chapter 2

15.9K 1.2K 15
                                    

Revisi : 11 Juli 2016

Seorang lelaki berparas tampan dan gagah berdiri di depan cermin dengan setelan jas yang harganya dapat membuat orang gigit jari.

Lelaki itu adalah Oh Sehun. Pengusaha muda di perusahaannya Oh Group. Oh Sehun mempunyai seorang kakak yang kecantikannya setara dengan model internasional. Oh Eunseo. Bekerja sebagai dokter di rumah sakit keluarganya sendiri. Bukankah keluarga Oh sangat kaya?

"Mr. Oh, sangjanim menunggu anda di ruang makan." suara itu menghancurkan lamunan Sehun. Suara asisten sekaligus sekretarisnya.

Jika kalian bertanya laki-laki atau perempuan, maka kujawab laki-laki. Oh Sehun memang tidak pernah mau mengambil sekretaris wanita. Sangat merepotkan. Begitulah katanya.

"Biarkan saja Pak Tua itu menunggu. Sebentar lagi aku turun. Kau turunlah dulu."

"Baik, saya permisi." Sehun hanya mengangguk. Selama tiga menit ia tetap di posisi ini. Ia merogoh sakunya dan mengeluarkan benda persegi panjang.

"Sudah berapa lama aku tidak bertemu dengannya? Tidak buruk jika nanti kita bertemu." gumam Sehun ke dirinya sendiri. Dengan cepat ia mengetikkan sesuatu di ponselnya.

Yena? Kau ada waktu luang? Mau bertemu denganku? Satu minggu kita tidak bertemu. Kau tidak rindu denganku?

Kira-kira seperti itulah pesan singkat yang Sehun kirimkan untuk mantan kekasihnya. Jung Yena. Mantan? Tapi masih sering bertemu? Bukankah di jaman modern seperti ini sudah biasa?

Sejujurnya Sehun sedikit kecewa dengan Yena. Bagaimana tidak, gadis itu lebih memilih karir daripada hubungan mereka. Bagi Sehun itu alasan yang tidak masuk akal.

Ting

Sebuah pesan masuk. Langsung saja Sehun membuka pesan tersebut. Senyum kecil terlihat di bibir Sehun. Senyum yang akhir-akhir ini jarang atau bahkan tidak pernah ia tunjukkan.

Baiklah, kebetulan hari ini tidak ada jadwal syuting. Di kafe biasa saat jam makan siang okey^^

*******

Sehun berjalan menuju tempat di mana keluarganya saat ini sedang berkumpul. Ia melirik malas ke lelaki paruh baya di ujung meja makan. "Pasti topiknya itu lagi." gumamnya kecil.

"Oh Sehun cepat! Jangan seperti siput!" omel seorang wanita cantik.

Sehun hanya memutar bola matanya kesal. Masih untung dia mau mengikuti sarapan ini. "Noona berisik."

"Aku dengar itu Oh Sehun!" Sehun hanya mengangkat bahunya malas.

Beberapa menit keluarga Oh melakukan acara rutin sarapan dengan diam. Sampai suara bariton memecahkan keheningan. "Sehun." panggil Tuan Oh tanpa memandang Sehun.

"Ya?" jawab Sehun sangat singkat. Dapat dibilang hubungan ayah dan anak itu kurang akur. "Kapan menikah? Umur kau sudah cukup untuk menikah."

Trang!

Pisau dan garpu yang dipegangnya jatuh bersamaan. Sehun menatap sinis Tuan Oh. "Bukankah sudah kubilang? Kalau aku tidak akan menikah dengan wanita manapun kecuali Yena!"

"Kenapa kau masih memikirkan wanita sialan itu? Dia sudah mencampakkanmu Sehun!"

"Dia tidak mencampakkanku appa! Dia hanya memikirkan karir nya yang sedang bagus?" perkataan Sehun lama kelamaan melemah. Sehun sendiri ragu dengan perkataannya.

"Lihatlah, kau sendiri juga ragu dengan perkataanmu bukan? Jika kau masih ingin menyandang marga Oh, pikirkan itu baik-baik Sehun."

Setelah mengucapkan itu, Tuan Oh meninggalkan ruang makan dengan wajah datar. Ia tidak tega mengatakan hal itu ke Sehun, tapi apa boleh buat. Sehun tidak bisa terus terjebak masa lalu dengan Jung Yena.

*******

Sehun mengedarkan pandangannya ke seluruh kafe. Hampir semuanya penuh. Lalu ia meminta ke pelayan untuk mengantarkan ke private room yang sudah Sehun pesan sebelumnya.

Tak lama kemudian, datang seorang gadis cantik. Rambutnya dikuncir seperti ekor kuda menambah kesan manis dalam dirinya. Ia mengedarkan pandangannya tapi tak menemukan orang yang dicarinya.

"Permisi, apakah ada lelaki bernama Oh Sehun memesan private room?"

"Ada nona. Anda Jung Yena? Tuan Oh sudah menunggu anda. Mari saya antarkan."

Wanita yang dipanggil Yena mengikuti pelayan tersebut. Sampai ia tiba di depan pintu cokelat. Tanpa mengetuk dulu, Yena langsung menerobos masuk. Sehun yang sedang melamun pun terlonjak kaget.

"Yena kau mengagetkanku." ucapan Sehun membuat Yena tertawa.

"Kau semakin cantik, Yena." yang dipuji hanya tersipu malu. "Terima kasih. Sehun ada apa mengajakku bertemu?"

"Kau masih ingin mementingkan karir mu itu? Tidak bisakah kita kembali? Menikahlah denganku." ucap Sehun sambil menggenggam tangan Yena dengan erat.

"Maaf Sehun, aku tidak bisa. Karirku sedang bagus, aku tidak bisa meninggalkan karirku hanya untuk menikah denganmu."

"Aku masih mencintaimu Yena. Aku tahu kau pun masih mencintaiku."

Dengan sekali hentakan, Yena melepaskan genggaman Sehun. "Tidak Sehun kau salah. Aku sudah tidak mencintaimu lagi. Carilah wanita lain yang lebih baik dariku."

"TAPI AKU HANYA MAU DENGANMU JUNG YENA!"

"TAPI AKU TIDAK MAU OH SEHUN!"

Sehun hanya mengangguk tanda mengerti. Ia tersenyum miris. "Baiklah, baiklah jika itu mau kau Yena. Kau dengar baik-baik. Akan kubuat kau menyesal Yena. Tunggu saja undangan pernikahanku. Kau kejam, aku juga bisa kejam!"

Sehun pergi meninggalkan Yena yang mematung karena mendengarkan perkataan Sehun. Jika ditanya apa Sehun menyesal mengatakan itu? Jawabannya tidak. Ia sudah lelah menunggu Yena. Sudah ratusan kali Sehun mengajak Yena untuk kembali tapi hasilnya tetap sama.

Sehun maafkan aku. Aku juga masih mencintaimu Sehun. Tapi maaf, aku tidak bisa meninggalkan karir ku begitu saja. Batin Yena miris. Tanpa sadar air mata Yena jatuh. Ia menangis karena tidak punya harapan lagi. Bukankah ini yang kau mau Jung Yena?

*******

Alhamdulillah penyakit malasku kembali hilang. Hehehe. New readers? Jangan lupa vote and comment

ChocoBin

EMERGENCY WIFEWhere stories live. Discover now