Intro

373 9 0
                                    

Mataku mulai bosan melihat wajahnya yang tegang dan gemetar. Kepalan tanganku sudah terikat oleh otot-otot tangan. Kacamatanya tidak menunjukkan intelejennya sebagai produser di stasiun TV ini. Aku sudah muak dengan alasannya yang bertele-tele.

Kepalanku menggebrak meja.

"Sudah saya bilang beribu-ribu kali! DAN INI KESALAHAN KAMU YANG BERJUTA-JUTA KALI!", nadaku meninggi, aku sedikit berlebihan, tapi ini pantas untuknya.

Stasiun Channel 1 sudah berdiri sejak tahun 2027, dan kesalahan seperti yang dilakukan produser bodoh di depanku ini baru pertama kali sejak 31 tahun stasiun ini berdiri.

Produser ini berani-beraninya menghina pemerintah, mengkritik tanpa dasar, dan berpihak meninggikan salah satu pihak di layar televisi. Ini boleh dilakukan jika mempunyai dasar dan memang suasana sedang memanas, memanas sekali. Tapi, si produser tolol ini menyematkan berita semacam itu di masa-masa yang bukan pada tempatnya, di masa-masa liburan sekolah seperti ini. Apalagi, dia sudah melakukannya berulang kali. Aku semakin muak, dan ingin muntah melihat wajahnya sekarang.

Dia masih tidak berani melihat mataku.

"Sudah saya bilang! Channel 1 adalah saluran berita untuk seluruh kalangan! TIDAK MEMIHAK! TIDAK MENJATUHKAN!", geramku mulai berapi, "BAGAIMANA JIKA ADA YANG MENONTON DAN TERPENGARUH. BAGAIMANA!?"

"Ma-ma-af...", katanya pelan menyesal.

Aku menggebrak mejaku lagi. "KEMASI BARANG-BARANGMU! KAMU DIPECAT!".

Sempat aku berpikir, bahwa reaksinya adalah menangis memohon ampun dan bersujud-sujud agar tidak dipecat. Dia akan mulai melihatku dan memelas di depan wajahku, aku akan berkata 'tidak' seribu kali jika dia memohon ampun dan kesempatan terakhir. Lalu, seluruh kru di kantor akan penasaran dan mulai bergosip drama apa yang telah terjadi.

Aku salah.

Reaksinya adalah menatapku. Tersenyum tipis. Berdiri lalu pergi.

Aku menahan geramku lagi. Seakan-akan aku dipermainkan oleh produser tolol itu.

"Dasar nggak tahu malu!" olokku dalam hati.

Hari ini rapat redaksi, aku adalah kepala redaksi di seluruh produksi berita di Channel 1, yang memprioritaskan berita daripada hiburan. Tapi hari ini dan berbulan-bulan lalu, aku sempat kecolongan dengan pemberitaan ngawur produser tolol itu. Bodohnya aku, aku memilih dia sebagai produser di program berita prime-time yaitu Pagi, Siang, dan Malam. Aku kira kerjanya selama ini yang terbaik, sikapnya paling sopan, dan penampilannya yang paling bisa dipercaya.

Aku salah menilai semua itu.

Entah dibayar atau memang kemauannya sendiri, tapi yang jelas dia sudah tahu konsekuensi bekerja di stasiun televisi ini. Apalagi semenjak pemerintah Indonesia mengeluarkan peraturan dunia pertelevisian sejak 2020.

Pemerintah Indonesia hanya mengizinkan 5 saluran televisi diseluruh Indonesia. Semuanya bernama hampir serupa, hanya beda diangka. Channel 1, memuat berita dan sedikit (sekali) hiburan. Channel 2, memuat hiburan musik, talkshow, dan acara luar negeri. Channel 3, memuat pendidikan yang bersifat non-formal. Channel 4, memuat konten-konten video dari internet yang dipilih secara acak. dan Channel 5, memuat acara hiburan dewasa (tanpa sensor).

Tapi sesuai peraturan, kelima saluran ini harus konsisten dengan prinsipnya sebagai sarana informasi dan pendidikan. Kebebasan pers memang tetap ada, tapi tidak menyesatkan dan menjatuhkan lain pihak. Dan pemerintah berhak untuk mengambil alih saluran dan memutus acara apapun jika ada keadaan darurat yang hendak disampaikan. Tapi ini tidak pernah terjadi sampai tahun ini, 2058.

Sebagai orang yang bekerja dibidang pertelevisian, aku tahu sejarah awalnya. Sejarah dimana seluruh wartawan tidak setuju dan demo menolak peraturan ini semua. Tapi, keadaan yang membuat mereka semua setuju. Keadaan pengaruh media massa khususnya televisi memengaruhi anak kecil yang jadi 'dewasa sebelum waktunya'. Semuanya akhirnya setuju, dan pencabutan tayangan terjadi dari tahun 2020-2026.

Semua orang mulai merasakan dampak peraturan itu. Sinyal mulai jelek dan satu persatu saluran televisi hilang. Dan di awal tahun 2027, kelima saluran pemerintah mulai muncul. Di saat itu juga aku lahir. Di tahun yang sama aku lahir, di mana pertelevisian mengalami perombakan drastis. Dan dengan adanya kelima saluran ini, semua masyrakat jadi nggak bingung memilih saluran televisi.

Dari news anchor sampai juru kamera, mereka semua shock ketika kata 'Saudara Andra, produser kalian semua, saya pecat!'. Tapi aku juga menjelaskan alasannya, wajah-wajah shock itu mulai berubah menjadi wajah lumrah dan seperti berkespresi: "memang pantas dia dipecat!"

Setelah menunjuk Asisten Produsernya menjadi Produser, aku langsung bergegas kembali ke rumahku. Ke rumah dengan ruang di mana aku bisa tidak memikirkan sesuatu tentang pekerjaanku yang sedikit membuat kepala jadi pening.

Handphone-ku berdering tak berhenti. Isinya e-mail dan pesan dari CEO yang menanyakan 'Kenapa Andra dipecat!?', aku masih belum peduli dengan pesan-pesan itu, aku akan menjelaskannya besok di hadapan wajahnya langsung.

Sandaran kasur ini seperti sudah kawin dengan postur tulang belakangku. Terasa nyaman dan harumnya yang tidak akan pernah aku lupakan, wangi lavender dan vanilli yang semakin membuat mataku ingin terpejam dan tidur di harumnya ombak wewangian ini.

Aku rela tenggelam di lautan wewangian ini, hingga wanginya pudar sampai esok pagi.

Selamat malam.


TENGGELAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang