PROLOG

56.8K 2.2K 74
                                    

Oh tuhan, apa yang harus aku lakukan?

Bantu aku, aku mohon tuhan. Bantu aku bagaimanapun caranya.

Berikan padaku pertolongan...

"bagaimana?" tanya laki-laki yang mencengkeram lengan Audrey dan menyentaknya keras membuat Audrey hampir saja menabrak meja namun sempat terhuyung dan memegangi pinggiran meja itu.

Wanita yang ditanyai itu mendongak dari kertas-kertas di atas mejanya sebelum wajahnya memerah saat melihat laki-laki itu hampir membuat Audrey terluka, "apa kau bodoh? Jangan mengasarinya" bentak wanita itu dengan menggebrak meja, "jika sampai kulit pucatnya ini lebam, bukan hanya kau yang akan merugi. Tapi aku juga, tidak ada yang mau membayar mahal untuk anak baru yang tubuhnya terdapat lebam, itu tidak menarik dan dianggap cacat. Aku tidak mau membuat pelangganku meminta kembali uangnya bahkan mungkin meminta ganti rugi"

Audrey mencengkeram lengan laki-laki itu dan menggeleng dalam tangisnya, "aku mohon jangan lakukan ini, aku janji akan bekerja lebih giat lagi. aku mohon... aku mohon..." isaknya membuat laki-laki itu mendorong Audrey hingga terjatuh ke lantai dan mendekat ke arah meja.

"cepat berikan uangku"

Wanita itu berdiri dari duduknya sebelum melihat ke arah Audrey lebih lekat, "biarkan aku melihatnya dulu sebelum memastikan berapa harganya"

Laki-laki itu menyentak Audrey untuk kembali berdiri dan mendorong ke arah wanita itu.

Wanita itu memutari Audrey dengan mengangkat lengan baju serta rok Audrey untuk memastikan bahwa tidak ada luka-luka lebam yang tertinggal di kulit Audrey sebelum melihat kembali ke arah laki-laki itu dengan alis terangkat, "apa dia masih perawan?" membuat laki-laki itu mendengus.

"memangnya kau pikir aku akan membiarkannya pacaran dan bercinta dengan laki-laki yang akan mendapatkan pelayanan gratis darinya jika aku bisa mendapatkan harga yang pantas untuk keperawanannya padamu?"

Wanita itu tergelak keras oleh kata-kata laki-laki itu sebelum menatap tajam saat tawa itu menghilang secepat datangnya, "tapi aku akan mencarimu jika kau berani membohongiku, bajingan" dengan mengeluarkan segulung uang dari bra-nya dan melemparkannya pada laki-laki itu yang dengan sigap menangkapnya.

"senang berbisnis denganmu, manis" kata laki-laki itu membungkuk mencemooh membuat wanita itu membalas dengan lambaian mengusir.

Audrey berlutut dan memeluk satu kaki laki-laki itu saat laki-laki itu keluar dari ruangan dan akan beranjak dari sana, "aku mohon jangan tinggalkan aku disini, aku mohon..." isaknya membuat wanita di belakangnya menjambaknya dan menyeretnya ke arah berlawanan dari pintu masuk bangunan kumuh itu menuju ke sebuah kamar.

Audrey menjerit, meronta dan menendang saat merasakan kepalanya hampir saja lepas dari lehernya saat wanita itu terus menyeret rambutnya yang berwarna tembaga membuat rasa sakit menyebar ke kepalanya.

"lepaskan aku... aku mohon kasihani aku..."

"aku akan mengasihanimu jika kau bisa memuaskan pelanggan pertamamu, sayang. Karena kau masih perawan maka aku akan memberimu cuti satu hari untuk memulihkan tubuhmu dan membiasakan diri, bagaimana?" tawar wanita itu ramah membuat hati Audrey semakin di cekam ketakutan karena wanita itu berbicara sangat santai seolah menjadi pelacur sama menyenangkannya dengan berlibur keliling dunia.

Wanita itu menyentak Audrey berdiri saat mereka sudah berada didalam sebuah kamar yang ternyata tidak terlalu kumuh dari pada lorong yang menuju ke kamar itu. entah semua kamar memang seperti itu atau hanya kamar khusus perawan saja yang memberikan fasilitas yang lumayan karena Audrey bisa melihat selimut dan sprei di ranjang lebar di tengah ruangan itu terlihat rapi dan bersih tanpa bercak.

the GAME of FATE (Paxton seri 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang