★Happy Reading★
Hua Yong menatap Ocean dengan tatapan dingin dan penuh penolakan. Dengan suara yang tegas namun penuh kepahitan, ia berkata, "Jangan pernah berharap aku akan menciummu di depan semua orang ini. Ingatlah, pernikahan ini terjadi hanya karena kehadiran anak yang tidak diinginkan di perutmu... Bukan karena aku menginginkannya."
Ia menarik napas panjang, menahan amarah dan kecewa yang membara dalam dada. Dengan langkah berat dan wajah yang enggan, Hua Yong menundukkan kepala dan memberikan kecupan singkat di kening Ocean, sesuai permintaan.
"Sudah kubilang, jangan pernah berlagak seperti istriku hanya karena secarik kertas yang mengikat kita! Kau pikir kau pantas? Kau layak menjadi istriku?" Ucap Hua Yong dengan suara dingin sambil mencengkram pipi Ocean erat, dengan tatapan mata penuh penghinaan dan amarah yang membara.
Ocean yang mendengar hinaan dari suaminya hanya bisa menutup matanya, menahan pedih yang mengoyak hatinya. "Aku tahu... aku memang sangat kurang untukmu. Maafkan aku." Ucapnya dengan suara pelan, penuh kepedihan dan penyesalan.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Wenlang kini berada di dalam kamarnya, duduk di atas kasurnya dengan sebuah novel di salah satu telapak tangannya. Jari-jarinya membalik lembaran demi lembaran novel yang saat ini tengah dia baca. Novel tersebut dia dapatkan dari sekretarisnya, Gao Tu. Gao Tu yang kesal dan jengkel karena Wenlang yang merupakan bosnya dan juga kekasihnya tersebut terus-menerus mengkritik dirinya karena membaca genre novel yang menurutnya sangat tidak berkelas dan membosankan. Akhirnya memutuskan untuk meminta Wenlang membaca salah satu novel miliknya yang berjudul "Tangled Ties", yang sangat menguras emosi dan air matanya. Dengan harapan Wenlang menemukan titik alasan mengapa Gao Tu sangat menyukai novel dengan genre tersebut.
Judul novel: "Tangled Ties"
Sinopsis:
Sejak kecil, Ocean dan Hua Yong sudah saling mengenal dan menjalin hubungan persahabatan seperti kedua orang tua mereka yang saling bersahabat. Namun, hubungan persahabatan mereka merenggang karena kurangnya komunikasi di antara keduanya, akibat Ocean melanjutkan studinya di luar negeri dan Huayong menemukan sosok yang dicintainya. Puncak kerenggangan yang berakhir dengan kehancuran persahabatan mereka terjadi ketika mereka berdua terbangun di satu kamar yang sama, di bawah satu selimut yang sama, tanpa sehelai pun pakaian menempel di tubuh mereka.
Hua Yong, yang dipenuhi rasa amarah, frustrasi, dan rasa bersalah kepada kekasihnya, berucap dengan dingin dan ekspresi datar kepada Ocean untuk menganggap malam yang mereka habiskan semalam hanyalah kesalahan yang harus dilupakan. Hal ini disebabkan ketidaksadaran mereka akibat terlalu banyak minum alkohol di acara reuni antara kedua orang tua mereka. Namun, semesta sepertinya tidak mengizinkan mereka untuk melupakan malam itu.
Tiga bulan setelah kejadian itu, orang tua Ocean tidak sengaja mengetahui kehamilannya ketika menemukan beberapa testpack di kamar Ocean yang semuanya menunjukkan garis dua. Akhirnya, orang tua Ocean menghubungi dan memberitahu orang tua Hua Yong, sehingga pernikahan di antara keduanya pun terjadi dan tidak dapat terelakkan.
Apa yang diharapkan dari pernikahan yang tidak dilandasi oleh perasaan cinta, kasih sayang, dan saling mengasihi satu sama lain? Pertengkaran, pertikaian, KDRT, dan air mata terus mewarnai bahtera rumah tangga mereka. Meskipun seorang anak laki-laki lahir ke dunia sebagai anggota baru dalam rumah tangga mereka, rumah tangga yang hancur bagaikan kapal pecah itu memberikan dampak luar biasa bagi Hua lang. Hua lang merasa dirinya hadir di dunia hanya untuk menyaksikan kedua orang tuanya saling menyakiti satu sama lain.
***
Baru membaca judul dan deskripsi ceritanya saja sudah membuat Wenlang merasa sangat tidak sudi menghabiskan waktunya yang sangat berharga untuk membaca lebih lanjut alur dari novel tersebut. Namun, karena paksaan dari sekretaris yang sayangnya juga merupakan kekasihnya, akhirnya mau tidak mau suka tidak suka Wenlang harus membaca novel tersebut.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Ocean berdiri di balkon lantai tertinggi mansion megah yang menjadi saksi bisu segala penderitaan dan luka yang ia pendam selama ini. Bulan bersinar penuh, menerangi langit malam dengan cahayanya yang lembut, menyinari wajahnya dan memperlihatkan dengan jelas bagaimana wajahnya yang dulunya cerah dengan mata yang bersinar dan bibir merah muda, serta ekspresi wajah yang tampak selalu bersemangat dan ceria. Namun, semuanya berubah drastis. Wajahnya kini pucat, matanya sayu dengan kantung mata yang terlihat jelas, bibirnya kering dan penuh luka bekas gigitan, serta ekspresi sedih dan lelah yang terpancar dari seluruh wajahnya.
Matanya menatap kosong ke langit malam. Bintang-bintang yang berkelap-kelip di atas sana tak mampu menghibur jiwanya yang diselimuti kegelapan. Setiap detik yang berlalu terasa seperti beban berat yang menekan, menghisap seluruh semangat dan harapannya. Ia merasa terperangkap dalam kehidupan yang penuh kepalsuan, di mana luka demi luka terus menggores hatinya dengan kejam, tanpa sedikit pun belas kasihan.
Ocean mengalihkan pandangannya ke bawah, ke arah kolam renang di bawah balkon. Seketika, bisikan halus memenuhi pikirannya, menyuruhnya melompat ke dalam kolam. Pikiran Ocean kacau, bisikan itu semakin keras. Tanpa ragu, dia memanjat pagar balkon dengan langkah berat namun penuh tekad. "Seandainya ada kesempatan kedua, aku harap aku bisa jauh lebih berani dan kuat untuk menghadapi semuanya." Dengan napas tertahan, dia melompat ke dalam kolam, meski tahu tidak bisa berenang.
"Byurr!" Suara air bergemuruh saat tubuhnya tercebur. Dia diam, tak bergerak, membiarkan air memenuhi paru-parunya. Ocean kehilangan kesadaran, kulitnya pucat dan dingin. Dia berada di ambang kematian. Napasnya semakin lemah, tubuhnya terbenam perlahan ke dasar kolam. Air kolam yang berkilauan kini menjadi kuburan basah baginya. Dia menghembuskan napas terakhir, sendirian dan tanpa pertolongan.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Arggh, s*alan! Puk*mak, anj*ng, baj*ngan, kau kaparat Hua Yong!" ujar Wenlang marah sembari melemparkan novel tersebut dengan keras ke lantai. "Terbuang sudah waktuku yang berharga hanya untuk membaca novel sampah ini... Screw you, Hua Yong! Kembalikan waktuku yang berharga, s*alan!" Lanjut Wenlang memaki Huayong, salah satu pemeran utama dalam novel tersebut.
"Si Ocean-ocean ini lagi satu, kecintaannya udah menyerempet oon mampus! Apa yang dia lihat dari si Hua Yong sampai rela melompat dari lantai 3? Bodoh banget." Ocean tokoh yang berakhir tragis dan menyedihkan tidak juga terhindar dari kritikan tajam Wenlang.
"Ini juga penulisnya, otaknya kebentur apa sampai bisa buat nulis cerita yang bikin naik darah tinggi yang baca?" Ujar Wenlang tak lupa untuk mengkritik penulis novel.
"Arggh, sudahlah! Karena memaki-maki orang-orang bodoh di dalam cerita dan pembuat cerita ini tenggorokanku jadi kering, lebih baik aku ke dapur untuk minum air," ujar Wenlang mengakhiri mengutarakan ketidak-sukaannya terhadap novel yang dibacanya.
Wenlang beranjak dari tempat duduknya, meninggalkan novel yang baru saja dilemparnya dengan keras. Dengan langkah cepat, ia berjalan keluar kamar menuju dapur untuk mengambil segelas air putih agar tenggorokannya yang kering bisa terobati. Namun, saat menuruni anak tangga, keadaan yang remang-remang dan minim cahaya membuatnya salah langkah. Kakinya terpeleset, dan tubuhnya mulai terguling-guling di tangga dengan suara benturan yang keras. Beberapa detik kemudian, Wenlang tidak bergerak lagi dan kehilangan kesadarannya di tengah deretan anak tangga itu. Keheningan malam, hanya terdengar napas beratnya dan tubuhnya yang tak berdaya.
★ See you in the next chapter★
YOU ARE READING
Replace Position
FanfictionWenlang awalnya hanya berniat menuju dapur untuk minum, setelah puas mengkritik novel yang dibacanya dengan keras. Namun, siapa sangka, dia yang kurang hati-hati malah kepeleset dan jatuh berguling-guling di tangga. Ketika bangun, dia terkejut karen...
