Nginap

50.7K 1.6K 15
                                    

Author PoV

Setelah Leo berlama-lama menunggu kemacetan. Akhirnya, dia sampai juga di depan rumahnya Seila.

Lalu, Leo keluar dari mobil kemudian, berjalan mengintari ujung mobil untuk membukakan pintu mobil sebelahnya; di mana Seila berada. Di situ Seila masih terlelap di alam bunga tidurnya, tanpa disuruh Leo menggendong Seila untuk ke dalam rumahnya.

Di depan pintu.

Cklek! Cklek!

"Loh kok ga bisa dibuka, ya? Apa dikunci? Mana berat lagi, nih cewek,' batinnya.

***

Seila PoV

Sepertinya aku mendengar orang memaksa membuka pintu. Tetapi, setelah ku pertajam telinga dengan mata yang masih tertutup kemudian, suara itu tidak terdengar lagi.

Beberapa detik kemudian aku mendengar seseorang mengomel-ngomel.

Oh God. Dan sekarang aku seperti merasakan aku sedang melayang. Ah yeah, lebih tepatnya aku sekarang seperti digendong seseorang. Kupaksakan untuk membuka kedua mataku.

"Aaaaaaaa ...." Aku langsung teriak. Ternyata yang menggendongku ialah
si CUCURUT LEO....

Aku langsung dijatuhkan begitu saja. Apa mungkin 'ekhem' Pak Leo kaget. Ah bodo amatlah. Ini pantat sakit bangett. Sakitnya benar-benar tak terkira, mana nyut-nyut-an lagi.

Akupun meringis.

"Eh kamu gapapa, Sei?" tanyanya.

'Gapapa mata lu peang,' batinku.

"Hehehe. Gapapa?" jawabku sambil senyum sakit gitu.

"Beneran, nih?" tanyanya tidak percaya.

"MENURUT LO, INI RASANYA GIMANA?" teriakku tepat di depan mukanya.

"Tapi, tadi saya kaget kamu sih pake teriak-teriak segala."

Oh rupanya dia membela diri.

"Oh iya, gue coba buka pintunya tapi, ga bisa dibuka. Kuncinya di mana sih?" tanyanya masih memakai nada yang halus.

"Nih." Aku langsung ngasih kuncinya ke dia.

Tuh kan aku jadi lupa masalah yang tadi.

"Kamu mau terus duduk disitu?" Tanyanya sambil mengulutkan tangan bermaksud untuk membangunkanku.

Aku hanya menggeleng sambil cemberut.

Tanpa persetujuanku dia tetap mengangkat tubuhku (menggendong ala bride style).

"Ih kamu apa - apaan sih..?"

"Lagian kamu ditanya orang tapi, kamu hanya menjawab dengan gelengan. Itu ga sopan namanya. Kamu diajarin sopan santun ga sih pas sekolah?" Ceramahnya.

Aku hanya diam saja. Dan menundukkan kepala.

Dia mendudukkanku dikasur.

"Lah kamu tau kamarku?" Tanyaku ke Leo.

Aku hanya mendengar dengkuran halus dari kasur sebelahku.

Aku melihat ke sebelah. Ternyata dia udah tidur kelelahan.

"Eittss..." Aku teringat sesuatu.

"Kalau dia tidur disini. Berarti aku tidur dimana?" Pikirku.

Bukan bermaksud mengusir atau apa. Tapikan, gak enak kalau sampai ketahuan orang lain. Walaupun kos - kossanku bebas (alias cewek - cowok disatukan dan orang bebas masuk ke kossanku).

Maklumlah kenapa aku milih dikossan ini. Karena, uang yang aku punya setara dengan harga kossan ini. Tapi, tenang saja kossanku bersih kok.

·> To the back topic

Yasudahlah, tak apa. Aku nanti tidur disampingnya saja.

Aku lepaskan, sepatu dan kaos kakinya. Biar dia nyaman tidurnya.

Setelah itu, aku bersih - bersih diri dulu sebelum tidur. Kemudian, aku memakai kaos kebesaran milikku dan celana tranning.

Akupun terbang ke alam mimpi.

***

Pagi hari.

Kokk kokk...

Terdengar bunyi ayam dari pemilik kossku. Kubuka mataku perlahan - lahan dannn kurasakan ada benda berat mengelilingi kakiku. Kulihat kebawah..

"Aaaa..." Teriakku sambil mencoba menggerakkan tubuhku.

"Husstt.. Diam atau kau akan membangunkan sesuatu dibawah sana." Ucapnya dengan mata tertutup.

Aku langsung terdiam. Tapi, ada yang aku herankan.

Sejak kapan celana panjangnya dia dibuka dan mengapa dia hanya memakai boxer saja.

Setelahku sadar dari lamunanku. Aku memukuli dia dan berkata, "Hih Leoooo.... Kamu apa - apaan sih, ini namanya pelecehan tauu... Untung aku pake celana panjang dan pake baju kelonggaran. Tapi, kenapa kamu sekarang cuman pake bo--" Ucapanku terhenti ketika dia mencium bibirku. Secara leflex ku tampar dia.

*Pllakk.

"Kok kamu nampar aku?" Tanyanya sambil memegangi pipinya.

"Hah? Itu reflex tau." Jawabku membela diriku.

"Huh pasti ini merah." Gumamnya.

Rasa bersalah menyelimuti hatiku. Aku pun segera bangkit.

"Kamu mau kemana?"

Kuhiraukan pertanyaannya itu. Kuambil sapu tangan dan air anget di termos. Aku kembali lagi ke kamar. Kulihat dia sedang memegangi hpnya dan melihat diujung bibirnya.

"Sini aku bersihin." Kuambil hpnya dan kutarik tangannya.

Kubersihin darahnya. Memang ada sedikit darah di ujung bibirnya. Apa aku keterlaluan tadi?

"Em--" Ucap kami berbarengan.

"Kamu duluan saja." Kataku.

"Ladies first." Katanya.

Aku pun mengalah. "Maaf ya, mungkin tadi aku sudah keterlaluan. Tapi jujur tadi itu reflex dan aku gak sengaja."

Dia hanya tertawa.

"Apa yang lucu?" Tanyaku.

"Kamu lucu kalau lagi seperti tadi" Aku langsung cemberut.

"Tapi cantik ketika kamu lagi membersihkan lukaku." Sambungnya kemudian.

Terasa pipiku memanas.

"Eh, itu kenapa pipi kamu merah? Apa kamu sakit?" Tanyanya sambil memeriksa jidatku.

"Ga panas. Kamu blushing yaa.. Cieee." Godanya setelah menyadari apa yang ada diantara kejadian ini.

"Ga kok. Kamu gak usah kegeeran deh." Aku langsung marah ketika dia menggodaku.

"Kamu manis kok kalau lagi blushing.." Gombalnya.

"Dasar gombal." Ucapku sambil melemparkan sapu tangan yang ada ditangannku dan aku langsung lari ke kamar mandi.

"Hahaha." Terdengar olehku kalau dia sedang mentertawai kecerobohanku ini.

Aaaaa kenapa aku bisa blushing sama diaa sihhh...

***

To Be Continue.

Secretary and Perfect CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang