1. Mereka Yang Pergi

Start from the beginning
                                    

Gadis itu terus saja menyangkal kenyataan bahwa Diana telah pergi. Raka mengerti, mengingat Kayla yang paling dekat dengan Diana. Jelas saja Kayla yang paling terpuruk diantara semua.

Melihat Kayla yang mulai tidak bisa mengendalikan dirinya, Raka menarik Kayla berusaha menjauh dari jasad Diana. Kayla memberontak dan memukul-mukul apa saja yang bisa diraihnya.

"Ikhlas, Kayla, Ikhlas! Diana sudah pergi dengan tenang." bentak Raka dengan suara paruh karena menahan tangis sejak tadi. Mendengar itu gerakan Kayla mulai melemah, tapi tidak dengan tangisnya.

Tiba-tiba tangisan gadis itu berhenti diikuti tubuh Kayla terkulai lemas dan jatuh di pelukan Raka. Gadis itu pingsan. Raka menepuk-tepuk pipinya tapi tidak ada reaksi.

"Ya, Tuhan. Suster!!" Raka dengan panik memanggil suster terdekat. Dengan sigap dia segera membawa Kayla ke ruangan yang ditunjukkan seorang suster.

Setelah memastikan Kayla ditangani dengan dokter, Raka terduduk lemah di bangku koridor Rumah Sakit. Ini adalah hari terpanjang dan terlelah dalam hidup Raka, setelah hari dimana ayah dan ibunya pergi.

.

.

.

Rintik hujan masih membasahi halaman depan rumah. Kayla hanya bisa terdiam dan meratapi awan mendung yang tengah menangis, seakan turut sedih seperti dirinya. Sedetik kemudian mata cokelatnya beralih pada sosok mungil di gendongannya. Bayi mungil itu bergerak pelan dalam tidurnya.

Setetes dua tetes likuid bening membasahi pipi perempuan berambut cokelat tua itu.

Demi Tuhan, dia sudah banyak menangis sejak mendengar Raffa turut menjadi korban meninggal dalam kecelakaan pesawat. Belum sembuh duka itu, kabar duka lainnya datang dari Diana yang menyusul suaminya.

Diana adalah sosok kakak yang paling dekat dengannya. Diana membuat Kayla menggantungkan hidup padanya. Terlebih saat orang tua Kayla harus keluar negeri, dan menitipkannya pada Tante Ayu -Ibunda Diana.

Kayla ingat saat itu dia diberi pilihan, ingin tinggal di Malaysia atau di Indonesia. Si kecil Kayla dengan yakin memilih Indonesia. Karena Diana ada di Indonesia. Karena Kayla menganggap sepupunya itu sebagai kakak kandungnya. Karena hanya Diana yang mengerti Kayla, saat orang tuanya sibuk berburu kertas bernominal tinggi. Karena Kayla menyayangi Diana sebesar dia menyayangi dirinya sendiri.

Kini Diana telah pergi, dan menitipkan Rio Nazam Widjaya kepadanya. Keluarga besar sepakat menamai bayi mungil itu sesuai dengan nama yang telah disiapkan Raffa dan Diana.

Sosok Rio masih sangat kecil untuk menerima kenyataan pahit. Kenyataan bahwa dia telah yatim piatu. Dia hanya terdiam menatap Rio. Tapi tidak dengan air matanya yang terus mengalir.

"Kayla,"

Dengan segera Kayla mengahapus air matanya. Setidaknya dia tidak terlihat menyedihkan di hadapan orang lain. Dia ingin orang-orang berhenti menatapnya dengan tatapan kasihan. Walaupun keluarga besarnya jelas tahu, Kayla yang paling terpukul atas kepergian Diana.

Kasihan? Aku tidak butuh dikasihani.

Dia sedikit menoleh ke arah pintu kamar, memeriksa siapa yang datang. Di sana telah berdiri seorang laki-laki berpostur cukup tinggi. Dari wajahnya, Kayla mengenal sosok itu. Orang luar mungkin akan berpikir sosok itu adalah hantu Rio yang gentayangan.

Dia adalah Raka Widjaya. Saudara kembar Raffa.

Raka berjalan pelan dan turut duduk di samping Kayla. Mata hitamnya menatap takjub pada tubuh mungil Rio. Sebulan yang lalu dia hanya dapat menatap tubuh lemah Rio di dalam tabung incubator.

Replacing His ParentsWhere stories live. Discover now