Chapter 1

11.2K 473 5
                                    

Avery's POV

Aku melangkahkan kakiku cepat dan tepat. Tentu saja harus menjaga keseimbanganku, atau aku akan terpleset akibat tanah yang licin karena hujan. Aku melirik jam yang melingkar di pergelangan tanganku.

"Oh shit." desisku. I'll make it. For sure. batinku. 6 menit sebelum bus sekolah pergi! Reputasiku akan hancur seketika jika aku terlambat di hari pertama masuk sekolah di tahun kedua High School ku. 3 menit sebelum bus itu pergi, aku berhasil mencapai stasiun bis yang terdekat di rumahku. Kira-kira jauhnya 500 meter? Entahlah. Aku segera masuk ke dalam bus. Mataku mencari-cari bangku kosong. Ada 1, tidak benar-benar kosong, seorang perempuan yang umurnya, well, seperti aku, telah duduk di dekat jendela. Satu sisi pada diriku mengatakan, 'Baiklah, coba berkenalan Ave.' namun satu sisi yang lain berbisik 'Kau harus bangun lebih pagi lain kali untuk mendapat tempat duduk. Sendirian.'

Yah, siapa yang tidak malas ke sekolah? Jangan salahkan aku jika aku bangun di jam yang mepet dengan jam sekolah. Tapi percayalah, aku menyalakan alarm jam 6, namun ku snooze hingga tak tahunya sudah jam 7. Waktu ternyata berjalan sangat cepat di pagi hari sebelum sekolah dan berjalan sangat lama pada jam sekolah.

"Halo," sapa seorang perempuan yang duduk di sebelahku.

"Hey," aku melemparkan senyumku padanya.
"Apa kau... anak baru di Franklin High School?" tanyanya ragu.

Aku mengangguk sebelum menjawab, "Ya, ngomong-ngomong aku Avery, Avery Thompson."

"Senang bertemu denganmu, Avery. Aku Lois, Lois Merrick."

Lois menceritakanku tentang sekolahnya. Aku juga bercerita bagaimana aku sampai di Seattle dari Indonesia, aku juga bertanya apakah ada klub hip hop di sekolahnya dan jawabannya positif. Tuhan benar-benar sedang pada pihakku kali ini.

Ia juga bercerita bahwa ada seorang laki-laki yang sangat nakal, dan tingkat keisengan dalam dirinya 101%. Tapi, aku sungguh tidak peduli. Aku juga tidak akan mengganggunya. Ia juga memeberi tahuku bagaimana si laki-laki ini ditakuti oleh seluruh sekolah. Menurut cerita Lois, si laki-laki itu seperti menempelkan kalimat ini di dahinya. "If you ever mess with me, I'll make sure you'll feel living in a hell"

"Anak baru adalah target utamanya," sambungnya. Aku menaikkan sebelah alisku.

"Yah, kita liat saja nanti," aku terkekeh dan percakapan kami berakhir saat bis sudah sampai di sekolah.

• • •

"Pelajaran pertamamu apa?" tanya Lois.

"Um, history." jawabku dan aku balas menanyanya pertanyaan yang sama.

"Kelihatannya kita beda kelas, aku mengambil kelas Bahasa Perancis. Well, I'll see you later!" Lois melambaikan tangannya padaku dan aku membalasnya.

Aku berjalan mencari kelas Sejarah. Tiba-tiba keseimbangan tubuhku hilang dan pantatku membentur lantai dengan sekejap.

"Fuck," desisku pelan. Sepelan-pelannya supaya orang tidak mendengar.

Sialan, aku benar-benar membuat harga diriku hancur berantakan. Jatuhku sangat tidak sangar dan ugh, ini benar-benar memalukan. Dengan muka tembok, aku berdiri dan berjalan lagi. Seratus persen salahku, tidak ada kok orang yang menggangguku dari tadi. Sungguhan. Aku memang cukup ceroboh dalam banyak hal.

Sampai di kelas Sejarah. Aku mengehela napas lega. Aku tipe orang yang cenderung suka duduk di belakang. Aku duduk di baris tengah paling belakang.

Dua orang laki-laki masuk ke kelas. Salah satunya, um, bisa kau bilang tampan, menatapku tajam. Seolah aku telah melakukan kesalahan besar. Ku lihat ia berjalan mendekat mejaku tapi aku tetap tidak peduli dan menatap ke arah lain. Dan kali ini ia benar-benar berada di depan mejaku.

"Ini adalah tempat mutlakku. Minggir." perintahnya dingin. Aku mengerutkan dahiku.

"Tidak, aku mendapat kursi ini duluan." balasku tajam. Mencoba tajam tingkat maksimal namun sepertinya gagal lantaran wajah laki-laki ini benar-benar hot!

Laki-laki ini hanya membalas dengan senyuman miring yang, oke, menambah tingkat keseksiannya. Aku segera membenarkan pikiranku.

"Wow, kau sungguh berani, anak baru. Baiklah, terserah kau saja," ia kemudian duduk di sebelah kiri ku dan temannya di sebelah kananku.

"Aku Damian Smith," ucapnya seraya memberikanku sebuah smirk yang terbaca seperti kau-harusnya-sudah-tau-aku-dari-awal

Dan aku baru sadar, anak ini adalah orang yang diceritakan Lois tadi pagi.

Infuriating Smith Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang