What Kind of Proposition is That?

3.6K 181 11
                                    

"Aku ingin menceritakan sesuatu." Katanya, matanya menunjukkan bahwa dia serius dan aku yakin aku melihat sedikit semburat kesedihan di sana.

"Cerita saja." Kataku sambil memainkan ponselku.

Ya, kami sedang duduk di sebuah kafe di tengah padatnya lalu lalang distrik Gangnam. Sudah sekitar tiga bulan kami tidak bertemu, bukan karena jarak, tapi lebih kepada kesibukan. Kami justru bekerja pada bidang yang sama dan di kota yang sama, waktu luang adalah masalahnya. Kami bahkan tidak sempat bertemu pada hari natal, karena aku sudah melesat terlebih dahulu ke kampung halamanku di Busan.

Pertemuan ini adalah idenya, bahkan tempat duduk yang kami tempati adalah keputusannya. Jadi, bukan salahku kalau suara kami teredam oleh bisingya deruman mobil karena kami duduk di teras.

"Kau tidak terlihat antusias." Katanya muram.

Aku mendongakkan kepala untuk menatapnya, sambil mendesah dalam-dalam aku berkata. "Percayalah, kau tahu aku. Ini memang caraku menanggapi orang yang sedang berbicara, bukan berarti aku tidak antusias." Tekanku.

"Oke," Dia juga mendesah. "aku telah menghancurkan hubungan seseorang." Akunya, wajahnya serius.

Aku harus menahan tawaku agar tidak keluar melihat ekspresinya itu, alih-alih malah berdeham. "Siapa kali ini?"

Alisnya terangkat sebelah, dahinya berkerut. "Maksudmu? Kau terdengar seperti ini bukan masalah yang baru."

"Memangnya bukan?" Aku mengernyit.

"Yunhee,"

"Oke, oke, lanjutkan."

"Namanya tidak penting, kau tidak mengenalnya. Tapi dia berpisah dengan kekasihnya baru-baru ini."

Aku mendengus. "Lalu kau berpikir ini salahmu?"

"Mungkin," Ujarnya tak terlalu yakin.

"Apakah kalian melakukan hubungan diam-diam?" Tanyaku, terkesan menginterogasi. Dia mengangkat bahunya, dan aku hilang kendali saat itu juga. "Kyuhyun, demi Tuhan kau sudah punya kekasih. Dan wanita itu juga kalau aku tidak salah dengar ceritamu." Omelku kecewa.

Kyuhyun selalu begini, aku adalah wanita pertama yang hampir menjadi mainannya. Dia pernah menyatakan bahwa dia menyukaiku, tapi aku pura-pura tidak mendengarnya. Maksudku, hey, dia sudah punya kekasih! Lalu apa yang dia harapkan dariku? Menjadi selingkuhannya? Tidak terima kasih.

"Bukan salahku." Kyuhyun membela diri. Apa katanya? Bukan salahnya?

"Bagaimana mungkin semua kekacauan ini bukan salahmu? Kau selalu menyulut api di tengah padang rumput kering!" Bentakku kesal.

"Dia bilang dia menyukaiku. Dia wanita yang... ya, bisa dibilang sejak awal aku mengenalnya, sangat agresif. Aku tidak bisa menghindarinya karena dia terus mengirimiku pesan dan meneleponku." Akunya sambil menundukkan kepala.

"Bodoh," Aku memukul pundaknya. "aku tidak mau ikut campur dengan urusanmu. Kau memang selalu membuat hal-hal menjadi rumit. Bahkan selama empat tahun denganku saja..." Aku berhenti, segera menutup mulutku dengan telapak tangan.

Sial, aku hampir keceplosan.

"Dengamu... apa?"

"Dengar," Aku mendesah berat, kemudian menatapnya dalam-dalam. "seorang wanita tidak akan bergerak tanpa sinyal, maksudku, jika kau tidak melakukan sesuatu yang bisa memancingnya mendekatimu, maka dia tidak akan mendekatimu. Nah, mengaku saja kalau kau telah memberinya sinyal-sinyal salah itu."

"Hmm," Kyuhyun mengetuk dagunya beberapa kali dengan pelan, seolah dia sedang menimbang-nimbang apakah dugaanku tepat atau tidak. Namun aku tahu, aku tahu dirinya, jadi sudah kupastikan jawabannya adalah iya. "kurasa ya."

Nonesense Short StoriesWhere stories live. Discover now