Sadique -2

28.3K 1.9K 15
                                    

"Ayo cepetan sana!" bisik Bella, lalu mendorong-dorong tubuh Riri agar segera mendekat kearah Iqbaal yang saat itu tengah menikmati kopi cappucino.

Riri mendengus kesal. Beberapa kali mencoba menghentikan Bella yang terus mendorongnya agar segera berbicara pada Iqbaal. Bella lalu berhenti mendorongnya dan kemudian menghela napas sembari mengepalkan tangan untuk memberinya semangat. Riri menelan salivanya dengan ditemani rasa gugup dan ia sedang berusaha untuk terlihat cuek di hadapan Iqbaal.

"Ekhem." Riri berdehem seolah memberi kode pada Iqbaal akan kehadirannya saat ini. Tapi sayangnya Iqbaal hanya diam dan asik dengan kopi capuccino-nya. Seolah tidak mendengar apapun di kanan dan kirinya.

Riri sedikit kesal melihat sikap cuek Iqbaal. Lalu menatap kearah Bella yang saat itu hanya memberi tatapan penuh kode untuknya agar secara langsung mendekati Iqbaal. Riri kembali menghela napas dan memasang wajah datar, kemudian kembali melangkah lebih dekat dengan Iqbaal.

Riri mengulurkan tangannya. Tepatnya menengadahkan tangannya di depan wajah Iqbaal, meminta sesuatu dari laki-laki itu dan kali ini Iqbaal merespon dengan sebuah tatapan. Tatapan bertanya.

"Balikin Mp3 gue," pinta Riri yang secara cepat mengerti arti dari tatapan Iqbaal.

Sebenarnya bukan itu yang harusnya Riri ucapkan. Tapi saat ia menengadahkan telapak tangannya di hadapan Iqbaal. Ia langsung teringat Mp3-nya yang masih ditahan laki-laki itu.

Iqbaal meraih pulpen dari sakunya. Menarik telapak tangan Riri yang akhirnya membuat Riri sedikit mendekat. Iqbaal kembali melirik sekilas kearah gadis itu, lalu mulai menggoreskan sesuatu diatas telapak tangan Riri dengan pulpen hitamnya.

"Iih apa-apaan sih lo? Jorok banget." protes Riri sembari berusaha menarik tangannya. Namun Iqbaal mencengkramnya dengan cukup kuat sampai Iqbaal selesai menuliskan apa yang sejak tadi ia tulis di atas tangan Riri.

"Gue bakal ngasih Mp3 lo lagi kalo lo dateng kerumah gue jam empat." ucap Iqbaal datar yang diakhiri dengan kepergiannya dari kantin yang masih penuh sesak.

Riri membaca alamat rumah Iqbaal yang kini tertulis di atas telapak tangannya. Tertulis dengan sangat jelas dan dengan tulisan yang sangat rapi. Riri tersenyum samar saat membaca tulisan rapi di telapak tangan kanannya itu. Sampai akhirnya senyuman itu hilang saat Bella datang dan menepuk bahunya.

"Gimana?" tanya Bella.

Riri dengan wajah sok datarnya menunjukkan tulisan di atas telapak tangannya. Bella membacanya sejenak, lalu menatap Riri dengan alis bertaut.

"Ini alamat siapa?" tanya Bella penasaran.

"Alamat rumah sicowok songong itu," jawab Riri malas.

Bruuk! Riri membulatkan matanya saat Bella secara tiba-tiba saja memeluknya dan sesekali melompat-lompat dan tertawa.

"Lo kenapa sih, Bel? Gila?"

"Hello, Riri! Lo itu udah berhasil satu langkah. Lo udah berhasil dapetin alamat rumahnya Iqbaal, terus bentar lagi lo pasti bisa dapetin nomor teleponnya Iqbaal. Eh tapi, maksud Iqbaal ngasih alamat ini apaan?"

Riri menghela napas. Bella terlalu antusias dengan apa yang Riri dapatkan dari Iqbaal. Sampai-sampai gadis pintar itu tidak tahu apa arti Iqbaal memberikan alamat rumahnya.

"Gue harus ngambil Mp3 gue di rumahnya dia. Kalo enggak, tuh Mp3 gak bakal dibalikin." jawab Riri.

Riri mengerucutkan bibirnya dan membuat wajah manisnya terkesan lebih imut dibanding sebelumnya. Gadis itu kemudian melangkah keluar dari kantin. Meninggalkan Bella yang kini tersenyum seraya bersindekap dada. Merasa berhasil mendekatkan Riri dan Iqbaal dengan tujuan mengurangi sikap over protektif Aldi terhadap Riri

Sadique [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang