Di kehidupan sebelumnya, Lyn meninggal muda - Ia meninggalkan dunia dengan hati yang belum sempat tenang, dan seorang suami yang menatap makamnya setiap hari, memohon agar takdir berbelas kasihan.
Dua puluh tahun kemudian, Lyn terlahir kembali. Gadi...
"Maut mungkin memisahkan raga kita tapi cinta tak pernah mengenal akhir. Di antara bintang dan doa, aku menunggumu, karena di tempat yang abadi nanti, kita akan kembali bertemu — tanpa perpisahan lagi" . . . . .
К сожалению, это изображение не соответствует нашим правилам. Чтобы продолжить публикацию, пожалуйста, удалите изображение или загрузите другое.
Tidak semua jiwa mendapat kesempatan kedua. Lyn tahu itu. Ia terbangun bukan di ranjang rumah sakit yang ia tinggalkan, melainkan di tubuh yang asing, sehat, dan enerjik: Naira seorang gadis berusia dua puluh tahun.
Hadiahnya? Sebuah kehidupan baru. Kutukannya? Ingatan yang terpotong-potong.
Ia tahu bahwa ia pernah menjadi seseorang yang lain, seorang wanita bernama Lyn yang dicintai dan mencintai. Ia ingat rasa sakit, aroma rumah yang hangat, dan perasaan nyaman yang tak tertandingi saat berada di sisi seseorang.
Namun, wajah orang yang paling penting itu, wajah suaminya, hilang seperti kabut. Namanya, kisah mereka, janji-janji mereka—semuanya lenyap, hanya menyisakan kekosongan yang perih di inti jiwanya.
Lyn, yang kini hidup sebagai Naira, menghabiskan dua puluh tahun mencoba mengisi lubang itu. Ia menjalani kehidupan barunya sebagai mahasiswi yang sibuk,berusaha meyakinkan dirinya bahwa masa lalu itu hanyalah mimpi yang samar. Ia berhasil. Sampai hari itu.
Sebuah pekerjaan paruh waktu di salah satu Cafe & Restoran membawanya ke sebuah acara eksklusif memperingati ulang tahun Cafe & Resto itu. Di tengah hiruk-pikuk orang-orang penting, pandangannya tertuju pada seorang pria.
Pria itu berdiri di sudut ruangan, memancarkan aura wibawa dan kesendirian yang mencolok. Usianya diperkirakan empat puluhan, dengan rambut hitam pekat, Wajahnya tampan, namun garis-garis di sekitar matanya menceritakan tentang kelelahan dan kesedihan yang mendalam.
Pria itu adalah Calaric pengusaha sukses yang menjadi legenda di kota itu.
Saat Naira menatapnya, sesuatu yang aneh terjadi. Bukan kilasan memori, bukan pengakuan. Melainkan sebuah tarikan tak tertahankan, seperti magnet yang tiba-tiba menemukan kutubnya.
Jantungnya berdebar kencang, dan air mata tiba-tiba menggenang di matanya tanpa alasan yang jelas. Rasanya seperti melihat potongan jiwanya yang hilang di dalam diri orang asing ini.
Calaric—yang tidak mengenali gadis muda di ambang ruangan itu—menoleh seolah merasakan pandangan intensnya. Matanya yang gelap bertemu dengan mata Naira.
Di mata pria dewasa itu, Naira melihat kesepian yang sama, rasa kehilangan yang sama yang ia rasakan dalam kehidupannya yang hilang.
Seketika, Naira ingin menghampirinya, memeluknya, menanyakan mengapa pertemuannya dengan orang asing ini terasa begitu mendalam dan personal.
Calaric adalah duda, seperti yang ia dengar dari gosip para staf. Ia adalah pria berusia 40 tahun yang berduka atas istrinya yang meninggal dua puluh tahun lalu.
Dan Naira adalah gadis berusia 20 tahun yang hidup tanpa ingat sedikit pun tentang siapa dirinya di kehidupan sebelumnya, atau siapa suaminya.
Ironis.
Satu orang ingat segalanya dan menderita karenanya. Satu orang melupakan segalanya, namun jiwanya merindukan orang yang terlupakan itu.
Apakah tarikan ini hanyalah kebetulan? Atau apakah cinta memiliki cara yang misterius untuk menemukan jalannya kembali? bahkan ketika ingatan telah musnah Pertemuan malam ini akan menjadi awal dari perjalanan berbahaya untuk mengetahui kebenaran yang terkubur di antara kesenjangan usia dan ketiadaan memori.