Fakta Mengejutkan

7.5K 363 27
                                    

cerita ini aku dedisikan buat kak @Yaya-Dh makasih udah mau ngerevisi ceritaku. yang awalnya gak tau bentuknya bulat ato lonjong jadi ketauan. hahaha. ya pokoknya masih banyak. :D oh ya. waktu aku liat yang bca cerita ini sebenernya banyak, tap kok yang ngevote cuman 20-an yah? pda kemana yang lain? untuk besok aku mau ngasih budget 30. kalo gk nyampe gak bakal di lanjut. hahahaha. #maksa. pasti pada tanya kenapa aku tiba-tiba minta vote padahal sebelum-belumnya woles, aku kasih tau alesanya, karena cerita ini mau tamat, the end. kalau gak nyampe target aku gk bakal update sampe targetnya nyampe. pasti nyampe lah ya, lha wong yang bca 200 lebih kok, msak 30 gk ada.

>>>>>>>

Kutoleh kepala ke belakang sesaat, lalu kembali menatap jalan raya. Senyum miring terukir di bibirku. Benar dugaanku. Mereka nggak bakal bisa ngikutin taksi yang kutumpangi bersama Kak Chealse ini. Naza gitu loh. Main-main kok, sama Naza. Jangan pernah berharap menang.

"Kok, loe bisa tau jalan-jalan kayak gini sih, Za? Banyak sampah dan banyak pemulung gini. Apa gak masalah kalo kita lewat jalan ini? Takutnya ganggu mereka," kata Kak Chealse dengan pandangan tetap tearah ke tepi jalan sempit, sambil memperhatikan aktivitas para pemulung yang sedang memilah kardus dan botol-botol.

"Ya, taulah Kak. Naza kan, sering jalan-jalan. Mereka gak bakal marah kok. Mereka semua baik." Kutepuk pundaknya. "Loe gak perlu khawatir gitu."

Dia menoleh kearahku dengan senyum tipisnya. Kepalanya menoleh kebelakang, mungkin untuk memastikan apakah para mata-mata brengsek itu, masih mengejar kami.

"Pak nanti di pertigaan depan situ, ambil belokan ke kiri, ya."

Pak supir mengangguk, mendengar perintahku.

Kutoleh wajahku ke arah Kak Chealse. "Gimana sekarang perasaan loe? Lega?"

Senyuman tipis bibirnya, nggak bisa menghapus wajah muramnya. "Gua nggak tau, Za. Gua cemas kalo dia bisa nemuin gua,"

Aku mendesah berat. Sebegitu takutkah Kak Chealse sama mahluk biadab itu? Apa yang harus di takutin, sih? Oh, c'mon! Manusia kayak dia, gak perlu di takutin kali.

"Apa loe cinta sama dia?" tanyaku menatapnya dengan mata terpicing.

Kepalanya tertunduk dalam diam. Jari-jemarinya saling meremas.

Oh my god! Kalau kayak gini, udah positif, kalau Kak Chealse suka sama pria biadab itu. Apa sih, yang dia suka dari pria itu? Wajahnya? Cuih! Wajahnya emang tampan. Tapi kalau kelakuannya bejat, buat apa? Gak ada gunanya. Yang ada malah akan berujung sakit hati, lalu menyiksa batin.

"Apa sih, yang loe liat dari dia, sampe bikin loe jatuh cinta sama dia?" tanyaku geram dan heran.

Kepalanya terdongak menatapku sendu. Matanya memerah. Air matanya menggenang dan siap tumpah.

Aku mendesah. Apa semua mahluk yang namanya cewek, ditakdirkan lemah, ya? Ya ampun! Oey Za! Nyadar! Diri loe sendiri juga lemah!

"Gua nggak tau, Za. Tapi seiringnya waktu yang berjalan, lama-lama gua ngerasa sayang sama dia. Gua takut dia berpaling dari gua. Gua takut dia kencan ato punya pacar. Gua tau, rasa gua ini terlarang, tapi gua nggak bisa ngendaliin, Za. Kalo cinta udah hadir susah di ilangin, Za," katanya dengan air mata yang berderai.

Aku terdiam mendengar perkataanya. Apa yang dia bilang betul. Kalau cinta sudah hadir, susah diilangin. Meski sebejat dan sebrengsek apa pun dia. Kenapa kita harus jatuh cinta sama orang yang salah sih, Kak? Sahabatan sih boleh tapi kenapa nasib cinta kita juga sahabatan?

"Gua tau kok, rasanya," kataku lirih. Kugigit bibir bawah bagian dalam dengan keras, untuk menahan air mata yang ingin tumpah. Aku gak boleh lemah! Gak boleh!

That's LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang