We Don't Have Children

4.8K 374 16
                                    

Langit mendung membuat Yunhee hampir mengurungkan niatnya untuk pergi. Dia tidak bisa membatalkan pertemuan itu begitu saja, tidak jika dia telah berusaha keras dalam meyakinkan pria itu untuk bertemu dengannya. Lagipula Yunhee sendiri yang membuat pertemuan ini.

Masalah yang pada akhirnya membuatnya memilih pria itu sebagai jalan keluar. Kenyataannya, Yunhee tidak mengira bahwa dia akan mengalami masa-masa sulit seperti ini. Tidak pernah terlintas di benaknya bahwa dia akan membutuhkan bantuan teman lamanya, Cho Kyuhyun. Dalam hal ini, memang Yunhee lah yang bersalah karena tidak pernah menghubungi pria itu selama beberapa tahun. Kesibukan membuatnya demikian. Sejujurnya, tidak ada sesuatu yang penting yang bisa dibicarakan dengan pria itu. Tidak lagi setelah dia memilih untuk mengakhiri masa lajangnya dan melangkah ke lembaran baru bersama pria pilihannya. Sejak saat itu, dia kehilangan kontak dengan Kyuhyun.

Namun, apakah semua itu bisa dibilang sepenuhnya kesalahan Yunhee? Jika dia mengingat lagi, Kyuhyun lah satu-satunya yang tidak datang ke pernikahannya. Tega sekali dia. Mereka adalah sahabat, seharusnya Kyuhyun tahu itu. Lalu kenapa malah pria itu yang tidak terima ketika Yunhee meneleponnya? Dan bukan sebaliknya.

Mengesampingkan pemikiran negatif itu, Yunhee keluar dari sedan biru tuanya. Dia menyampirkan tas tangannya sebelum menutup pintu mobil, kemudian melangkah ke dalam Deete Coffee, sebuah kedai kopi sederhana yang terletak di tengah kota Seoul. Sebuah tempat di mana dia biasa menghabiskan waktu untuk mengerjakan tugas kampus, tempat pertama kali dia bertemu dan menjadi teman Kyuhyun.

Angin yang cukup kencang di akhir musim gugur membuatnya mau tidak mau harus mengenakan baju hangat. Yunhee memilih mengenakan kemeja panjang berwarna putih yang dibalut sweater rajutan berwarna peach. Meskipun memakai rok pendek abu-abu, dia berusaha membuat kakinya tetap hangat dengan menggunakan stoking hitam. Tidak lupa sepatu boot dengan warna yang sama membalut kaki jenjangnya.

Menghela nafas dalam-dalam, Yunhee mendorong pintu depan kafe itu dengan pelan, menimbulkan dentingan kecil sebuah lonceng; pertanda bahwa ada pelanggan datang. Dia sama sekali tidak habis pikir apa yang membuat Kyuhyun bersikap sedingin itu terhadapnya. Yunhee sudah banyak mengalami kesulitan selama dua tahun terakhir ini. Untuk itulah, setelah hilang kontak dengan Kyuhyun-yang mana semakin mempersulitnya, membuatnya kewalahan menemukan cara untuk membagi waktu, bahkan untuk sekedar ngobrol dengan teman lama. Kehidupan pernikahannya tidak berjalan semulus yang orang lain perkirakan-dan tentunya yang dia harapkan. Tidak selamanya cinta akan menjamin keharmonisan suatu pernikahan, semua orang yang mengatakan itu hanya belum pernah merasakan apa yang Yunhee rasakan. Cinta atau harta saja tidak cukup. Dia harus menyelesaikan ini secepatnya jika dia ingin hidupnya membaik dan dia juga berencana untuk menguak apa yang membuat Kyuhyun bersikap aneh terhadapnya.

Deete Coffee sedang tidak banyak pengunjung pada hari-hari kerja seperti ini, Yunhee bersyukur untuk itu. Dia menelisik ke seluruh ruangan-yang ternyata cukup luas-dengan dinding dan dekorasi serba krem itu untuk menemukan sahabat lamanya. Matanya menangkap sesosok pria yang duduk di meja paling belakang dan menghadap ke pemandangan yang disuguhkan oleh jendela besar di samping kirinya, kedua tangannya berbaring di atas meja mengetuk-ketuk pelan. Pria itu mengenakan kemeja putih yang dibalut dengan sweater hitam, sementara jaket hitamnya tersampir di kepala kursi. Kacamata baca bertengger santai di hidungnya, celana panjang hitamnya yang sedikit ketat memperlihatkan dengan jelas bahwa dia memiliki paha yang kuat dan berotot, serta sepatu kantor berwarna hitam mengkilat membungkus kakinya. Dari tempatnya berdiri, Yunhee dapat dengan jelas melihat itu semua. Itu tampak seperti sahabat lamanya, ciri khas pria itu. Dia adalah Kyuhyun, Yunhee yakin akan hal itu. Hanya saja, Yunhee tidak cukup mampu menebak ekspresi yang dikenakan pria itu karena Yunhee hanya dapat melihat raut muka dan sosok pria itu dari samping. Tapi tubuh tegap dan kaku pria itu menunjukkan dengan jelas bahwa dia sedang tidak dalam situasi nyaman.

Perlahan tapi pasti, Yunhee melangkah mendekati pria itu. Saat dia berdiri di hadapan Kyuhyun, pria itu mendongakkan kepala untuk bertemu dengan tatapan Yunhee yang pada saat itu harap-harap cemas dan sedikit ragu.

Untuk beberapa saat, Yunhee hanya memandangi pria di hadapannya tanpa mengatakan apapun, sama halnya dengan Kyuhyun. Satu yang dapat Yunhee tangkap adalah wajah pria itu tampak sangat serius dari garis kerutan di dahinya yang menunjukkan itu. Meskipun begitu, Kyuhyun masih tetap terlihat tampan dan manis dalam waktu yang bersamaan. Nyaris masih sama seperti Kyuhyun yang dulu, yang membedakannya hanyalah wajah serius yang hampir terlihat seperti sebuah kemarahan dan kekecewaan, itu tersirat jelas di mata dan wajah pria itu.

Kemana Kyuhyun yang selalu menyambutnya dengan senyuman ramah dan manisnya? Kemana Kyuhyun yang Yunhee kenal dulu? Kyuhyun yang ini telah melemaskan seluruh ototnya dan membangkitkan ketakutannya ke level yang paling tinggi. Selama ini, Yunhee tidak pernah merasa takut berada di sekitar Kyuhyun, ini tidak terlihat seperti Kyuhyun yang dulu. Apapun yang membuat garis keras di dahi Kyuhyun-sehingga membuatnya terlihat hampir tak bersahabat-benar-benar membuat Yunhee ingin menjerit di dalam hatinya.

"Hai," Sapaan Yunhee terdengar canggung, dulu tidak begitu, dia yakin betul. Namun, entah mengapa kali ini lidahnya terasa kelu dan tenggorokannya begitu kering untuk sekedar mengatakan satu kata itu.

"Duduklah." Perintah Kyuhyun dengan cepat, nada tak bersahabat terdengar sangat jelas dari mulutnya.

Tidak ada senyum, tidak ada pelukan hangat. Tidak ada segelintir petunjuk bahwa mereka dulunya adalah dua orang sahabat yang sangat dekat dan akrab. Pria itu tampak tidak senang dengan kehadirannya.

Meskipun masih canggung, Yunhee mengangguk dan duduk persis di depan Kyuhyun. Kegelisahan menyelimutinya. "Lama tak jumpa." Dia berusaha untuk memberikan senyum terbaiknya. "Bagaimana kabar-"

"Aku tidak punya banyak waktu," Potong Kyuhyun cepat. Itu membuat Yunhee mengernyit, namun dia segera membuang keheranannya. "jadi cepat ke intinya saja."

"Kyuhyun, kau adalah pengacara terbaik yang aku kenal." Yunhee memulai. Tapi perkataan Kyuhyun selanjutnya membuatnya berhenti sejenak.

"Pernah,"

"Maaf?"

"Yang pernah kau kenal." Kyuhyun mengoreksi, matanya tidak menatap Yunhee melainkan ke bawah dan terfokus pada kopi di meja.

Ada apa dengan pria ini?

Membuang segala keheranan yang tak terjawab, Yunhee mengangguk lagi kemudian melanjutkan. "Ya," Dia berdeham pelan. "aku membutuhkan bantuan seorang pengacara untuk mengurus perceraianku dengan Hyukjae." Jelas Yunhee terang-terangan.

Perkataan itu memberikan reaksi nyata terhadap Kyuhyun, yang mana membuat Yunhee sedikit lega karena dia nyaris berpikir bahwa sikap dingin Kyuhyun hanya membuktikan bahwa pria itu tak berperasaan.

Kyuhyun mendongakkan kepalanya dari kopi yang sejak tadi menjadi perhatian utamanya, dia memberikan Yunhee tatapan penuh tanya. "Cerai?"

"Kau mendengarku dengan jelas." Yunhee mengkonfirmasi. Saat Kyuhyun tidak menanggapi apa-apa, dia mulai bercerita. "Hyukjae dan aku telah betengkar dan mengalami masalah yang sama selama tiga tahun terakhir, aku sudah tidak tahan lagi. Aku hanya ingin lepas dari ini semua, Kyuhyun. Aku mohon, hanya kau yang bisa membantuku. Aku-"

"Bagaimana dengan anak-anakmu?" Itu hanya sebuah tebakan, Yunhee tahu betul bahwa Kyuhyun tidak yakin dengan apa yang baru saja ditanyakannya.

Namun itu jelas dan secara nyata langsung menghantam ke bagian paling menyakitkan di dalam hati Yunhee.

Seperti luka lama yang kembali terkuak, Yunhee tidak dapat menemukan dari mana dia harus memulai dan dimana dia harus mengakhiri kisahnya. Banyak sekali yang Kyuhyun tidak ketahui selama lima tahun pernikahannya dengan Hyukjae, banyak sekali tragedi dan drama yang berlangsung. Itu membawa kembali luka lama, itu membuatnya ingin menangis sekarang dan di sini juga. Semuanya perasaan itu tumpah saat itu juga, sesal, kesal, dan malu. Tapi Kyuhyun tidak perlu tahu itu, tidak selagi pria di hadapannya tidak tampak seperti pria yang Yunhee dulu kenal.

Kyuhyun hanya diam tanpa ekspresi saat Yunhee akhirnya mengatakan, "Kami tidak punya anak." Dia menghela nafas dalam-dalam. "Aku tidak mencintainya lagi. Itu masalahnya, Kyuhyun."

***


I am Forgetting You or Trying to (Kyuhyun Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang