Happy Reading
Sorry for typo(s)
- Jung Jaehyun as Juan Gevarial
- Lee Taeyong as Sebastian Giovanni
૮ • ﻌ - ა
"Kak Ian!"
Sebastian atau yang lebih akrab dipanggil Ian ini menghela napas menyadari siapa yang memanggilnya. Tidak perlu repot-repot menoleh lantaran ia hafal di luar kepala yang memanggilnya adalah bocah ingusan yang baru menjadi mahasiswa.
"Habis dari mana?"
Ian menunjukkan kantong plastik belanjaannya. "Beli jajan." Ia merogoh sesuatu dari dalam kantong. "Nih, buat kamu," imbuhnya sembari menyerahkan susu rasa moka dan cokelat.
Walau sedikit cemberut, Juan tetap menerimanya. "Makasih tapi harusnya aku yang ngasih kakak."
"Udah gak usah dipikirin. Pulang dulu ya, Cil," pamit yang lebih tua. Berdiri lama-lama di bawah sinar matahari membuatnya kepanasan dan ingin cepat-cepat pulang.
"Panggil Iel aja, Kak. Jangan cil. 'Kan aku udah gede."
"Iyaa, Iel."
"Aku boleh main gak ke rumah kakak?"
Ian memutar otaknya. "Kapan? Kalau sore gak bisa soalnya mau main," dustanya.
"Kalau malem?"
"Gak tahu. Kemungkinan pulang malem juga."
Juan mengerutkan dahi. "Emang gak dimarahin tante?"
"Enggak, 'kan udah izin."
Juan mengangguk-angguk. "Emang mau main sama siapa? Sama pacar?"
Entah kepalang geram atau gemas terus dicecar pertanyaan, Ian mengapit pipi yang lebih muda. "Sama temen kampus, Ieel. Udah ah." Tidak tahan dengan panasnya matahari, ia berlari dengan langkah kaki seribu.
Juan menatap kepergian seseorang yang berhasil memikatnya sejak lama. Melihat Ian membuka gerbang rumahnya, ia secepat kilat berteriak, "Kak Iaan, jangan punya pacar dulu yaa! Soalnya aku yang nanti jadi pacarnya kakak!" Sudut bibirnya terangkat ke atas kala Ian memandangnya heran, kaget, sekaligus bingung. Kakak tingkatnya itu pasti tidak menyangka ia tidak gampang menyerah kendati sudah ditolak berkali-kali.
Selama janur kuning belum melengkung apalagi Ian masih sendiri, peluang sebesar 100% masih terbuka lebar untuknya.
૮ • ﻌ - ა
"Eh, Iel. Cari kakak, ya?"
Dengan senyum tampan yang tersungging, Juan mengangguk.
"Sini masuk, masuk. Tante panggil kakaknya dulu."
Juan tiba-tiba meringis sungkan. "Maaf, Tante. Iel cuma mau mampir sebentar buat kasih ini ke Kak Ian. Habis ini mau pergi soalnya."
"Oh iya, iya. Gak apa-apa."
Begitu gerbang dibuka, Juan meletakkan pemberiannya di atas meja. "Terima kasih, Tante."
Wanita yang masih cantik di usia tuanya ini melambaikan tangan ketika anak muda yang terang-terangan menyukai putranya itu pamit undur diri bersama deruman motor besarnya. Ia lantas melenggang menuju kamar putra semata wayangnya yang betah bermalas-malasan di hari Minggu. "Kak, udah bangun belum?"
