Revisi bab [1]

3.5K 119 9
                                    

Wanita cantik dan berambut indah ini sedang menyesap aroma hot chocholate favoritenya di caffe miliknya sendiri. Matanya bergerak, menatap keseliling caffe seperti sedang mencari seseorang. Dan benar saja, di depan sana seorang lelaki yang berperawakan tinggi dan berpakaian setelan jas armani itu terlihat sedang mencari keberadaanya.

" Dean! " panggilnya memekik keras, karena takut sang pria tidak mendengar suaranya

Merasa dipanggil, pria bernama Dean itu menoleh dan mencari asal suara cempreng yang memanggilnya tadi.

Lalu bola mata hitam pekatnya berhasil menangkap sosok wanita yang sedari tadi tengah dicarinya.

Di meja ujung sana, wanita cantik itu sedang melambaikan tangannya bermaksud untuk mengajak dean untuk mendekat kearahnya.

Dean tersenyum. Senyum yang mampu meluluhkan hati wanita tak terkecuali wanita yang sedang berada diujung sana, lalu kakinya bergerak melangkah cepat menghampiri wanitanya

" sudah lama menunggu? " tanya nya sembari menarik kursi untuk duduk disamping sang wanita.

" kau memang selalu terlambat Tuan Dean " cibirnya kesal.

" Tadi jalanan macet Ri, maaf " Dean menarik tangan Riana dan mengenggamnya erat.

" ya ya ya, untuk kali ini kumaafkan " balasnya seolah beracting seperti sepasang kekasih ABG yang sedang bertengkar.

Lalu tawa keduanya pecah. Kedua manik mata itu bertemu, menciptakan sebuah perasaan yang sangat menggebu-gebu. Orang menyebutnya cinta, begitulah yang saat ini mereka rasakan.

Lima tahun bukan waktu yang singkat bagi mereka untuk saling menjalin kasih. Berawal dari sebuah persitiwa kecil di warung kopi beberapa tahun silam membuat keduanya semakin dekat.

Mengingat masa itu membuat Riana tersenyum simpul. Membayangkan bagaimana Dean saat itu begitu berjuang dan berkorban untuk mendapatkan hatinya. Sekuat apapun Riana membentengi dirinya, tetap saja benteng pertahanan itu akan hancur. Wanita mana sih yang bisa menolak pesona seorang Andrean Wijaya?

" Kenapa senyum senyum? " Tanya Dean yang berhasil membuyarkan lamunan Riana

Riana menatapnya sembari tersenyum manis. Hal yang semakin membuat Dean semakin bingung

" Aku membayangkan masa masa remaja kita dulu kak "

Mau tak mau Dean ikut tersenyum. Mengingat masa remaja mereka yang tak luput dari rasa cemburu ala anak ABG, lalu berujung pada aksi mogok bicara sepanjang hari.

Membayangkan hal itu Dean sontak merasa malu. Harus dia akui, dulu dan sampai sekarang pun Dean adalah tipekal pria yang cemburuan. Tak jarang teman lelaki Riana pun sering menjadi sasarannya.

" kakak mau pesan apa? "

" Seperti biasa, caramel machiato "

Tangan lentiknya terangkat keatas, mengintrupsi seorang pelayan untuk mendekat padanya. Lalu bibir indahnya berucap dengan lembut, mengatakan kepada sang pelayan beberapa menu yang dipesannya.

" Kamu makan banya sekali Ri " Dean sendiri terheran heran dengan semua makanan yang dipesan Riana

" kenapa? Kalo aku gendut kakak gak cinta lagi? " protesnya sinis.

Bukannya marah, Dean malah tertawa geli. Ia mengacak rambut indah Riana dengan gemas. Wanita nya ini selalu saja berbicara hal hal naif, bahkan tak jarang ia suka bertingkah layaknya anak kecil meskipun usianya sudah menginjak dua puluh dua tahun.

" sakit kak, lepaasss " teriaknya dengan suara tujuh oktafnya, hal yang harus membuat Dean menahan malu mati matian karena kekasihnya ini tak pernah ingat tempat jika sudah berteriak.

" bisakah kamu kecilkan volume suaramu sedikit saja? " Dean berbisik, karena malu saat pengunjung caffe lainnya menatap kearah mereka tidak suka

" kenapa harus malu? Ini caffe milik Ayahku, jika mereka tidak suka. Pintu keluar disebelah kiri paling pojok " sahutnya enteng.

Dean menepuk jidatnya pelan. Bisa bisa nya dia melupakan fakta bahwa caffe ini adalah milik ayahnya Riana. Syukur ia ingin koprol atau bahkan berguling dilantai pun tidak akan menjadi masalah.

" baiklah, aku kalah. Dan lupakan, bagaimana kabar mu hari ini? " Dean sengaja mengalihkan pembicaraan

" baik aku selalu baik "

Dean membalasnya dengan anggukan, lalu matanya terfokus kepada Riana yang tengah menyantap makanan yang dipesannya tadi.

Riana berbeda seperti gadis lainnya. Jika gadis diluar sana mati matian menjaga pola makannya agar tetap langsing, tapi Riana tidak. Dia akan makan sebanyak banyaknya, agar perutnya terasa kenyang dan hatinya senang. Beruntung bentuk tubuhnya masih tetap pas untuk wanita sebayanya.

" makannya pelan pelan saja, makananmu tidak akan berlari dari hadapanmu " cibir Dean saat melihat Riana yang makan berantakan.

" sayangnya makannanya berteriak teriak untuk cepat aku habiskan " balas Riana yang berhasil membungkam mulut Dean.

Dean hanya mendengus kesal karena selalu kalah jika beragrumen dengan kekasihnya.

" sudah? "

Riana mengangguk dan menghabiskan jus jeruknya hingga tetes terakhir. Wajahnya terlihat sumringah penuh keceriaan, seperti yang orang lain katakan. Perut kenyang hatipun senang

Dasar Riana ckck,


.


ini versi revisi ya gaes, yang tanya kenapa cast nya diganti?

yang nulis siapa, cerita cerita siapa hhe..

kalo suka divote, gasuka jangan dibaca muach

Between Love and RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang