my name is princes

11.1K 333 6
                                    

Pagi di hari senin. Hari dimulainya semua rutinitas, baik kerja, sekolah ataupun kuliah. Pagi di kediaman bapak hermawan tidak lepas dari keceriaan dan warna.

"Morning..." teriak seorang putri dengan wajah ceria dan masih dibalut baju tidur doraemon berwarna biru pudar. Dia melangkah membuka jendela kamarnya yang membatasi balkon dan kamar. Senyumnya terus merekah seperti bunga yang baru saja mekar. Matanya terpejam menikmati udara pagi ini.

"Nona princes, ditunggu tuan besar dibawah."

"Iya mba. Nanti aku turun."

Matanya kembali terpejam menikmati udara pagi yang masih baik untuk paru paru. Hampir setiap pagi dia menikmati udara di balkon kamarnya.

"Back to work." Ucapnya pelan dengan senyum manis.

Barbie sisilya princes hermawan, nama yang diberikan keluarga hermawan pada putri tunggalnya yang sekarang sedang menikmati udara pagi di balkon kamarnya.

Beberapa menit menikmati udara segar akhirnya princes melangkah masuk ke kamarnya mengambil seragam sekolah dan menuju kamar mandi yang berada di dalam kamarnya.

Hampir setengah jam berada di dalam kamar mandi, akhirnya princes keluar dengan seragam sekolahnya dan sebuah handuk yang masih menutupi rambut panjangnya yang basah. Dia melangkah menuju meja rias dan duduk di depannya. Mengeringkan rambut basahnya dengan handuk kecil dan memoles pipi putihnya dengan bedak baby yang membuat wajahnya semakin putih dan menarik.

***

"Morning cute." Sambut sang ayah pada anaknya yang baru saja turun dari tangga dan berjalan ke arahnya dengan tas ransel di pundaknya.

"Morning ayah." Jawabnya memberi kecupan di pipi sang ayah.

"Ayah. Bunda kapan pulang?"

"Mungkin minggu depan. Kenapa cute?"

"Stop panggil cute, ayah. Dari deretan nama yang ayah berikan, kenapa tak ada satupun yang ayah pilih untuk memanggil ku."

"Karna ayah mau hal yang berbeda. Bunda akan kembali bersama kakek."

"Serius?"

"Ya."

"Hmmm... Ayah."

"Ada apa? Punya masalah di sekolah?"

"Bukan. Hmmm, aku ingin liburan ke lombok yah. Boleh ya ayah?" Dengan wajah cute-nya memohon.

"Boleh. Tapi..."

"Tapi apa?" Wajah kecewa.
"Kamu harus meeting bersama pak wijaya alkatiri. Gimana?"

"Satu hari? Deal?"

"Dua hari. Deal atau nggak sama sekali."

"Oke." Jawabnya pasrah dengan wajah kecewa dan bibir yang menjadi manyun membuat sang ayah tersenyum melihat putri kecilnya.

***

Princes akhirnya sampai di sebuah gedung tinggi bertingkat tujuh. Bagai sebuah perusahan dengan model modern dan elegan, tapi ini bukanlah perusahaan melainkan sebuah sekolah internasional tempat princes menempuh ilmu di masa menengah atas. Princes memilih jurusan bisnis internasional yang disediakan di sekolahnya. Karna sejak kecil mengikuti sang ayah menjalankan bisnis baik di dalam maupun luar negeri. Alasan itu tak membuatnya jenuh namun sebaliknya ia sangat tertarik dengan bisnis sang ayah. Hampir semua bisnis sang ayah yang ada di Indonesia pernah dia pegang sejak duduk di sekolah menengah pertama dengan panduan sang ibu dan sang ayah yang memiliki jiwa bisnis namun tak pernah meninggalkan tanggung jawab sebagai orang tua.

Princes menuruni mobil alpart putih yang menemaninya setiap hari. Langkanya yang tegas namun tetap anggun tanpa senyum namun terkesan elegan memasuki sekolah yang lebih layak disebut kantor.

"Ratu jutek dateng tuh."

"Heran gue, kenapa bapak dan ibu hermawan bisa punya anak jutek itu ya?"

"Udah jangan omongin dia. Nanti kena tegur kampus kita."

Hampir setiap hari princes mendengar percakapan itu hingga dia tak peduli lagi dengan semua itu. Dia cukup sadar dengan gelar 'ratu jutek'. Ketegasan dan tak ada senyum untuk hal serius dan tak bisa pernah terlihat tertawa ataupun senyum kecil. Tak ada satupun yang bisa dekat dengannya hingga saat ini. Bukan berarti dia tak memiliki seorang sahabat. Dia memiliki sahabat.sahabat yang telah menemaninya dari ia duduk di bangku taman kanak kanak hingga sekarang.

Bruuuuk

Seseorang telah menabrak princes yang notabennya tak ada yang berani berhadapan dengan sang ratu jutek.

"Sorry." Hanya kata itu yang keluar dari mulut yang menabrak princes.

"Hmmm."Jawabnya dan melanjutkan langkahnya.

"Nasib baik tuh cowok. Kalo si ratu jutek lagi bad mood pasti uda kena damprat tuh anak."

"Dilihat liat dia ganteng. Tapi kok gue belum pernah liat dia sih?"

"Murid baru?"

"Bukan."

"Siapa?"

"Guru pengganti sementara. Kabarnya dia itu masih kuliah di harvard loh. Tapi karna pak guru kita yang minta, dia ngisi liburannya untuk mengajar kita. Katanya sih berbagi ilmu."

"Keren. Mata pelajaran apa?"

"Katanya dia di kelas bisnis internasional."

"Bakalan seru nih."

***

Internasional bussiness class

Tulisan yang tertulis di depan ruang kelas princes sekarang. Dia duduk di barisan depan dengan tablet yang masih di tangannya. Dia tak sedang melihat sosial media, melainkan sedang melihat perkembangan bisnis sang ayah dan beberapa laporan yang dikirim via email. Inilah kesibukannya hingga tak ada satu pun yang bisa berkomunikasi dengannya kecuali sahabat kecilnya yang sedang berada di jerman.

Tak lama suara gemuruh terdengar namun tak membuat princes bergeming dari layar tabletnya.

"Morning class." Ucap sang guru.

"Morning sir."

"Kamu!" Tunjuk sang guru pada princes.

"Saya?"

"Ya. Siapa nama kamu?"

"My name is princes sir." Jawabnya tegas.

Bersambung....

Hy all...

Maafkan kalo ada typo ataupun kata kata yang berantakan dimana mana.

Semoga suka ya sama cerita yang ini.

Kalo ditanya kenapa buat story baru?
Lagi pengen aja. Apalagi mood ku naik saat liat prilly buat story. Jadi jiwa penulisnya balik lagi. Walau saya penulis abal abal.

ratu jutekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang