hari minggu ini sehingga bangun sangat pagi ketika mendengar suara muntah, muntah-muntah lebih tepatnya.

Nicole langsung duduk tegak saat menyadari suara itu berasal dari kamar mandi, dan hanya Justin yang berada di sana. Apa Justin sakit? Batinnya cemas. Dia ingin segera berlari ke kamar mandi, namun urung saat gengsinya mendadak muncul. Katakan dia keras kepala, karena dia memang tidak mau mengaku salah setelah diingatkan Justin dengan jelas. Semua yang dikatakan oleh Justin memang benar. Justin selalu menjadi pihak yang berjuang selama ini, dia menyadarinya. Sangat. Tapi, gengsinya terlalu tinggi untuk mengakui hal tersebut.

Ketika mendengar keran air di buka katupnya, Nicole buru-buru berbaring seperti semula, membelakangi kamar mandi. Tak lama kemudian terasa beban di kasur bertambah, sepertinya Justin duduk di sisi seberang. Hening beberapa saat, sebelum terdengar suara Justin berbicara.

"Bella."

Dia menelepon Bella sepagi ini? Kecemburuan Nicole langsung meningkat drastis.

"Aku tidak bisa ke kantor hari ini."

Dan bajingan itu masih ingin ke kantor di hari minggu? Kekesalan pun menyusul di belakangnya. Memangnya sebesar apa kekacauan yang sudah diciptakan anak buah Justin?

"Aku tidak enak badan," ujar Justin. "Tidak parah. Kurasa hanya kelelahan... hmm, aku tidak akan lembur jika kalian tidak membuat masalah," ujarnya lagi sambil tertawa.

Kau bahkan tidak tertawa sedikit pun selama lima hari belakangan ini bersamaku, batin Nicole merengut.

"Aku akan tidur sekarang... Tidak. Aku tidak butuh dokter, mungkin hanya butuh Nicole di sampingku," Justin berujar dengan nada mendamba.

Nicole seperti merasakan tusukan nyata tepat di jantungnya.

"Bukankah kami memang pengantin baru? Dan kalian sukses merusak bulan madu kami... Ya, akan aku maafkan jika masalah ini segera tuntas, dan aku bisa melanjutkan bulan madu yang tertunda... ya, sampai jumpa!"

Nicole mendengar Justin mendesah, sebelum akhirnya laki-laki itu membaringkan tubuhnya. Dia menunggu detik demi detik hingga deru napas Justin menjadi teratur, menandakan laki-laki itu sudah jatuh tertidur. Saat dia melihat jam, sudah pukul 7 pagi.

Dengan hati-hati, Nicole membalik tubuhnya dan terkejut karena Justin tidur menghadapnya. Dia pikir, Justin membelakanginya seperti yang dia lakukan, ternyata tidak. Wajah laki-laki itu tidak terlihat damai seperti biasanya. Keningnya berkerut, pertanda bahwa sedang banyak yang dia pikirkan.

Perlahan, Nicole menggenggam tangan kiri Justin yang terbuka, dan Justin balas menggenggamnya. Pertama Nicole cemas, berpikir kalau Justin terbangun, ternyata tidak. Tidur laki-laki itu malah semakin nyenyak. Dia segera membawa tangan Justin ke wajahnya dan air matanya pun mengalir.

Our Apartment After StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang