Suara jam analog yang tidak pernah berhenti mengalun menghiasi ruang kamar yang sunyi dan hening. Ruangan yang terasa dingin oleh AC itu terlihat berantakan. Beberapa potong pakaian tampak berserakan di lantai, seperti baru saja terjadi peperangan besar. Di atas tempat tidur, dua orang gadis tengah terdiam seraya berpelukan erat. Gesekan kulit yang langsung bertemu tanpa pembatas itu dapat mereka rasakan dengan jelas. Namun, rasa hangat yang ditimbulkan masih tidak mampu membunuh rasa sakit yang diam-diam dua anak manusia itu simpan di dalam hati masing-masing.
Di balik selimut tebal, keduanya masih terdiam dan sibuk dengan pikiran masing-masing. Saling menerawang jauh semua jejak kehidupan yang mereka telah jalani selama beberapa tahun ini. Semua kekacauan, tangis, putus asa, dan secercah harapan itu seolah bercampur menjadi satu. Saling melebur hingga menciptakan dua insan manusia yang kini sedang mencari alasan untuk tetap bertahan hidup.
"Kita bakal kayak gini terus selamanya?"
Setelah beberapa menit, salah satu gadis itu berucap pelan. Ada nada ketidakyakinan yang terpancar di kalimat yang ia lontarkan.
Gadis lainnya terdiam, memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi beberapa tahun ke depan. Namun, tak ada satu jawaban yang ia temukan. Pikirannya seolah buntu. Gadis itu kemudian menggeleng putus asa.
"Gue gak tau, Ki."
Helaan napas pasrah itu terdengar jelas. Gadis yang tadi bertanya kembali merenung, memikirkan pertanyaan-pertanyaan yang mengganjal di dalam hatinya.
"Kalau salah satu dari kita akhirnya nyerah gimana?"
Satu pertanyaan kembali tercetus, kali ini lebih lirih daripada sebelumnya. Seolah memberitahu jika si penanya tengah memikirkan kemungkinan buruk yang bisa saja menimpa keduanya di masa depan.
Satu kecupan singkat mendarat di puncak kepala gadis itu. "Gak boleh ada yang nyerah."
Ia mendongak, mempertemukan kedua iris hitamnya dengan dua bola mata lawan bicaranya.
"Kenapa?"
"Because we only have each other."
Pelan, lirih, rapuh, namun ada harapan yang besar di balik kalimat dan tatapan penuh arti yang ia pancarkan.
Kirana, gadis itu terdiam. Kedua matanya masih belum lepas dari iris mata Aries yang tengah menatapnya dalam.
Beberapa saat tatapan itu saling bertemu, saling tenggelam di dalam sorot mata yang menyimpan banyak luka dan emosi yang mendalam. Kirana lalu memutus terlebih dahulu pertemuan mata itu, memilih menunduk ketika rasa ragu dan tidak percaya kembali ia rasa.
"Gue...takut, Ries."
Aries melonggarkan pelukan tersebut, tangannya lalu terangkat untuk menarik dagu Kirana agar membali terangkat sekaligus kembali mempertemukan jalinan mata yang sempat terputus.
"Ada gue, Ki."
Kalimat itu singkat, tegas, namun dapat Kirana rasakan ketulusan dan rasa percaya diri yang besar. Seolah Aries begitu yakin jika mereka akan baik-baik saja selama ia dan Aries tetap bersama. Saling memeluk, saling melindungi, dan saling menjaga satu sama lain.
"Kita bakal sama-sama terus 'kan?"
Satu senyuman tipis Aries tercetak, sangat tipis hingga Kirana mungkin tidak begitu menyadarinya. Perlahan, kepalanya mengangguk yakin.
"Iya."
"Janji?"
Cup
Satu kecupan kembali Aries daratkan, kali ini bukan pada puncak kepala Kirana, melainkan pada bibir tebal gadis itu.
"Janji."
Malam itu, semuanya melebur menjadi satu. Tak ada kalimat cinta maupun sayang yang terdengar, hanya kalimat permintaan dan penenang yang mereka haturkan. Rasa sakit, putus asa, dan trauma yang mendalam itu masih ada, terukir jauh di dalam ruang kecil hati keduanya. Namun di sisi lain, secercah cahaya yang diam-diam menyelinap masuk membuat keduanya menyimpan sedikit harapan jika-hari esok mungkin saja tidak seburuk yang mereka pikirkan. Baik Aries maupun Kirana yakin, semua masalah itu akan dapat mereka hadapi jika keduanya memiliki satu sama lain.
Semua akan baik-baik saja.
Semoga.
COMING SOON.
Tes ombak dulu~
Kalau rame bisa dipercepat part 1 nya, kalo sepi yaudah nunggu mood dulu wkwk
Anyway, buat yang belum tau, cerita ini adalah versi panjang dari kisah Aries Kirana yang sudah pernah aku tulis dalam bentuk cerita pendek. Buat yang belum pernah baca bisa dicek di work aku yang judulnya 'The Anthology' dengan judul 'Cincin' ya, biar paham latar belakang mereka seperti apa
Satu lagi, dulu kan aku pernah jelasin ya soal latar belakang mereka, kalau misal nanti di cerita ini ada perubahan maklumin aja ya guys karena dulu belum kepikiran buat cerita panjangnya kayak gimana. Tapi gak bakal berubah-berubah banget sih, paling detail kecilnya aja
Udah segitu aja, bye bye jangan lupa vote dan komen!
YOU ARE READING
Red String of Fate | Oline-Erine
FanfictionAries and Kirana knew that their unexpected meeting was never just a coincidence. With stories that nearly mirrored each other, they found themselves bound together without even knowing why. After everything they've been through, they realized that...
