Part 3

17K 857 32
                                    

Part ini di aku dedikasiin buat mba @AurliziaGerald yang udah dengan supper duper teganya ninggalin aku sendiri di sini dan tenggelam bersama tugas-tugasnya selama beberapa bulan ini :p *piiss mbaa hehe...*

i miss you mbaaa >_<

Semoga mba cepet-cepet aktif lagi di watty :D

Dan buat para readers, maaf kalo part ini uploadnya rada lama >_<

Semoga ga menyecewakan yaaa

Ditunggu kritik dan sarannya :D

*peluuk dan cium dari indrii*

***

FIKA POV

Guntur adalah salah satu anugrah terindah dalam hidupku. Walau kadang-kadang tingkahnya menyebalkan dan kekanak-kanakan, tapi aku bersyukur memilikinya. Entah kebaikan apa yang telahku perbuat, hingga aku mendapat pria sebaik Guntur.

Mungkin bila orang-orang bertemu dengan kami saat SMA, mereka tidak akan percaya, kami bisa menjadi pasangan seperti ini. Guntur yang dulunya selalu di kelilingi wanita-wanita cantik, malah menolak mereka dan memilih diriku ini.

‘Kamu jelek sekali,lebay pula’ aku masih ingat dengan jelas, kata-kata itu adalah kata-kata pertama yang di ucapkan guntur padaku. Setiap mengingat kata-kata itu senyum selalu singgah di bibirku. Mungkin kalian berfikir, aku seharusnya marah pada mendengar kata-kata itu, tapi tidak... kata-kata itu mungkin sedikit menggores hatiku. Tapi... kata-kata itu juga yang membuatku jatuh cinta padanya.

Sejak dulu aku sadar, bahwa aku  memang tidak terlahir dengan wajah cantik bak putri-putri kerajaan atau model-model terkenal dan aku sudah belajar menerima kenyataan itu. Lagi pula menurutku penampilan luar bukanlah segalanya, apa yang ada di dalam adalah yang terpenting, seperti pribahasa ‘jangan menilai sesuatu hanya dari sampulnya saja’ dan itu lah yang menjadi kamus hidup ku sekarang dan mudah-mudahan selamanya.

Orang bijak pernah berkata, Banyak wanita yang lebih cantik dari pada kamu, yang perlu kamu lakukan hanyalah mencari pria yang tidak perduli dengan kecantikan-kecantikan itu.

Awalnya aku sempat meragukan kata-kata itu, tapi setelah bertemu dengan Guntur, aku menjadi amat sangat mempercayai kata-kata itu.

Tok... tok... tok...

Pintu kantorku, di ketuk dari luar.

“Siappaaa?” tanyaku

“Lusy bu..” jawab Lusy dari luar sana.

“Masuuukk...” Seruku “ada apa lus?” tanyaku saat lusy sudah berdiri di sebrang mejaku.

“ini bu, ada undangan untuk ibu.” Lusy menyodorkan sebuah amplop berwarnya hitam ungu kepadaku.

“Makasih ya lus.” Kataku sambil meraih undangan itu.

“Kalau begitu saya permisi dulu bu.” lalu Lusy berjalan keluar kantorku.

Ku perhatikan undangan yang di berikan Lusy tadi. Didepannya tertera tulisan bertinta silver.

Reuni SMA Bakti Taruna Angkatan ke 68

Kepada :

Fika Diaritami

Ku baca undangan itu dengan seksama.

Tempat                                : Aula SMA Bakti Taruna

Taggal, waktu    : 29 Mei 2013, 10.00 – selesai.

                Hmm... 29 Mei? Sekarang tanggal 22 Mei, berarti minggu depan....

***

“kamu udah dapet undangan reuni belluumm?” tanyaku pada Guntur.

Sekarang kami berdua berada di dalama mobil Guntur yang sedang membelah jalanan kota Jakarta. Hampir setiap hari Guntur selalu mengantar jemputku selama dua tahun belakangan ini. Katanya sih takut aku di culik kalau pulang sendiri. Benar-benar alasan yang tidak logis, apa dia pikir aku ini anak TK.

“Dapet, kamu juga dapetkan?” dia balik bertanya.

“Hmm... aku juga dapeettt, baru tadi siang. Paasstiiii acaranya serruu bangettt, truss, aku juga bisa ketemu sama yang lainn, aduhhh... aku jadi kangen sama temen-temen SMA kita dulu dehhh. Aku udaahh gaaa sabaarr nunggu minggu depannn.” Ucapku antusias.

“tapi.. kayanya aku ga bisa ikut ke acara reuni deh, soalnya minggu depan aku harus ke bangkok.”

“Yahhh... emang ga bisa di unddurr yaaa???” tanyaku penuh pengharapan pada Guntur. Walaupun acara reunian pasti akan menyenangkan, tapi bila ada Guntur acara itu akan beribu-ribu kali lebih menyenangkan.

“Jangan manyun gitu dong, nanti jeleknya keluar lagi.” Bukannya menjawab pertanyaanku, Guntur malah meledekku.

“Huhh... aku seriuss tauuu, emang acara ke bangkoknya ga bisa di undur yaaa? Emang kamu ga kangen sama temen-temen SMA kitaa?”

“Kangen sih... kangen. Tapi aku lebih kangen sama kamu.” Ucap Guntur sambil tersenyum manis ke arahku. Uhhhh... aku yakin dengan senyumnya itu, dia bisa langsung melelehkan es di kutub utara dan kutub selatan.

“ihh.. kamu apa sih..” aku sedikit menundukan kepalaku, sekarang wajahku pasi sudah semerah tomat.

“ahahha... kamu tuh ya, udah 8 taun kita pacaran, tapi ga kebal-kebal juga sama godaanku, ckckck...” mendengar kata-kata itu refleks ku pukul lengan kiri Guntur.

“ihhh... kamu tuuhh yaaa, kok nyebelinnya ga ilang ilang siihhh?” aku terus memukuli lengan Guntur, dan orang yang di pukul malah tertawa, sepertnya bagi Guntur, pukulan ku tidak lebih menyakitkan dari sebuah elusan huh....

“ahahhaaa... abis kamu sih, aku baru ngomong gitu aja, muka kamu udah merah.”

Dan tawa Guntur kembali menghiasi perjalanan pulang kami.

***

Belahan Jiwa - Sequel FikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang