Prolog

46 4 3
                                        

Hujan malam itu tidak turun sebagai rahmat, melainkan sebagai tirai yang menyembunyikan dosa istana Obelia.
Di tengah kobaran api kecil dan bisikan penuh ketakutan, seorang perempuan berlari, mendekap seorang bayi yang baru saja kehilangan ibunya.

Lily, pelayan pribadi Diana, tidak pernah membayangkan dirinya akan menjadi pengkhianat istana.
Namun di malam kematian tuannya, ia menjadi saksi dari kebenaran yang jauh lebih kejam:

"Bayi itu, Athanasia... tidak boleh hidup."

Perintah itu datang dengan suara yang tenang, namun mematikan.
Suara yang dulu pernah membelai rambut Diana dengan lembut, kini memerintahkan pemusnahan darah dagingnya sendiri.

Lily tidak sempat menangis.
Tidak sempat berharap.

Ia hanya tahu satu hal:
bahwa Diana menginginkan putrinya hidup.

Lorong-lorong tersembunyi membawanya menuju tempat terakhir yang ia pikir dapat menyelamatkan Athy sebuah menara tua milik penyihir kerajaan, tempat seorang lelaki sepuh hidup dalam pengasingan sukarela.

Pintu kayu itu terbuka bahkan sebelum Lily sempat mengetuk.

Penyihir tua itu berdiri di ambang pintu, berjubah lusuh, matanya redup namun masih menyimpan sisa-sisa kejernihan yang menakutkan.

"Diana sudah tiada," ucapnya pelan, seakan angin yang membisikkan berita itu padanya.

Lily terisak lirih.
"Tolong... selamatkan anaknya..."

Penyihir itu memandang bayi kecil yang tertidur dalam dekapan Lily—tanpa cahaya aneh, tanpa tanda-tanda kekuatan.
Bayi itu tampak rapuh, seperti kelopak yang belum belajar menghadapi musim.

Namun ia tahu lebih banyak daripada yang tampak.

"Anak ini membawa dua takdir," gumamnya. "Yang satu akan menghancurkan dunia... dan yang satu akan menyelamatkannya."

Ia mengangkat tangannya.
Sihir mengalir perlahan, membentuk lingkaran cahaya pucat yang menyelimuti mata Athanasia.

"Kita sembunyikan kebenarannya," ujar sang kakek penyihir.
"Biarkan mata kristal itu tidur, hingga dunia siap... atau hingga ia sendiri mampu menanggungnya."

Lily mencengkeram bayi itu erat.
"Apa istana akan mencarinya?"

"Ya," jawabnya tegas. "Namun aku akan menutup jejak kalian. Kau harus pergi malam ini dan kau tidak boleh kembali."

Lily menunduk hormat, air matanya jatuh tanpa suara.
"Terima kasih... Tuan."

Penyihir itu mengangkat tongkatnya.

Udara di sekitar mereka bergetar, retak halus seperti kaca yang disentuh angin.
Cahaya terbentuk sihir teleportasi  yang hanya memindahkan mereka jauh dari kekuasaan Obelia.

"Ini akan membawamu ke desa di timur," ucapnya. "Tempat yang bahkan tentara kekaisaran tak mampu menjangkaunya."

Cahaya itu menyelimuti Lily dan Athy hangat, lembut, dan tanpa suara.
Dalam sekejap, mereka hilang dari menara itu.

Sihir memudar.
Keheningan kembali.

Dan jauh dari sana, di dalam menara hitam yang ditinggalkan waktu, seorang penyihir legendaris yang tertidur ratusan tahun menggeliat, tidak bangun, hanya tersentak oleh benang takdir yang baru dijalin.

Lucas tidak membuka mata.
Namun aliran mana samar yang menyentuh dunia malam itu kelembutan kecil yang belum pernah ia kenal membuat jantungnya berdenyut sekali, pelan namun pasti.

Ia tidak sadar apa itu.
Ia tidak ingin tahu.

Namun dunia sadar.

Malam itu, di bawah langit yang dibasuh hujan,
lahir seorang gadis yang kelak akan memanggil kembali penyihir
yang seharusnya tidak pernah bangun.




















Malam itu, di bawah langit yang dibasuh hujan, lahir seorang gadis yang kelak akan memanggil kembali penyihir yang seharusnya tidak pernah bangun

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
















see yaaa!

A Bloom in The Dark Tower [athyxlucas]Where stories live. Discover now